Jefry mengaku mengenal Helmi Aalamudin dari sebuah pengajian yang saat itu mendatangkan Salim Mubarok Attamimi, sebagai penceramahnya.
"Yang jelas, saya mengenal Pak Helmi dan Salim Mubarok Attamimi alias Abu Jandal dari pengajian di beberapa masjid di Malang, sebelum Salim Attamimi itu pergi ke Suriah," katanya.
Sosok Salim Attamimi, menurut Jefry, jika tengah berdiskusi, sering membahas konspirasi Amerika.
"Dia (Jefry) berbicara tentang konspirasi Amerika. Dia akan menjawab pertanyaan jika dia bisa. Jika tidak bisa, dia tidak menjawabnya," kata Jefry.
Ditanya soal apa saja yang ditanyakan penyidik selama Jefry diperiksa di Mapolresta Malang, ia mengaku kurang lebih 17 pertanyaan yang semuanya berhubungan dengan masalah ISIS.
"Saya ditanya apakah pernah mengajarkan ISIS, kaitan pondok dengan ISIS, dan apakah siswa di sini adalah anak-anak yang ditinggal orangtuanya ikut ISIS. Seputar itu yang ditanyakan," ujarnya.
Jefry dipulangkan dari Mapolresta Malang pada Jumat (27/3/2015) pukul 15.00 WIB. Dia dibebaskan oleh aparat kepolisian.
Bantu pesantren
Sementara itu, soal Pesantren Tarbiyah, Jefry menjelaskan, pesantren tersebut dihuni enam pengajar. Lima di antaranya adalah perempuan.
"Saya satu-satunya pengajar prianya. Setiap dua hari sekali, saya pulang ke Turen, ke rumah orangtua saya," kata Jefry.
Dari semua anak didik yang ada di pondok itu, beberapa di antaranya ada yang menginap.
"Anak para pengajar dan beberapa lain diasramakan oleh orangtuanya. Ada pula siswa yang setiap sore datang untuk belajar mengaji dan tidak menginap di sana," katanya.
Jefry mengakui Helmi memang sering datang ke pondok tersebut.
"Setiap dua hari sekali, Pak Helmi datang mengecek kondisi pondok. Saya senang jika Pak Helmi datang karena membawa kebutuhan operasional pondok. Saya tidak tahu beliau itu kerjanya apa," katanya.