Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polda Papua Tetapkan 13 Tersangka Makar

Kompas.com - 20/08/2014, 11:14 WIB

JAYAPURA, KOMPAS.com — Kepolisian Daerah Papua menetapkan 13 tersangka yang terindikasi mengikuti rapat koordinasi pengesahan Tentara Pembebasan Negara Papua Barat, Minggu (10/8), di Kampung Warombaim, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Papua. Sementara 18 orang lainnya dikenai sanksi wajib lapor ke Polres Jayapura.

Seperti diberitakan Kompas, pada 12 Juni 2014, sebanyak 21 simpatisan Organisasi Papua Merdeka diamankan aparat gabungan Polres Jayapura dan TNI seusai mengikuti acara pelantikan Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM) Komando Daerah Operasi Hans Rikard Joveni. Mereka adalah delegasi dari beberapa kabupaten, yakni Nabire, Paniai, dan Yalimo.

”Identitas para tersangka adalah Zeth Demotekay, Filemon Yare, Losedek Loko, Herman Siep, Alpinus Pahabol, Mathius Young, John Dokopa, Kat Mabel, Tabi Loko, Yos Watei, Enos Hisage, Nius Alom, dan Anton Gobay,” kata Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Sulistyo Pudjo, Senin (18/8).

Sulistyo mengatakan, para tersangka dijerat dengan Pasal 106 juncto Pasal 87 KUHP dan juncto Pasal 53 KUHP, yakni turut membantu dalam perbuatan makar. ”Khusus bagi Zeth juga dikenai Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951. Sebab, Zeth memiliki lima butir amunisi dan satu magasin untuk senjata SS1,” papar Sulistyo.

Sementara itu, Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Christian Zebua mengatakan, pihaknya menargetkan membujuk ratusan simpatisan OPM di bawah pimpinan Matias Wenda yang berada di Papua Niugini. Sebelumnya, pihaknya bisa membujuk 700 simpatisan OPM di Manokwari Selatan kembali ke dalam NKRI.

Ketua Lembaga Masyarakat Adat Provinsi Papua Lenis Kogoya mengatakan, pemerintah daerah dan aparat keamanan tak boleh hanya memberikan janji kepada para simpatisan OPM yang telah bergabung dengan NKRI.

Niko Aiba, salah satu mantan tokoh OPM, mengharapkan agar para pejabat pemda tak hanya memikirkan dirinya sendiri. ”Kemerdekaan yang sesungguhnya bagi kami adalah terbebas dari belenggu kemiskinan dan buta huruf. Selama empat dekade, pemerintah pusat dan pemda belum pernah memperhatikan kami dengan serius,” katanya. (FLO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com