Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurunkan Angka Kematian dengan Enam Langkah Cuci Tangan!

Kompas.com - 03/12/2014, 08:07 WIB
Dian Maharani

Penulis


KOMPAS.com
- Bukan urusan sepele. Hanya karena tidak cuci tangan, nyawa balita bisa melayang.

Bukan juga isapan jempol. Jika menyimak ucapan dr HM Subuh MP PM, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, di Seminar Hari Pneumonia Sedunia 2014, di Yogyakarta, Sabtu (15/11/2014 ) lalu, urusan cuci tangan memang tak bisa dibuat main-main, apalagi sembarangan.

“Diare menyebabkan 37 persen kematian, sementara pneumonia 13 persen. Jadi 50 persen kematian pada balita disebabkan oleh diare dan pneumonia,” lanjut Subuh.

Tingginya kematian balita karena diare dan pneumonia, lanjut Subuh, disebaban karena rendahnya kualitas lingkungan, baik karena sampah, polusi udara maupun air yang tercemar. Selain itu, juga karena kurangnya perhatian masyarakat pada kebiasaan hidup sehat, salah satunya cuci tangan.

Ya, banyak orang masih belum menyadari bahwa telapak tangan kita dipenuhi dengan kuman setelah menyentuh atau memegang suatu benda. Kuman atau bakteri itu dapat menyebabkan berbagai penyakit, umumnya diare dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Hal ini dapat terjadi jika kita tidak menerapkan pola hidup bersih, seperti tidak mencuci tangan pakai sabun (CTPS).

CTPS yang benar

Mencuci tangan juga harus dilakukan dengan benar agar efektif membunuh kuman-kuman tersebut. Toh, meski bukan hal yang sulit, ternyata masih banyak juga orang yang belum melakukannya dengan benar.

Kasubdit Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar (PASD) Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Eko Saputro, kepada Kompas.com mengatakan bahwa mencuci tangan harus pakai sabun dan air mengalir.

"Mencuci tangan yang benar pakai sabun dan air mengalir. Kalau pakai air kobokan, misalnya waktu mau makan di restoran, itu tidak akan menghilangkan kuman yang melekat di tangan," kata Eko di Jakarta.

Dokter spesialis anak, Ariani Dewi Widodo, menambahkan bahwa cuci tangan pakai sabun atau CTPS harus dibiasakan pada siapa pun yang sering bersentuhan dengan kuman, baik pada anak-anak/balita maupun orang dewasa. Menurut dia, CTPS yang baik itu dilakukan selama 10-20 detik dengan teknik yang benar.

"Teknik yang benar itu dengan enam langkah atau disingkat biar mudah Tepung Selaci Puput," kata Ariani.

Simak enam langkah tersebut berikut ini:

1.Bersihkan telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari hingga kuku dengan sabun.

2.Kunci kedua tangan di antara sela-sela jari.

3.Putar dengan gerakan tangan kiri ke kanan, lalu sebaliknya.

4.Setelah itu, putar lagi posisi tangan untuk membersihkan jari tangan.

5.Setelah itu, tutup keran dengan siku atau dengan tisu.

6.Untuk membuka gagang pintu kamar mandi pun sebaiknya demikian.

Menurunkan angka kematian

Ariani mengatakan, tak perlu sabun khusus untuk CTPS. Menurut dia, , sabun apa pun sudah efektif menyingkirkan kuman pada tangan. Cuci tangan dengan tisu basah maupun sanitazer disarankan jika memang tak ditemukan air mengalir.

"Itu hanya sementara saja, ketika ketemu air mengalir ya segera cuci tangan pakai sabun," jelasnya.

Tak hanya itu. Saat mencuci tangan, ada baiknya perhiasan atau aksesoris di tangan dilepas, misalnya jam tangan, cincin, gelang. Ini penting dilakukan agar kuman tidak tertinggal.

Selain itu, bersihkan juga secara teratur remote TV, ponsel, pegangan pintu, atau bagian perabot rumah yang sering dipegang bersama-sama. Kotoran atau kuman biasanya menempel pada benda-benda tersebut.

Kebersihan kuku juga harus dijaga, yakni dengan memotongnya seminggu sekali. Biasakan mencuci tangan pada lima waktu penting, yaitu sebelum makan pagi, siang, malam, saat mandi, dan setelah buang air besar atau kecil di kamar mandi.

Satu hal penting lagi. CTPS juga harus dibiasakan para ibu sebelum merawat bayi maupun balitanya. Pasalnya, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, CTPS telah terbukti menurunkan prevalensi balita yang menderita diare, yaitu dari 9 persen tahun 2007 menjadi 3,5 persen tahun 2013. CTPS juga menurunkan risiko diare hingga 50 persen dan ISPA hingga 45 persen. (LTF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com