Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa "Merindukan" Sosok Suharto?

Kompas.com - 25/11/2013, 20:50 WIB

Suara korban Suharto

Sejumlah orang yang pernah menjadi korban dari kebijakan keamanan era Suharto menilai munculnya kerinduan orang terhadap Suharto harus direspons dengan perbaikan kebijakan dan sikap presiden dalam menangani sejumlah isu ekonomi dan politik.

"Sebenarnya ini menyangkut kepemimpinan. Saat ini, kita sudah masuk era demokratisasi. Tidak perlu harus surut kembali," kata AM Fatwa yang pernah dipenjara semasa pemerintahan Suharto.

Fatwa pernah dikenai pasal subversif dan divonis hukuman 18 tahun penjara karena dituduh terlibat dalam peristiwa kekerasan Tanjung Priok pada 12 September 1984 yang menewaskan sembilan orang.

"Ini lebih pada masalah kepemimpinan yang tidak berwibawa dan tidak tegas. Ini yang disuarakan masyarakat. Kita kehilangan seorang pemimpin."

Sementara korban kekerasan rezim Orde Baru lainnya, Hendrik Sirait, mengatakan, kecenderungan orang menengok ke masa Suharto ialah karena kegagalan penuntasan sejumlah agenda reformasi.

"Saya melihatnya itu sebenarnya manifestasi protes terhadap situasi saat ini, yang menilai bahwa pemerintahan saat ini tidak jauh lebih baik dari Orde Baru, bahkan dari sisi kesejahteraan sebagian kecil masyarakat menilai masa Orde Baru lebih baik," kata Hendrik.

"Meskipun itu tentu saja keliru karena korupsi di masa orde baru sangat marak dan sampai sekarang KKN Suharto dan kroninya juga tidak dituntaskan."

Sisi gelap

Hendrik yang pernah menjadi korban penculikan pada 1 Agustus 1996 karena aktivitasnya mendukung tokoh oposisi saat itu, Megawati Soekarnoputri, juga mengingatkan orang agar tidak lupa pada kebijakan keras Suharto terhadap lawan politiknya.

"Saat itu sangat represif dan tidak ada keterbukaan di seluruh sektor kehidupan masyarakat. Dia melakukan itu untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi."

Hendrik yang terlibat dalam sejumlah aksi unjuk rasa mengkritisi kebijakan Suharto sempat diculik dan mengalami penyiksaan oleh aparat keamanan di bawah pemerintahan Suharto.

"Saya diculik oleh intel militer dan dibawa ke sebuah lembaga intelijen selama enam hari. Saya disiksa, tidak hanya dipukuli, tapi juga disetrum, disundut rokok, dan berbagai tindakan tidak manusiawi," kenang Hendrik.

Sampai saat ini, sebagai korban, dia merasa kasus kekerasan pada masa Orde Baru belum diselesaikan secara tuntas.

Lembaran sejarah tentang cerita Suharto dan Orde Baru memang seharusnya tidak dikenang dari satu sisi terangnya saja tanpa melihat catatan gelapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com