Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Makassar: Gigih Menapaki Era Digital

Kompas.com - 11/07/2015, 15:00 WIB


Oleh Reny Sri Ayu/Mohamad Final Daeng

Kota Makassar, Sulawesi Selatan, secara bertahap menapaki era baru untuk memudahkan segala urusan pemerintahan dan kehidupan warga, dengan bantuan teknologi informasi.

Berbagai masalah perkotaan, mulai dari kesehatan, keamanan lingkungan, hingga birokrasi, coba dipecahkan dengan cara smart itu.

Abu Bakar (68) mantap melangkahkan kakinya memasuki ruang pemeriksaan di Puskesmas Kassi-Kassi, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Kamis (9/7). Seorang dokter umum segera memintanya berbaring di tempat tidur pemeriksaan.

Berbagai kabel elektroda kemudian dipasang di bagian dada, pergelangan tangan, dan kaki lelaki itu. Kabel itu terhubung dengan perangkat monitor electrocardiography (EKG)yang memantau aktivitas denyut nadi dan jantungnya.

Di sebuah layar komputer yang terhubung dengan kamera video, wajah seorang dokter lain terlihat. Sang dokter, yang terpisah jarak sekitar 8 kilometer (km) dari puskesmas, tampak serius memantau data aktivitas jantung Abu Bakar yang dikirimkan ke monitornya di Rumah Sakit (RS) Universitas Hasanuddin. "Ya, sudah muncul datanya. Sekarang sedang dibaca," papar Idar Mappangara, dokter spesialis jantung itu, kepada petugas puskesmas yang mengoperasikan EKG.

Tak sampai 10 menit waktu yang dibutuhkan sejak Abu Bakar masuk ke ruangan hingga pemeriksaan dinyatakan selesai. Hasil diagnosis pun langsung dicetak di puskesmas dan diserahkan kepada pasien.

Layanan bernama tele-EKG atau pemeriksaan jantung jarak jauh ini adalah salah satu terobosan teknologi yang dipakai Pemerintah Kota Makassar untuk pelayanan kesehatan di puskesmas sejak 11 Maret lalu. Meski saat ini baru terdapat di Puskesmas Kassi-Kassi, Pemkot Makassar merencanakan pengadaan teknologi itu untuk semua, 45 puskesmas lainnya di Makassar, tahun ini.

Dengan teknologi itu, pasien tak perlu repot datang ke rumah sakit besar yang memiliki dokter spesialis jantung. Ia cukup ke puskesmas terdekat dari rumah, konsultasi dan pemeriksaan fisik dengan dokter spesialis bisa dilakukan secara jarak jauh.

Selain tele-EKG, ada pula layanan kesehatan yang dinamai Dottoro'ta Home Care atau pelayanan dokter ke rumah. Semua puskesmas di Makassar melaksanakannya dengan dibekali kendaraan khusus jenis city car agar mudah menjangkau permukiman yang banyak tersebar di gang sempit atau lazim disebut lorong di Makassar.

Terdapat seorang dokter umum, perawat, dan sopir yang siaga memenuhi panggilan darurat selama 24 jam per hari. Dokter juga memanfaatkan perangkat komunikasi tablet yang dibekali aplikasi khusus untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis dalam memeriksa pasien.

"Jika keluhan tak dapat ditangani di rumah, pasien baru dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit," kata Kepala Puskesmas Kassi-Kassi Mariaty Jassin.

Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar Ardin Sani menambahkan, selama empat bulan menjalankan Dottoro'ta Home Care, sebanyak 483 orang telah menikmati layanan itu. "Sebagian besar keluhan pasien bisa ditangani di rumah dan hanya 33 orang yang harus dibawa ke puskesmas atau rumah sakit," jelasnya lagi.


"Smart city"

Solusi berbasis teknologi dalam pelayanan kesehatan ini hanya salah satu perwujudan konsep smart city atau kota cerdas yang dijalankan Pemkot Makassar. Selain kesehatan, aplikasi berbasis teknologi informasi (TI) juga menyasar berbagai bidang lain. Aplikasi itu telah diterapkan sejak awal masa pemerintahan Wali Kota M Ramdhan Pomanto, sejak Mei 2014, yaitu e-office, e-pemerintahan, pengaduan warga secara online, dan aplikasi monitoring kinerja staf pemerintahan.

