Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sungai Meluap, Satu Rumah Hanyut, Puluhan Terendam

Kompas.com - 08/11/2014, 19:21 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Hujan deras yang mengguyur Bengkulu pada Jumat (7/11/2014) hingga Sabtu (8/11/2014) mengakibatkan puluhan rumah tenggelam, lima pondok petani hanyut, ratusan hektar sawah dan perkebunan rusak. Hal ini akibat air Sungai Ngalam di Desa Simpang Tiga Ngalam, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma meluap.

Di Kabupaten Seluma terdapat ratusan hektar sawah dan kebun sawit terendam dengan kedalaman berkisar satu hingga dua meter, 20 rumah terendam, satu hanyut, lima pondok petani terseret arus. Delapan mesin traktor tangan milik petani hilang, bahkan hewan liar seperti ular jenis piton ikut naik ke daratan.

"Warga yang rumahnya terendam banjir sementara diungsikan, petugas Tim Reaksi Cepat (TRC) telah melakukan evakuasi dan pertolongan," kata Kepala BPBD Seluma, Azwardi melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik, Novery.

Sementara itu, di Kota Bengkulu, banjir juga merendam puluhan rumah warga tepatnya di Kelurahan Kebun Beler dan Penurunan RT XI. Hujan yang mengguyur sejak sore hari itu membuat warga terpaksa memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi.

Pengelolaan Tata Ruang Tak Konsisten
Sementara itu, Koordinator Komunitas Penggiat Pengurangan Risiko Bencana Bengkulu, Nurcholis Sastro, menyebutkan, intensitas banjir di Kota Bengkulu terus meningkat dalam empat tahun terakhir.

Pada tahun 2010 terjadi delapan kasus, 2012 ada 14 kasus, 2013 terdapat 18 kasus. Jumlah tersebut terus meningkat setiap tahun. Selain itu, ia tegaskan terdapat pula puluhan kelurahan yang menjadi kantung-kantung baru daerah banjir. "Kantung baru banjir itu dahulu belum ada namun sekarang semakin banyak bermunculan," kata dia.

Nurcholis mengatakan, munculnya kantung baru banjir ini diakibatkan tak konsistennya tata ruang daerah. Beberapa daerah resapan air dijadikan sebagai pusat bisnis seperti hotel, mal, restoran.

"Kawasan Pantai Panjang itu merupakan kawasan serapan air dan juga tempat pembuangan air ke laut, namun dengan menjamurnya hotel, ada juga mal, pusat bisnis, penggabungan beberapa muara sungai mengakibatkan banjir tak dapat dihindari menerpa rumah warga," kata dia.

Bengkulu mengalami kerusakan atau degradasi kawasan penyangga antara hutan dengan wilayah pesisir selama 20 tahun. Baru empat tahun ini imbas kerusakan tersebut dirasakan berupa banjir. "Perusakan kawasan penyangga itu disebabkan oleh perkebunan dan pertambangan, termasuk tata ruang yang tak konsisten," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com