Warga dari berbagai penjuru Kota Ambon terlihat mengerumuni deretan tenda yang berdiri di sepanjang jalan itu. Tujuan mereka sama, berburu beraneka jenis kue, makanan, dan minuman untuk berbuka puasa.
Berbagai macam kue dan masakan dijajakan oleh warga Batu Merah. Dari kue tart, kue lapis, roti, kolak, kue khas Ambon, hingga masakan untuk santapan buka puasa. Harganya bervariasi, tergantung jenis dan ukuran. Dari yang termurah Rp 1.000, hingga yang paling mahal Rp 10.000.
Sehari sebelum Ramadhan, warga Batu Merah telah mendirikan tenda di sepanjang jalan di kampung itu. Meja berbagai ukuran untuk menjajakan makanan pun ditata.
Suasana itu menjadi pemandangan khas Batu Merah di bulan Ramadhan. Karena itulah, ada julukan khusus bagi desa itu, yakni "Kampung Kue".
Tujuan "Kampung Kue" bukan sekadar untuk mengais rezeki, melainkan juga mempunyai makna lebih dalam menjalin silaturahim dengan warga lain, baik sesama Muslim maupun non-Muslim.
"Memang tujuannya untuk mencari rezeki di bulan Ramadhan. Namun tradisi ini sudah menjadi simbol silaturahim yang telah lama dilakukan warga secara turun temurun," kata Halila Hatala kepada Kompas.com saat ditemui di tenda jualannya, Minggu (14/7/2013) sore.
Halila menuturkan, para pembeli bukan hanya dari kampung sekitar Batu Merah, melainkan juga datang dari kawasan yang cukup jauh.
"Banyak juga yang datang dari jauh untuk membeli kue di sini seperti dari Kebun Cengkeh, Tantui, Kapaha, dan lain-lain. Saat itu biasanya terjadi interaksi dan kita bisa saling mengenal di situ," ujarnya.
Tak hanya warga Muslim yang berburu kue dan makanan berbuka puasa di desa ini, tak sedikit dari warga non-Muslim juga kerap berburu kue dan makanan kesukaan keluarganya di Desa Batu Merah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.