Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NU Berduka, Kiai Muchith Muzadi Wafat

Kompas.com - 06/09/2015, 08:44 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Salah seorang ulama sepuh Nahdlatul Ulama (NU), KH Ahcmad Muchith Muzadi, wafat pada pukul 05.00 WIB, Minggu (6/9/2015), di Rumah Sakit Persada, Kota Malang, Jawa Timur.

Ulama yang akrab dipanggil Mbah Muchith itu sudah beberapa pekan di rawat di rumah sakit tersebut. Mbah Muchith wafat dalam usia 90 tahun.

"Iya beliau telah wafat sekitar pukul 05.00 tadi," kata Gus Hilman, salah seorang anggota keluarga besar Ponpes Al Hikam Malang, pesantren yang diasuh KH Hasyim Muzadi, adik kandung Mbah Muchith.

Menurut Gus Hilman, dari rumah sakit Mbah Muchith akan langsung dibawa ke Ponpes Al Hikmah, dishalatkan di Ponpes tersebut. Usai dishalatkan, jenazah akan dibawa ke pesantren yang diasuh almarhum di Jalan Kalimantan, Kabupaten Jember.

"NU berduka. Warga NU kehilangan sosok ulama yang alim, karismatik, pejuang sejati dan bersahaja. Selamat jalam guru warga NU. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah," kata KH Mujib Sadzili, Sekretaris PCNU Kabupaten Malang.

Bagi warga NU, nama KH Muchith Muzadi menjadi legenda serta saksi hidup perjalanan perkembangan jam’iyyah NU dari masa ke masa. Kiai kelahiran Bangilan Tuban itu memulai perjuangannya di NU tahun 1941. Almarhum adalah santri dari pendiri NU, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari di Pondok Tebuireng Jombang. Sejak saat itu, dia masuk dalam sebelas kiai yang mendirikan Partai NU di Tuban, tahun 1952.

Pada tahun yang sama, almarhum juga mengemban amanah sebagai Ketua GP Ansor Tuban.

Mbah Muchith Muzadi merupakan pejuang organisasi yang luar biasa. Sejak pindah dari Tuban ke sejumlah daerah, dia terus berjuang bersama NU.

Di NU, Mbah Muchith pernah menjabat sebagai Sekretaris GP Ansor Jogjakarta (1961-1962), Sekretaris GP Ansor Kabupaten Malang dan Sekretaris PCNU Jember (1968-1975). Dia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua PCNU Jember (1976-1980), pengurus LP Ma’arif PWNU Jatim (1980-1985), Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim (1992-1995), Rais Syuriyah PBNU (1994-2004), dan Mustasyar PBNU sejak Muktamar NU ke-31 Boyolali (2004).

Ketika NU masih bersama Masyumi, Kiai Muchith juga ikut berjuang bersama para ulama lainnya di Masyumi. Di situ dia pernah menjabat sebagai Komandan Kompi Hizbullah yang saat itu juga sebagai anggota Badan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tuban (1947-1951). Pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pemerintah Daerah (DPD), kemudian menjadi Sekretaris Daerah Kabupaten Tuban (1959-1961).

Di organisasi NU, keterlibatan Mbah Muchith sangat besar dalam perumusan konsep menjelang Muktamar di Situbondo tahun 1984 yang kemudian memutuskan khittah jam’iyyah NU, kembalinya NU ke kancah perjuangan, meninggalkan dunia politik praktis. Bersama KH Achmad Shiddiq, Rais Aam Syuriyah PBNU (1984-1989), Kiai Muchith sering disebut sebagai sosok yang mewarnai pemikiran dan gagasan Kiai Achmad Shiddiq.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com