Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Bocah 4 Tahun Lawan Reklamasi lewat Tari Topeng

Kompas.com - 02/02/2015, 14:12 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis


CIREBON, KOMPAS.com – Dini Febriani begitu luwes menarikan Tari Topeng Samba di depan Gudang Produksi Garam. Bocah gadis empat tahun itu sangat piawai menarikan salah satu dari lima jenis tarian topeng Khas Cirebon.

Meski hanya beralaskan terpal dan cahaya lampu yang redup, seluruh tarian Topeng Samba dibawakan dengan baik oleh Febri. Puluhan penonton dari berbagai kalangan masyarakat pun terpukau dan tak henti memberikan tepuk tangan.

Febri seakan tak peduli, pada malam yang terus larut dan dingin yang menusuk, ia terus mengikuti alunan gamelan pengiring tari. Febri tetap tampil prima dan sangat memesona.

Di usia yang masih sangat muda, Febri mampu menarikan tarian layaknya “Sang Maestro” di sekitar kawasan tambak garam Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Sabtu (31/1/2015) malam. Riak tepuk tangan menandai berakhirnya tarian yang dibawakan Febri.

Namun, malam itu, akan menjadi malam panjang bagi warga Desa Ambulu. Seluruh warga dari berbagai kalangan, ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, hingga anak-anak, juga menikmati sekitar 20 gambar di dalam gudang produksi garam yang disulap menjadi tempat pameran foto.

Mereka kembali ke areal tambak garam, dan menyimak pemutaran Film Dokumenter “Menguak Harta Karun Ambulu”, sebuah film dokumenter yang menampilkan aktifitas keseharian warga yang mengolah potensi kekayaan alam pesisir.

Seperti bernostalgia, di zaman penuh kecanggihan ini, puluhan warga masih antusias menonton layar tancap. Bahkan gelak tawa riang mereka, pecahkan malam, saat satu persatu wajah pribumi nongol di layar kain putih sederhana itu.

Setelah pemutaran film, warga pun saling berbagi, dan berdiskusi bersama.

Ancaman reklamasi pesisir

Tetapi, di balik kemesraan itu, Febri, bersama puluhan warga desa setempat, tak tahu apakah tanah yang mereka pijak malam itu, masih akan tetap terhampar luas kelak, atau akan segera berganti dengan tumpukan beton dan besi baja yang angkuh.

Pasalnya, Pemerintah Kabupaten Cirebon dikabarkan berencana mereklamasi pesisir dengan membangun kawasan industri di Desa Ambulu seluas sekitar 5.000 hektar. Kabar tersebut perlahan menghantui mereka. Pembicaraan pengajian di surau, di ruang arisan, di tempat kerja, dan di teras-teras rumah, reklamasi pesisir menjadi bahasan utama yang menakutkan.

Ridwan, salah satu tokoh pemuda Desa Ambulu, menyampaikan, kegiatan pemutaran Film Dokumenter merupakan tontonan penting bagi seluruh warga sekitar. Film yang bertajuk Menguak Harta Karun Ambulu diharapkan dapat mengingatkan warga kembali bahwa Ambulu adalah desa yang kaya akan sejarah dan potensi hasil alamnya.

Ridwan mengajak seluruh masyarakat Ambulu dan sekitarnya agar saling menguatkan tali persaudaraan dengan semangat menggali potensi kekayaan alam. Ia memastikan, alam sekitar yang terus dijaga akan memberikan kesejahteraan bagi para penjaganya.

“Manakala kita sudah sejahtera dengan potensi lokal yang ada, tidak perlu diubah menjadi industri. Kita bisa berdikari, maju, dan kita bisa menjadi tuan rumah di tanah air kita sendiri,” katanya penuh semangat.

Dedi Majmu, salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Cirebon Bagian Timur, mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Cirebon telah mewacanakan Desa Ambulu dan sekitarnya menjadi kawasan industri seluas sekitar 5000 hektar. Padahal, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) tahun 2011 – 2031, Desa Ambulu tidak masuk dalam kawasan industri.

“Dalam RT/RW itu, Desa Ambulu tidak masuk dalam rencana kawasan industri. Ada juga beberapa wilayah di luar desa ini yang terkena rencana zona industri. Dan tiap zona industri itu maksimal 2.000 hektar, bukan 5.000 hektar. Dan Bupati mewacanakan satu titik saja sampai 5000 hektar, dan sangat ini menyalahi RT/RW itu,” ungkapnya.

Rencana reklamasi pesisir itu, tambah Dedi, akan berdampak besar secara ekologis, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat Desa Ambulu dan sekitarnya. Dedi meminta, pemerintah harus segera mengkaji ulang, dan jangan sampai salah langkah untuk menentukan ini.

“Ini sudah tidak main-main, wacana reklamasi sudah semakin meluas ke beberapa desa, hingga Losari Jawa Tengah. Bupati jangan sampai salah langkah, alih-alih atas nama kesejahteraan rakyat, malah justru menyengsarakan, dengan menghancurkan sumber daya alam yang jadi mata pencarian warga sehari-hari,” kata Dedi selepas diskusi pemutaran film.

Isom, salah satu panitia, menyebutkan, kegiatan Menguak Harta Karun Ambulu ini merupakan kerja kreatif seluruh warga Desa Ambulu dan sekitarnya bersama beberapa komunitas pemuda, antara lain Sofi Institute, Logos Film, Just Library, DKV Squad, LENSA, Pembela Tanah Ambulu (PETA), dan beberapa komunitas lain.

“Kegiatan ini berlangsung sejak Sabtu siang hingga malam, belasan pemuda melukis atau mural perahu, pelatihan menyablon baju, pelatihan fotografi, pameran foto di gudang produksi garam, pemutaran film dokumenter, dan ditutup dengan diskusi bersama warga dan tokoh Ambulu. Dan Alhamdulillah berjalan dengan baik,” kata Isom setelah kegiatan.

Pemuda yang juga Direktur Umum Sofi Institute ini, mengungkapkan, kegiatan tersebut sebagai ruang untuk kembali mengikat rasa persaudaraan antar warga setempat. Terbukti, malam pemutaran film, dan juga gudang produksi garam, dipenuhi seluruh warga dari berbagai kalangan.

“Kegiatan ini sederhana, tapi diharapkan dapat menjaga warga dari berbagai ancaman, termasuk Reklamasi Pesisir yang terbentang di sepanjang Pesisir utara, hingga Bali. Masyarakat perlu tahu, dan perlu menjaga tanah kelahiran sendiri,” ungkapnya dalam diskusi bersama tokoh warga.

Sementara itu, Asep Andri, mengungkapkan, film dokumenter menjadi media yang menarik untuk mengumpulkan masyarakat secara luas. Apalagi film yang diproduksi ini adalah aktifitas pekerjaan mereka sehari-hari.

“Semoga dengan tontonan ini, masyarakat semakin terikat dan terbangun rasa persaudaraanya untuk menjaga tanah kelahiran sendiri, dari ancaman-ancaman yang akan datang. Ambulu adalah desa yang kaya raya potensi alam pesisirnya,” kata Pemuda, Ketua Umum Logos Film.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com