Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Empat Hari Tersesat di Pedalaman Rimba Perbatasan Indonesia-Malaysia

Kompas.com - 24/12/2014, 22:57 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

Dua jam pun berlalu. Agus memutuskan kembali saja ke pos karena air tak kunjung ditemukan. Namun, kali ini justru jalan pulang menuju pos "menghilang".

Saat menatap berkeliling, pemandangan terasa asing. "Sadarlah kami telah tersesat," ujar Agus. Seharian itu mereka masih berupaya terus berjalan mencari jalan pulang tetapi tak juga bisa.

Pesan kepala adat

Lelah, lapar, dan dahaga, merusak konsentrasi keempat prajurit ini. Hari pun merembang petang. Sebagai prajurit tertua, Agus berupaya mengingat dan menyusun strategi dengan tenaga yang tersisa.

Pelahan Agus lalu teringat perkataan kepala adat Dayak di Desa Apau Ping saat pertama kali bertugas di sana. "Kepala adat bilang sama saya, kalau tersesat di hutan adat ini jangan takut. Ikuti saja awal matahari terbit, pasti akan menemui sungai Bahau," kenang Agus.

Sungai Bahau memiliki hulu di salah satu bukit yang merupakan perbatasan Indonesia-Malaysia. Jika mengikuti aliran sungai itu ke hilir, ujar Agus menirukan pesan kepala adat itu, dipastikan akan bertemu desa.

Perkataan kepala adat tersebut terus terngiang selama keempat prajurit ini melangkah. Sembari berjalan ke arah matahari terbit, mereka mengumpulkan buah-buahan hutan dan daun yang sekiranya bisa dimakan untuk mengganjal perut yang lapar.

Untuk menghapus dahaga, mereka memeras air dari tumpukan lumut yang menempel dari batang pohon. Meski membawa senjata, Agus mengaku tidak berani menembak binatang hutan yang sering mereka temui.

Agus mengaku dia dan teman-temannya khawatir ketika membunuh binatang di hutan adat secara sembarangan malah akan berakibat celaka bagi mereka.

Malam pertama

Seharian berjalan, "pasukan" ini pun memutuskan mencari tempat beristirahat pada pukul 17.00 Wita. Mereka juga bersepakat akan tidur bergantian hingga fajar menyingsing.

Tidur beralas tanah, mereka masih harus menahan pedihnya gigitan agas--serangga kecil semacam nyamuk yang juga mengisap darah--selain kekhawatiran didatangi binatang buas. "Sudah enggak tahu malam itu rasanya kayak apa. Semuanya campur-aduk jadi satu," ujar Agus.

Mental mereka pada malam itu sempat jatuh karena mimpi salah satu prajurit. Pada saat giliran tidur, prajurit itu bermimpi minum kopi bersama prajurit TNI yang tewas karena helikopternya jatuh di tengah proses pembangunan Pospamtas Long Bulan pada November 2013.

Hanya lantunan doa yang membuat mereka saling menguatkan diri dan menjaga pikiran tetap jernih pada saat itu. "Meski sangat sulit," aku Agus.

Jawaban alam

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com