Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Makassar: Gigih Menapaki Era Digital

Kompas.com - 11/07/2015, 15:00 WIB

Program ini dirancang agar tak ada lagi alasan surat keterangan atau izin belum bisa diperoleh warga karena lurah atau camat sedang tak berada di kantor. Cukup dengan memencet telepon genggam, lurah atau camat bisa menyetujui surat yang diperlukan warga, kapan saja dan di mana saja.

Namun, pelaksanaan di lapangan hingga kini terbentur masalah infrastruktur dan jaringan TI yang belum optimal. Di Kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang, misalnya, sejak diluncurkan 18 Agustus 2014, e-pemerintahan kerap tak berjalan akibat masalah itu.

Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Masale Nurjanah mengatakan, setiap kali diperbaiki, dalam 2-3 hari jaringan TI rusak lagi. "Jadi, saat ini kami masih pakai sistem manual sambil menunggu perbaikan total terhadap masalah itu," ujarnya.


Visi wali kota

Wali Kota Ramdhan Pomanto mengatakan, pihaknya sedang membangun sistem untuk mencapai visi "Mewujudkan Kota Dunia untuk Semua, Tata Lorong Bangun Kota Dunia". "Salah satu fondasinya adalah penerapan smart city di berbagai bidang yang terdiri dari banyak program turunan," katanya.

Pengelolaan kota dengan cara cerdas dirasakan perlu, mengingat Makassar adalah metropolitan terbesar di Indonesia timur. Berbagai masalah pun membayangi, seperti pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, banjir, sampah, hingga kemacetan lalu lintas. "Oleh karena itu, perlu ada lompatan untuk mengatasi permasalahan tersebut," ujar Ramdhan.

Sebagai langkah awal, ia mengenalkan smart card atau kartu pintar. Kartu itu berfungsi, di antaranya, sebagai kartu ATM, kartu debit, e-KTP, jaminan kesehatan, pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta catatan kesehatan.

Selain memudahkan berbagai urusan warga dalam satu kartu, Ramdhan menambahkan, kartu pintar juga berfungsi sebagai basis data yang valid bagi pemkot. Dengan data besar itu, pemkot bisa menyiapkan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan warga.

Ramdhan pun menargetkan kartu pintar sudah bisa dimiliki semua warga Makassar, yang berjumlah 1,7 juta jiwa, tahun 2016. Saat ini, baru sekitar 100.000 warga yang mengantonginya.

Ramdhan mengatakan, pihaknya juga tengah menyiapkan sebuah pelayanan terpadu yang disebut care and rescue center (carester). Carester menggabungkan enam layanan kedaruratan, yakni polisi, pemadam kebakaran, ambulans, search and rescue (SAR), Dottoro'ta Home Care, dan punggawa'ta (patroli keamanan lingkungan).

Semua layanan nantinya terhubung dengan aplikasi panic button" atau tombol darurat yang bisa diakses warga melalui telepon seluler. Carester juga dilengkapi dengan pesawat tanpa awak (drone) untuk membantu tugas layanannya.

Ramdhan pun menargetkan berbagai layanan berbasis smart city itu bisa berjalan optimal pada 2016. Namun, semua program itu tak melepaskan filosofi sombere atau yang berarti keramahan dalam bahasa Makassar. Bahkan, dalam slogannya, pemkot menempatkan salah satu jati diri orang Makassar itu di depan kata smart sehingga berbunyi: Makassar Sombere and Smart City.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juli 2015, di halaman 22 dengan judul "Gigih Menapaki Era Digital".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com