Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tatahan Huruf Jawa Kuno Terkikis, Prasasti 869 Masehi Sulit Dibaca

Kompas.com - 05/08/2015, 15:48 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ahli Epigrafi (tulisan kuno) merasa kesulitan membaca kata-kata berbahasa jawa kuno di prasasti tahun 869 Masehi yang ditemukan oleh petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta di Candi Kedulan pada Rabu (29/8/2015) lalu. Kendati demikian, sebagian dari kata-kata di prasasti bisa dibaca dan ditafsirkan.

"Sebagian kata-kata yang ada di prasasti sudah kita baca dan artikan," jelas Joko Dwiyanto, ahli Epigrafi sekaligus dosen Arkeologi Universitas Gadjah Mada (UGM) saat ditemui Kompas.com, Rabu (5/8/2015).

Joko mengungkapkan, sebenarnya jika kondisi tulisan prasasti dalam keadaan utuh ia tidak mengalami masalah dalam membaca bahasa Jawa kuno. Hanya saja, kondisi tulisan di prasasti sudah banyak yang tidak jelas.

Diakuinya, kondisi tatahan tulisan sudah banyak yang terkikis dan prasasti ditemukan dalam kondisi retak tepat di tengah-tengah. Makanya, untuk membaca keseluruhan prasasti itu tidak bisa dilakukan dengan cepat. Membutuhkan waktu untuk mencermati kata-kata Jawa kuno yang tertulis agar tidak terjadi salah tafsir.

"Retakanya tepat di tengah-tengah prasasti. Lalu tatahannya itu tidak dalam dan banyak yang sudah terkikis," ucapnya.

Agar bisa membaca tulisan, ia mengaku harus menyemprotkan air ke prasasti. Sebab, dalam kondisi kering, tulisan tidak terlihat. Setelah tulisan itu terlihat, satu demi satu hurufnya difoto dan diperbesar di komputer sehingga bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

"Saya semprot air agar bisa terlihat. Lalu difoto dan diperbesar, setelah itu baru dibaca satu per satu," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan, BPCB Yogyakarta, Wahyu Astuti menambahkan, memang jeda tulisan di prasasti Kedulan terhitung sangat rapat, berbeda dengan prasati sebelumnya. Selain itu, ukuran huruf-hurufnya juga kecil.

"Ada 25 baris dan jarak antar kata itu rapat. Tulisan hurufnya juga lebih kecil, ditambah ada retak tepat di tengah-tengahnya," pungkasnya. [Baca juga: Prasasti Tahun 869 Masehi Ditemukan di Kompleks Candi Kedulan]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com