Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Penambangan Liar di Danau Serantangan, Singkawang

Kompas.com - 05/04/2014, 20:23 WIB
Kontributor Singkawang, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

Seorang pekerja yang tidak mau disebutkan namanya bercerita, mereka biasanya menggunakan sistem pembagian 70:30 dari hasil yang diperoleh. Namun ada juga yang menggunakan sistem kerja harian.

Para pekerja ini kebanyakan berasal dari luar daerah, yang mengadu nasib bekerja menjadi pekerja dompeng, sebutan bagi mereka yang bekerja mencari emas dengan cara ini. Namun rata-rata dari mereka menjadikan pekerjaan ini sebagai batu loncatan mendapatkan modal untuk bekerja di tempat lain.

Di antara para pekerja tersebut, mereka ada pula yang membawa serta istri dan anaknya selama mereka berada di lokasi penambangan. Mereka tinggal di pondok-pondok kecil atau kamp yang dibangun untuk tempat mereka beristirahat.

Tak hanya pondok tempat berteduh, di lokasi ini juga tersedia beberapa kantin yang memenuhi kebutuhan para penambang, mulai dari kebutuhan pribadi, sembako, hingga minuman beralkohol. Bahkan ada tempat hiburan jenis karaoke dan warung remang di lokasi tersebut.

Suasana di lokasi ini pun mirip perkampungan, ada canda tawa serta harapan yang terpancar dari raut wajah mereka.

Untuk mandi dan aktivitas lainnya, mereka juga menggunakan air danau yang sudah tercemar limbah. Bahkan para anak-anak pun asik bermain dan mandi di lokasi penambangan tersebut.

Akses yang jauh dengan desa dan warga sekitar pun membuat para anak-anak ini tidak bisa bersekolah. Sungguh sangat disayangkan, kondisi seperti ini sepertinya terabaikan.

Penegakkan hukum
Dari segi penegakkan hukum, Kapolres Singkawang AKBP Andreas Widihandoko menegaskan bahwa lokasi penambangan tersebut harus ditertibkan, namun harus terkontribusi dengan pihak lainnya termasuk pemerintah daerah.

“Penertiban itu harus komprehensif, pemda juga harus ikut turun ke lapangan. Antara warga sekitar, pemerintah daerah, tokoh masyarakat maupun tokoh agama juga harus komprehensif untuk mewujudkan penertiban itu,” ujar Widihandoko, Jumat (4/4/2014) lalu.

Widihandoko juga mengakui, bahwa untuk penertiban di Danau Serantangan belum dilakukan, karena selain medan yang sulit dijangkau juga keterbatasan personel. Dari segi jumlah pekerja tambang yang mencapai seribu orang lebih, dikhawatirkan akan terjadi konflik sehingga pihak kepolisian masih mempertimbangkan penertiban di kawasan tersebut.

“Ini kembali lagi kepada kesejahteraan masyarakat, lapangan pekerjaan harus diperluas, penegakkan hukum juga harus dipertegas,” tegasnya.

Kerusakan lingkungan
Terkait kerusakan lingkungan, Kalimantan Regional Leader WWF-Indonesia, Hermayani Putera mengatakan, kondisi ini merupakan potret buruknya tata kelola sumberdaya alam, mulai dari ketidakjelasan tata guna lahan, dan kepastian lahan di sekitar lokasi penambangan.

Selain itu, absennya pemerintah dalam menjalankan upaya-upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup juga menjadi gambaran buruk atas strategi pembangunan ekonomi wilayah.

Hermayani juga menegaskan, biasanya warga setempat sudah tidak berdaya karena didominasi oleh warga dari luar. “Ini sangat umum terjadi di banyak lokasi PETI seperti di Danau Serantangan ini” ujar Hermayani.

“Umumnya memang seperti itu, supaya dominasi dalam struktur ekonomi di lokasi tambang tetap dipegang oleh pemilik modal. Biasanya para pekerja yang minim tersebut dibekali kebutuhan logistik untuk jangka waktu tertentu ketika mereka mulai bekerja,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com