Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelenteng Ho Bong Tio dan Sejarah Banyuwangi yang Ludes Terbakar...

Kompas.com - 14/06/2014, 10:57 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Seorang lelaki Tionghoa berambut putih, terlihat berjalan masuk ke bekas bangunan terbakar, Jumat (13/6/2014). Sembari berjalan dia terus menggeleng-gelengkan kepala dan sesekali mengusap matanya. Bangunan yang terbakar habis itu adalah Kelenteng Ho Tong Bio.

"Habis tidak tersisa. Tuhan punya rencana lain," ujar Indra Cahyono, lelaki itu saat didekati Kompas.com. Kelenteng ini merupakan bangunan tua yang dibangun pada 1784 di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dan terbakar habis pada Jumat pagi.

Indra adalah salah satu pengurus kelenteng ini, membidangi keagamaan. Dia pun bertutur soal persembahyangan terakhir yang digelar pada Kamis (12/6/2014) malam. "Tepat malam purnama kami menggelar sembahyang Thai Siang Lao Tjin sampai jam 10 malam. Tidak ada firasat apapun," ujar dia.

Benda-benda lawas yang hilang

Menurut Indra, bangunan utama kelenteng yang rusak akan direnovasi. Namun, banyak benda bersejarah terbakar tak terselamatkan. "Ada beberapa kursi dan meja yang tertulis tahun 1911. (Juga) foto pemain Leang Leong pada 1925 serta foto kelenteng pada 1974," sebut dia.

Belum lagi, lanjut Indra, beberapa prasasti berbahan panel kayu bertanggal Qianlong Jiachen 1784 yang memuat kaligrafi Tan Cin Jin (Chen fu Zhen Ren), dewa utama kelenteng ini. Tentu saja, sebut dia, kayu-kayu bangunan yang usianya ratusan tahun juga menjadi daftar barang tak terselamatkan.

Indra menjelaskan ada 6.000 umat Tri Dharma yang beribadah di Kelenteng Ho Tong Bio. Dia bercerita, kelenteng ini semula hanya berukuran setengah hektare. "Kami bangun sedikit demi sedikit dari bantuan umat hingga pada 2008 menjadi 3 hektare."

Dengan kebakaran ini, Indra menyarankan umat yang hendak bersembahyang untuk melakukannya di kelenteng di Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. "Anak kelenteng ini," ujar dia.

4 patung saja

Dari puluhan patung yang semula ada di kelenteng Ho Bong Tio, Indra mengatakan hanya tersisa empat patung kayu yang tak terbakar. Patung berumur ratusan tahun tersebut ikut terlalap api dalam kebakaran selama 4 jam, tetapi ditemukan utuh meskipun warnanya menghitam.

"(Keempat patung itu adalah) tiga patung dari Tri Dharma yaitu Budha, Kong Hu Cu, dan Tao, serta satu patung Dewa Ngoco yang usianya ratusan tahun dan berukuran kurang dari satu jengkal tangan," sebut Indra.

"Bagi kami ini keajaiban terutama Dewa Ngoco karena terbuat dari kayu. Kalau pakai logika kan pasti terbakar. Ukurannya yang kecil kami temukan di antara puing-puing bangunan. Patung Dewa Ngoco sendiri asli dari Hokian China yang dibawa ke sini ratusan tahun yang lalu. Mungkin seusia klenteng ini," imbuh Afandi salah satu pengurus Klenteng Ho Tong Bio.

Bagi Afandi, tak terbakarnya patung kayu itu merupakan sebuah cerita tersendiri. "Padahal tempatnya sudah habis terbakar termasuk patung dewa lain yang ada di sekitaranya," kata lelaki berusia 65 tahun ini sembari menata beberapa patung di sebuah meja.

Sejarah Blambangan

Terbakarnya komunitas Kelenteng Ho Tong Bio turut menjadi keprihatinan komunitas sejarah Blambangan. "Kami ikut sedih atas terbakarnya Kelenteng Ho Tong Bio. Bangunan ini merupakan satu-satu bangunan sejarah yang masih utuh," ungkap Ika Ningtyas Ungraini, ketua komunitas tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com