Salin Artikel

Dentuman Ratusan Meriam Karbit Sambut Idul Fitri di Kota Pontianak

Keenam meriam karbit itu berdentum secara silih berganti tatkala disulut oleh Penjabat Gubernur Kalbar Harisson, Penjabat Wali Kota Pontianak Ani Sofian, dan Pangdam XII Tanjungpura Mayjen TNI Iwan Setiawan.

Dentuman meriam itu tanda dimulainya eksibisi permainan tradisional meriam karbit dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri, Selasa (9/4/2024) malam.

Harisson menuturkan, Eksibisi Meriam Karbit 2024 ini merupakan momen istimewa, yang bukan hanya tentang menampilkan keunikan meriam karbit, tetapi juga melestarikan budaya dan tradisi turun temurun.

“Meriam karbit merupakan salah satu bentuk seni tradisional yang unik dan kreatif serta sangat dinantikan masyarakat Pontianak hingga luar Kalbar,” kata Harisson dalam keteranhan tertulis, Selasa malam.

Di balik suara dentumannya, sambung Harisson, meriam karbit juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi.

Harisson berharap eksibisi ini dapat menjadi sarana silaturahmi bagi seluruh masyarakat, utamanya di malam takbiran yang penuh suka cita.

“Saya ingin mengajak kepada seluruh masyarakat untuk bersama-sama melestarikan seni meriam karbit, mari kita jadikan seni ini sebagai salah satu aset budaya yang berharga bagi Kalbar,” ucap Harisson.

Sementara, Ani Sofian menerangkan, permainan meriam karbit ini rutin digelar dalam rangka memeriahkan Hari Raya Idul Fitri di Kota Pontianak.

Pada malam ini, terdapat 41 titik lokasi permainan meriam karbit dengan jumlah masing-masing antara 5-6 meriam karbit di sepanjang Sungai Kapuas, baik yang berada di wilayah Pontianak Timur maupun di Pontianak Selatan, dan Tenggara.

“Harapan saya permainan ini menjadi event pariwisata Kota Pontianak dan menjadi agenda tetap kalender pariwisata."

"Mudah-mudahan memberikan multiplier effect bagi masyarakat Kota Pontianak,” kata Ani.

Sebagaimana diketahui, permainan meriam karbit adalah permainan tradisional masyarakat Kota Pontianak.

Permainan ini sudah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016 sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Kota Pontianak sehingga perlu terus dilestarikan.

“Tradisi permainan rakyat ini perlu terus dilestarikan sebagai kekayaan budaya yang dimiliki Kota Pontianak,” ungkap Ani.

Menurut Ani Sofian, meriam Pontianak sangat berbeda dengan meriam di daerah lain. Meriam Pontianak terbuat dari kayu dengan ukuran 4-7 meter, dengan diameter 40-100 centimeter.

“Bunyi dentuman yang dihasilkan cukup dahsyat terdengar hingga mencapai radius 2-10 kilometer,” ucap Ani.

Permainan tradisional meriam karbit ini tidak terlepas dari nilai sejarah berdirinya Kota Pontianak sejak dahulu kala.

Pada zaman dahulu, meriam ini digunakan oleh Sultan Syarif Abdurrahman untuk membangun Kota Pontianak.

Di mana menurut legenda, meriam digunakan Sultan untuk mengusir hantu kuntilanak yang sering mengganggu pembangunan Masjid Jami' dan Istana Kadriyah.

Selain itu, meriam juga digunakan sebagai pertanda masuk waktu salat, sahur dan berbuka puasa di bulan Ramadan.

“Saat ini meriam sudah digunakan untuk berbagai momen khusus selain untuk menyambut malam lebaran setiap tahunnya,” sebut Ani.

Di tempat yang sama, Kadisporapar Kalbar, Windy Prihastari juga ikut merasakan sensasi menyulut meriam karbit.

Kali ini, ada wisatawan dari Palembang yang juga ikut menyulut meriam tersebut.

Windy berharap, tradisi meriam karbit ini dapat mengundang para wisatawan untuk datang ke Pontianak.

“Semoga dengan adanya tradisi meriam karbit ini dapat mendatangkan wisatawan ke Pontianak, wisata di Kalbar,” tutup Windy.

https://regional.kompas.com/read/2024/04/10/010000878/dentuman-ratusan-meriam-karbit-sambut-idul-fitri-di-kota-pontianak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke