Salin Artikel

Ada 212 Kasus DBD di Sumbawa NTB, Didominasi Anak Usia Sekolah 

Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Sarip Hidayat membenarkan terjadi peningkatan kasus signifikan.

Dia mengungkapkan, pada bulan Januari 2024 tercatat ada 21 kasus DBD, kemudian Februari 71 kasus, dan Maret naik lagi menjadi 119 kasus.

Ia menjelaskan, peningkatan kasus demam berdarah di kabupaten Sumbawa terjadi karena beberapa faktor.

Di antaranya, curah hujan yang cukup tinggi, permukiman padat penduduk, dan kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat.

“Hingga saat ini sebanyak 212 kasus demam berdarah terjadi. Dan belum ada kasus DBD meninggal dunia. Kasus didominasi Anak usia pra-sekolah hingga remaja,” kata Sarip saat ditemui Kamis (4/4/2024).

Sarip mengatakan masyarakat perlu sadar dan paham pada bahayanya DBD yaitu dengan menjaga hidup sehat. Warga diminta tak membuang sampah sembarangan.

Selain itu, sekolah-sekolah diharapkan lebih proaktif membersihkan lingkungan lantaran kasus DBD didominasi anak usia sekolah.

“Saat musim hujan seperti saat ini diperlukan adanya gerakan Jumantik yakni juru pemantau jentik di masing-masing rumah dan selalu menjaga kesehatan dengan membersihan lingkungan,” sebutnya.

Sebaran

Dinkes Sumbawa mengungkap angka sebaran kasus DBD. Kasus tertinggi terjadi di kecamatan dengan penduduk yang padat, seperti Kecamatan Sumbawa yakni 98 kasus.

Disusul kemudian Kecamatan Labuhan Badas 29 kasus, Kecamatan Empang 19 kasus, Kecamatan Unter Iwes 18 kasus.

Lalu Kecamatan Moyo Hilir 13 kasus, Kecamatan Moyo Utara 8 kasus, Kecamatan Moyo Hulu 5 kasus, Kecamatan Lape 4 kasus, Kecamatan Buer 3 kasus, Kecamatan Lopok 3 kasus, Kecamatan Labangka, Alas, Batulanteh, Tarano masing-masing 2 kasus.

Adapun Kecamatan Alas Barat dan Plampang masing-masing satu kasus DBD.

Ia menjelaskan terdapat dua jenis nyamuk yang paling sering menyebarkan virus dengue ini yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus. 

Sarip juga menjelaskan mengenai tanda dan gejala seseorang terjangkit DBD.

“Banyak orang tidak mengalami tanda atau gejala infeksi DBD. Ketika gejala benar-benar terjadi disalahartikan sebagai penyakit lain seperti flu, biasanya gejala akan muncul mulai empat hingga 10 hari setelah digigit nyamuk. Penyakit ini bisa menyebabkan demam tinggi hingga 40 derajat Celsius, sakit kepala, nyeri otot, tulang atau sendi, mual dan muntah, sakit di belakang mata, kelenjar bengkak dan ruam,” jelasnya.

Pemerintah Kabupaten Sumbawa mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan langkah antisipasi seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN), mengingat iklim yang ekstrem mempengaruhi pola kembang biak nyamuk yang lebih cepat.

"Langkah PSN Ini untuk mengantisipasi atau mencegah nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak lebih banyak," katanya.

Selain itu, penguatan layanan promosi kesehatan melalui Puskesmas Keliling juga dimasifkan untuk edukasi pemberantasan sarang nyamuk.

"Kalau tidak ada tempat berkembang nyamuk, maka tidak ada kasus. Kami harap orangtua segera membawa anak ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala," pungkas Sarip.

https://regional.kompas.com/read/2024/04/04/110256778/ada-212-kasus-dbd-di-sumbawa-ntb-didominasi-anak-usia-sekolah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke