Salin Artikel

Curhat Sopir Batu Bara di Jambi Kehilangan Pekerjaan Usai Jalan Nasional Ditutup

JAMBI, KOMPAS.com - Aksi sopir angkutan batu bara di kantor Gubernur Jambi, Al Haris, berkaitan dengan nasib mereka yang kehilangan pekerjaan selama 23 hari.

Jamhuri, sopir dari Senaung, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muarojambi mengatakan, aksi damai tersebut menuntut dua hal. Pertama, sopir batu bara boleh kembali beroperasi atau menutup semua perusahaan, termasuk jalur sungai.

Artinya aksi damai ratusan sopir batu bara sejak Senin (23/1/2024) akan tetap berlangsung sampai Gubernur Jambi, Al Haris, memberikan keputusan.

Jamhuri meminta gubernur memberikan solusi kongkrit atas persoalan sopir angkutan batu bara. Pasalnya ketika tidak bekerja karena jalan nasional ditutup untuk angkutan batu bara, tidak ada solusi yang diberikan.

"Kami ini tidak terikat dengan perusahaan, jadi kalau tidak bisa beroperasi, maka tidak ada pesangon yang diberikan dan sopir tidak memiliki pendapatan," kata Jamhuri.

Pria berusia 60 tahun ini mengaku sudah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lewat aksi ini, para sopir berharap gubernur memberikan keadilan atau menyediakan solusi untuk ribuan sopir yang kehilangan kerja.

Mengenai demo sebelumnya, Jamhuri mengaku para sopir bertindak anarkis. Bahkan saat para sopir kecewa tidak ada keputusan dalam pertemuan, pihaknya masih berupaya sabar. 

Namun situasi menjadi tak terkendali saat ada oknum tidak bertanggung jawab melempari kantor gubernur dengan batu.

"Saya dan juga lainnya berusaha mencegah agar para sopir tidak terprovokasi dan melempar batu. Jadi kami tidak tahu siapa melempar batu yang buat kaca-kaca pecah," kata Jamhuri.

Jamhuri mengugkapkan, demo serupa pernah dilakukan 2012. Saat itu, mantan Gubernur Hasan Basri Agus (HBA) cepat mmemberikan solusi, sehingga tidak kantor gubernur tidak sampai rusak. 

Ekonomi sulit

Istri sopir dari Desa Muhajirin, Eka Maspupa mengatakan, banyak Polwan menangis saat ia dan istri sopir lainnya mengeluh persoalan ekonomi. 

Bagaimana mereka kesulitan ketika anak-anak berangkat sekolah dan meminta uang jajan tetapi tidak memiliki uang untuk diberikan.

Untuk makan pun kini sudah menambah utang di warung. Akibatnya para sopir batubara ini berharap diberikan kepastian hukum. Jika memang sudah tidak bisa beroperasi, maka tutuplah semua perusahaan.

"Jangan sampai ada anak tiri dan anak kandung. Ada perusahaan yang dibolehkan angkut batubara, ada yang dilarang," kata Maspupa.

Menurut dia, semenjak penutupan jalan nasional ini, perempuan mendapatkan tekanan dua kali. Mereka tidak memiliki uang belanja dan harus bekerja karena suami tidak lagi bekerja.

"Dulu kami disuruh (dibolehkan) angkut batubara. Kemudian dibiarkan bertahun-tahun, setelah kami bergantung dengan batubara, malah disuruh stop. Kami tidak punya pekerjaan lain lagi," kata Maspupa sambil menyeka air matanya.

Sekarang para sopir sudah bergantung dengan batubara. Sebelum tahun 2020, banyak sopir bekerja untuk pemilik mobil.

Karena banyak yang menaruh harapan, sebagian sopir mengambil kredit mobil sendiri untuk mengubah nasib. Tetapi setelah jalan 1-2 tahun, Gubernur Jambi, Al Haris menghentikan angkutan batubara.

"Kredit mobil kami gak bisa dibayar. Kami takut ditarik oleh dealer. Karena mobil itulah, alat dari suami saya untuk mencari uang," tutup Maspupa.

https://regional.kompas.com/read/2024/01/23/154311178/curhat-sopir-batu-bara-di-jambi-kehilangan-pekerjaan-usai-jalan-nasional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke