Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jual Motor sampai Buka Usaha demi Panti Asuhan Bisa Bertahan Hidup

Kompas.com - 03/06/2015, 13:29 WIB
Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

Penulis


KENDARI, KOMPAS.com — Suara tangis bayi terdengar dari sebuah rumah yang terletak di belakang Pasar Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Jumat (29/5/2015). Tangisan anak laki-laki umur dua tahun bernama Rahmatullah itu pecah lantaran botol susunya direbut oleh Muh Ali (14 bulan), temannya yang menjadi penghuni panti asuhan anak.

Rahmatullah tak mampu mengambil kembali botol susunya karena tidak bisa bergerak cepat. Kaki kanannya cacat atau bengkok sejak lahir.

Dia dirawat di panti anak itu setelah ibunya tak mampu menebus biaya rumah sakit di Makassar. Ayahnya juga hilang entah ke mana. Pimpinan panti asuhan Al-Ikhlas Kendari, Andis Assegaf, menuturkan, atas izin ibunya, bayi malang itu dirawat di panti asuhan.

"Lahir cacat, dan saya tebus biaya rumah sakitnya hampir puluhan juta, kasihan," ungkapnya.

Begitu pula Muh Arham (2,5), yang mengalami cacat di bagian hidungnya. Ia menjalani operasi di kepala karena daging besar menutupi wajahnya. Andis mengungkapkan, hampir semua bayi dan anak-anak yang menjadi penghuni panti mengalami cacat.

"Ada yang masalah kaki, lidah pendek, bisul-bisul, kanker darah, pilek sepanjang hari, dan hidung membesar. Sudah pernah diperiksa dokter, tetapi karena biaya mahal, kami tak mampu bayar lagi," ujarnya.

Menurut Andis, bayi dan anak-anak yang tinggal di panti asuhan merupakan anak-anak yang orangtuanya tak diketahui.

"Hampir 90 persen bayi dan anak di sini kami dapati di depan panti. Pagi-pagi sudah ada kardus berisi bayi yang masih ada plasentanya, jadi kami rawat saja setelah mendapat persetujuan dari kapolres," ujarnya.

"Saya telepon kapolres, ada kedatangan bayi. Kapolres yang juga salah satu dermawan kami menyarankan untuk dirawat saja di sini," paparnya.

Meski tak mengenal orangtuanya, anak-anak ini terlihat sangat senang dan seolah tanpa beban kesedihan. Mereka tampak akrab, terus tersenyum, dan mensyukuri apa yang mereka miliki saat ini.

Pas-pasan

Kondisi fisik panti asuhan masih belum memadai. Bangunan permanen itu dibangun di atas tanah seluas 300 meter persegi yang terdiri dari aula pertemuan yang dijadikan tempat bermain dan menerima tamu. Satu kamar besar dijadikan asrama bayi dan anak-anak panti asuhan, lengkap dengan tujuh ranjang dan kasur busa.

"Belum lama ini ada ranjangnya, sebelumnya hanya kasur, dan melantai. Ranjang dan kasur itu bantuan dari para dermawan," ujarnya.

Panti asuhan Al-Ikhlas terletak tak jauh dari Pasar Baruga, Kendari. Untuk mencapai lokasi panti, pengunjung harus masuk dari lorong kecil depan sebuah taman kanak-kanak. Andis menjelaskan, lahan panti asuhan itu diwakafkan oleh para dermawan, termasuk untuk pembangunannya.

"Jadi, ini murni swadaya. Saya hanya pengelola karena pemiliknya adalah anak-anak penghuni panti. Tidak ada bantuan dari pemerintah. Izinnya lengkap dari Menhuk dan HAM, Mensos, Menag, dan akta notaris," ucapnya.

"Kami tidak pernah menyuruh anak-anak untuk minta-minta, termasuk memberikan kepada orang untuk diadopsi. Tidak ada itu. Sebagian ada yang sekolah dan sebagian lagi tetap di panti mempelajari ilmu agama," tambahnya.

Swadaya

Andis mengatakan, hampir selama setahun, panti yang dikelolanya sejak 2004 silam kerap mengalami kekurangan.

"Yang sangat kami butuhkan sekarang untuk bayi dan anak-anak yang berjumlah 30 orang adalah susu dan popok. Ada dermawan, tetapi hampir setahun ini sudah jarang datang ke panti lagi," ungkapnya.

Andis mengaku tidak pernah meminta bantuan kepada pemerintah. Pasalnya, dinas sosial pernah menyatakan agar panti bisa memberikan contoh kepada panti asuhan lain untuk tidak meminta-minta. Untuk kebutuhan sehari-hari, tambah Andis, ia mengeluarkan dana sendiri.

"Saya punya usaha kapal penangkap ikan, pernah juga terpaksa jual motor untuk menambah biaya anak panti," katanya.

Panti asuhan itu tidak memiliki perawat khusus bayi, tambah Andis, sehingga yang memandikan dan merawat adalah kakak-kakak mereka yang sudah beranjak remaja. Maka dari itu pula, anak-anak tersebut terlihat seperti tidak terurus.

Dia berharap agar anak-anak penghuni bisa tumbuh dewasa dan bisa mencari pekerjaan sendiri, seperti halnya anak panti yang sudah dewasa. Kini, mereka sudah tak lagi tinggal di panti, dan mereka sudah mandiri di luar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com