E-pemerintahan, misalnya, diperuntukkan bagi aparat kelurahan dan kecamatan untuk menangani 26 jenis surat keterangan atau pengantar yang diajukan warga. Surat itu bisa diakses setiap saat oleh pejabat terkait melalui perangkat telepon seluler yang juga dilengkapi dengan aplikasi khusus.

Program ini dirancang agar tak ada lagi alasan surat keterangan atau izin belum bisa diperoleh warga karena lurah atau camat sedang tak berada di kantor. Cukup dengan memencet telepon genggam, lurah atau camat bisa menyetujui surat yang diperlukan warga, kapan saja dan di mana saja.

Namun, pelaksanaan di lapangan hingga kini terbentur masalah infrastruktur dan jaringan TI yang belum optimal. Di Kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang, misalnya, sejak diluncurkan 18 Agustus 2014, e-pemerintahan kerap tak berjalan akibat masalah itu.

Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Masale Nurjanah mengatakan, setiap kali diperbaiki, dalam 2-3 hari jaringan TI rusak lagi. "Jadi, saat ini kami masih pakai sistem manual sambil menunggu perbaikan total terhadap masalah itu," ujarnya.


Visi wali kota

Wali Kota Ramdhan Pomanto mengatakan, pihaknya sedang membangun sistem untuk mencapai visi "Mewujudkan Kota Dunia untuk Semua, Tata Lorong Bangun Kota Dunia". "Salah satu fondasinya adalah penerapan smart city di berbagai bidang yang terdiri dari banyak program turunan," katanya.

Pengelolaan kota dengan cara cerdas dirasakan perlu, mengingat Makassar adalah metropolitan terbesar di Indonesia timur. Berbagai masalah pun membayangi, seperti pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, banjir, sampah, hingga kemacetan lalu lintas. "Oleh karena itu, perlu ada lompatan untuk mengatasi permasalahan tersebut," ujar Ramdhan.

Sebagai langkah awal, ia mengenalkan smart card atau kartu pintar. Kartu itu berfungsi, di antaranya, sebagai kartu ATM, kartu debit, e-KTP, jaminan kesehatan, pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta catatan kesehatan.

Selain memudahkan berbagai urusan warga dalam satu kartu, Ramdhan menambahkan, kartu pintar juga berfungsi sebagai basis data yang valid bagi pemkot. Dengan data besar itu, pemkot bisa menyiapkan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan warga.

Ramdhan pun menargetkan kartu pintar sudah bisa dimiliki semua warga Makassar, yang berjumlah 1,7 juta jiwa, tahun 2016. Saat ini, baru sekitar 100.000 warga yang mengantonginya.

Ramdhan mengatakan, pihaknya juga tengah menyiapkan sebuah pelayanan terpadu yang disebut care and rescue center (carester). Carester menggabungkan enam layanan kedaruratan, yakni polisi, pemadam kebakaran, ambulans, search and rescue (SAR), Dottoro'ta Home Care, dan punggawa'ta (patroli keamanan lingkungan).

Semua layanan nantinya terhubung dengan aplikasi panic button" atau tombol darurat yang bisa diakses warga melalui telepon seluler. Carester juga dilengkapi dengan pesawat tanpa awak (drone) untuk membantu tugas layanannya.

Ramdhan pun menargetkan berbagai layanan berbasis smart city itu bisa berjalan optimal pada 2016. Namun, semua program itu tak melepaskan filosofi sombere atau yang berarti keramahan dalam bahasa Makassar. Bahkan, dalam slogannya, pemkot menempatkan salah satu jati diri orang Makassar itu di depan kata smart sehingga berbunyi: Makassar Sombere and Smart City.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juli 2015, di halaman 22 dengan judul "Gigih Menapaki Era Digital".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com