Kapal tradisional antarpulau ini berlayar dari Desa Tunggu dengan tujuan Dobo, Ibu Kota Kepualaun Aru pada Minggu pagi, namun saat berada di Selat Wokam tepatnya dekat Pulau Babi, kapal tersebut diterjang cuaca buruk dan gelombang tinggi yang mencapai empat meter, kapal itu pun akhirnya tenggelam.
Kepala Polres Kepulauan Aru, AKBP Muhammad Rum Ohoirat, Senin (27/1/2014) membenarkan adanya insiden itu. Menurut Rum kapal naas itu tenggelam setelah diterjang cuaca buruk dan gelombang tinggi di perairan tersebut.
“Enam penumpang selamat dalam peristiwa itu, namun seorang penumpang lainnya masih hilang,” kata Rum.
Dia menjelaskan, tim penolong dibantu warga yang melakukan pencarian hingga Senin pagi, hanya berhasil menemukan keenam penumpang kapal sedangkan satu penumpang lain tidak berhasil ditemukan.
“Tim SAR hanya menemukan enam penumpang. Dan satu penumpang lain masih dicari,” ujarnya.
Cuaca buruk dan tinggi gelombang di Perairan Maluku memang masih mengancam pelayaran kapal-kapal tradisional di Maluku.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pattimura Ambon mengatakan tinggi gelombang di sejumlah perairan di Maluku mencapai dua hingga tiga meter.
“Selain itu angin kencang juga akan terjadi di sejumlah wilayah di Maluku dengan kecepatan 30 kilometer per jam,” kata Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.