Salin Artikel

Ganjar Pranowo Pakai Busana Adat Rote Ndao Saat Debat Cawapres, Ini Maknanya

Tokoh masyarakat Desa Nusakdale, Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao, Nyongky Malelak mengaku bangga, busana adat mereka dikenakan oleh salah satu calon presiden.

"Sebuah kebanggaan bagi kami oang Rote. Walau jauh di beranda terselatan, tapi pakaian kebesaran kami menjadi pilihan Mas Ganjar saat debat," kata Nyongky, kepada Kompas.com, Sabtu (23/12/2023) pagi.

Nyongky menyebutkan, busana yang dikenakan Ganjar tersebut disebut Badu Lote.

Busana itu, lanjut Nyongky, digunakan pada acara-acara adat, seperti perkawinan, acara hus (tarian berkuda), pemakaman orang mati dan acara adat lainnya.

"Baju digunakan dengan selimut atau dalam bahasa Rote disebut Lafa," kata Nyongky.

Aksesori yang digunakan lanjut Nyongky yakni habas (kalung), penik (ikat pinggang) dan topi berbentuk antena (tiilangga).

Khusus untuk topi tiilangga, kata dia, menjadi ciri khas dari pakaian adat Rote yang menjadi pembeda dengan suku lainnya di NTT.

Topi ini memiliki bentuk runcing di bagian atas. Adanya bagian runcing pada topi ternyata bukan tanpa arti.

"Bagian tegak dan runcing ini seolah menggambarkan sifat orang Rote yang cenderung bertekad keras," kata dia.

Topi ini dibuat dari bahan dasar daun lontar. Daun lontar kering ini dipercaya sebagai simbol kewibawaan dan simbol kepercayaan bagi kaum laki-laki Suku Rote.

Nyongky berharap, busana adat Rote Ndao semakin terkenal luas di Indonesia, sehingga bisa berdampak pada ekonomi warga.

"Semoga ini menjadi kebangkitan bagi dunia usaha mikro kecil menengah, khusus ibu-ibu perajin tenun ikat," ujar dia. 

https://regional.kompas.com/read/2023/12/23/075532678/ganjar-pranowo-pakai-busana-adat-rote-ndao-saat-debat-cawapres-ini-maknanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke