Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Manado: Menjauhnya Rasa Nyaman

Kompas.com - 14/07/2015, 15:00 WIB

Delapan unggulan

Ketika menghadiri acara berbuka puasa di Masjid Al-Ikhlas Karame pekan lalu, Lumentut mengatakan pemerintahnya sangat didukung masyarakat Manado yang beradab memiliki toleransi tinggi dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Transformasi pembangunan itu masuk dalam delapan program unggulan yang dicanangkan sejak menjadi wali kota. Delapan program itu antara lain program Universal Coverage (UC) di bidang kesehatan, santunan duka, menaikkan honor buruh sampah, pembangunan berbasis lingkungan, pendidikan gratis dan insentif tokoh agama se-Kota Manado.

Lumentut mengatakan, delapan program unggulan itu adalah dasar mewujudkan Kota Manado sebagai kota cerdas (smart city). Dalam pembangunan manusia sangat penting proses akselerasi pembangunan. Oleh karena itu, sebagian anggaran pemkot digelontorkan kepada mereka yang berada dalam lingkaran program.

Sekretaris Kota Haefry Sendoh menjabarkan program kesehatan UC pemkot berbeda dengan program BPJS. Program itu langsung memberi pelayanan kepada warga kota yang dirawat dan berobat di delapan rumah sakit di Manado dengan status perawatan kelas III.

"Warga kota dapat berobat gratis dengan menunjukkan KTP dan kartu keluarga dalam tempo 3 kali 24 jam," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Manado Robby Mottoh mengatakan, program UC memberi jaminan kesehatan selama 24 jam untuk sejumlah puskesmas di 11 kecamatan.

Program UC yang berlangsung sejak Januari 2013, ujar Mottoh, memberi manfaat bagi masyarakat. Hal itu dapat dilihat dengan tingginya angka Indeks Pembangunan Manusia Kota Manado yang mencapai 7,79 tahun 2014, tertinggi di Sulut.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat juga dilakukan melalui program pembangunan berbasis lingkungan yang setiap kelurahan memperoleh dana pembangunan Rp 75 juta per tahun. Program itu diserahkan kepada masyarakat melalui kepala lingkungan. Sebagian memilih membuat jalan setapak dan memperbaiki saluran di wilayahnya.

Sendoh menyebut pemerintah kota juga memberi honor kepada setiap kepala lingkungan yang tersebar di 11 kecamatan dan 98 kelurahan. Setiap kepala lingkungan setingkat RW itu mendapat honor Rp 2.250.000 per bulan. Sebanyak 925 tokoh agama seperti pendeta dan ustaz juga ketiban honor Rp 1 juta setiap bulan.

"Apa lagi program yang kurang untuk masyarakat. Semuanya terpenuhi, akta kelahiran dan kematian juga gratis. Kami juga memberi subsidi setiap warga meninggal Rp 2,5 juta. Dana diberikan dengan maksud pembelian peti dan angkutan jenazah," katanya.

Akan tetapi, Manado sebagai kota pantai sesungguhnya telah menarik banyak investor untuk membangun Kota Kawanua itu. Investasi Lippo Grup senilai Rp 5 triliun menjadikan Manado sebagai Monaco kecil terintegrasi dengan Monaco Bay.

Proyek ini menunjukkan Manado memiliki potensi besar sebagai kota dunia di Indonesia, termasuk pesatnya pertumbuhan pusat perbelanjaan dan pusat hiburan di lahan reklamasi. Cuma sayang, perkembangan kota hanya menjadi milik investor, sementara masyarakat belum menikmati kenyamanan secara sempurna karena aliran lampu saja tak pernah cukup.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Juli 2015, di halaman 22 dengan judul "Menjauhnya Rasa Nyaman".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com