Selain persoalan TPA, efektivitas PLTSa juga dipertanyakan. Wali Kota terdahulu, Dada Rosada optimistis persoalan sampah di Bandung akan selesai setelah hadirnya PLTSa. Namun, di pemerintahan yang baru, Ridwan Kamil, PLTSa dengan konsep yang lama tidak akan optimal menyelesaikan persoalan sampah.
"Menurut PT X, kapasitas PLTSa sebesar 750 ton per hari. Tapi, sampah kita mencapai 1.500-1.600 ton per hari. Itu artinya tidak akan optimal karena harus double cost," ungkap Deni yang enggan berkomentar lebih banyak tentang PLTSa.
Sementara itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengungkapkan, teknologi PLTSa masih dalam perdebatan.
"Ada teknologi baru, bukan incinerator, tapi biodegester. Dulu, biodegester, bakteri memakan sampah hanya ukuran kecil. Ternyata di Jerman ada biodegester ukuran besar, skala kota. Bisa memakan sampah tanpa dipilah," ucapnya.
Ridwan Kamil pun mewacanakan biodegester ini bersama Dewan. PLTSa tetap dibutuhkan, tetapi tidak menggunakan teknologi incinerator. Dengan biodegester, ketakutan masyarakat akan polusi yang ditimbulkan oleh incinerator akan hilang.
"Biodegester ini juga menghasilkan listrik atau gas tanpa membakar sehingga tidak ada polusi sama sekali," ujarnya.
Adipura
Untuk menangani persoalan sampah, Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, mengeluarkan beberapa kebijakan. Sejumlah uji coba pun terus dilakukan. Yang pasti, persoalan sampah harus segera ditangani dengan optimal. Sebab, jika tidak, target Kota Bandung mendapat Adipura hanya impian.
Padahal, Kota Bandung sangat mendambakan Adipura setelah belasan tahun tak mendapatkannya. Tahun ini tinggal masalah sampah yang menjadi kendala Kota Bandung.
"Poin Kota Bandung saat ini 73,1. Nilai yang aman. Tinggal satu yang belum dinilai, yakni TPA Sarimukti, dengan poin tertinggi mencapai 11. Jika nilainya buruk, Kota Bandung dan Cimahi akan kehilangan Adipura. Untuk menanganinya, Bandung akan patungan dengan Cimahi memperbaiki TPA Sarimukti," ujar Deni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.