Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelenteng Ho Bong Tio dan Sejarah Banyuwangi yang Ludes Terbakar...

Kompas.com - 14/06/2014, 10:57 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Kepada Kompas.com, perempuan yang sedang menyusun buku tentang Kelenteng Ho Tong Bio ini bercerita bahwa kelenteng tersebut memiliki keterikatan sejarah dengan Kerajaan Blambangan, cikal bakal dari wilayah Kabupaten Banyuwangi sekarang.

Ika mengatakan sebuah penelitian yang diterbitkan Jurnal Kebudayaan Asia edisi 24 Juni 2000 berjudul Dari Nahkoda Menjadi Leluhur Dewa: Penyembahan Kongco di Jawa Timur dan Bali (Abad 18-20), memuat soal sejarah Kongco Tan Hu Cin Jin.

Merujuk buku tersebut, ujar Ika, Kongco berasal dari Chaozhou di provinsi Guangdong, China. Setiba di nusantara pada saat itu, Kongco membangun sebuah istana di Bali dan menjadi dewa di Pelabuhan Blambangan.

Buku itu pun bertutur bahwa Kongco disewa Raja Blambangan untuk membangun istana di Macan Putih. Namun, sesudah terjadi konflik di kerajaan Mengwi, Kongco dan dua orang Bali memilih tinggal di Puncak Sembulungan Blambangan dan dipercaya moksa menjadi pelindung orang-orang tionghoa di Blambangan.

Menurut Ika, orang-orang tionghoa banyak berpindah ke Blambangan setelah terjaddi pembantaian atas etnis tersebut di Batavia, yang sekarang menjadi Jakarta, pada 1740, yang berlanjut dengan pembantaian di Semarang, Jawa Tengah, pada 1741.

"Kongco Tan Cin Jin inilah yang banyak membantu etnis tionghoa dan menyelamatkan mereka sehingga dibuat pemujaan. Panel tertua 1784 merupakan sumbangan dari Huang Bang sebagai ucapan terima kasihnya terhadap Kongco. Angka yang terdapat pada panel itu yang dijadikan pedoman sebagai tahun berdirinya Kelenteng Ho Tong Bio," papar Ika.

Berdasarkan papan kayu yang terdapat di kelenteng tersebut diketahui kelenteng Ho Tong Bio mengalami beberapa kali renovasi. Beberapa era renovasi tersebut antara lain adalah pada 1848 sesuai tanggal Daoguang 28. Papan tersebut merupakan sumbangan dari kapten Yang Changyuan yang menjabat kapitein China di Banyuwangi pada 1844-1851.

"Termasuk juga catatan 1890-an yang dipersembahkan pelaut dari Canton, Chen Guanjie dan Chen Xiutong. Kongco juga banyak membantu kerajaan Blambangan termasuk keterpihakan dia pada setiap peperangan yang terjadi di Blambangan," kata Ika.

Di sinilah keprihatinan Ika memuncak. Semua bukti sejarah yang baru saja dia paparkan tersebut sudah turut terbakar dan menjadi abu. "Padahal bangunan ini akan dimasukkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya, mengingat keberadaannya yang penting terkait sejarah Banyuwangi," ujar dia dengan tatapan menerawang ke bekas bangunan yang tersisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com