Salin Artikel

Mengapa Lhokseumawe Dijuluki Kota Petro Dollar?

KOMPAS.com - Kota Lhokseumawe adalah sebuah wilayah administratif yang berada di Provinsi Aceh.

Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara dan terletak di Pesisir Timur Pulau Sumatera.

Ada yang menyebut bahwa asal-usul nama Kota Lhokseumawe berasal dari istilah setempat yaitu "Lhok" dan "Seumawe".

Kata “Lhok” memiliki arti dalam, teluk, palung laut, sementara kata “Seumawe” memiliki arti air yang berputar-putar atau pusat dan mata air pada laut sepanjang lepas pantai Banda Sakti dan sekitarnya.

Namun ada juga sumber yang menyebutkan bahwa nama Lhokseumawe berasal dari nama seorang Teungku yaitu Teungku Lhokseumawe yang dimakamkan di kampung Uteun Bayi, kampung tertua di Kecamatan Banda Sakti.

Alasan Lhokseumawe Dijuluki Kota Petro Dollar

Kota Lhokseumawe pernah dikenal sebagai daerah penghasil gas di Provinsi Aceh, sehingga sempat dijuluki Kota Petro Dollar.

Dilansir dari laman kemenkeu.go.id, hal ini bermula pada tahun 1968 saat Pertamina menggandeng Mobil Oil untuk melakukan observasi sumber minyak di Lhokseumawe.

Kemudian pada tanggal 24 Oktober 1971, kontrak bagi hasil tersebut berhasil menemukan ladang gas alam di Arun.

Ladang gas Arun menyimpan cadangan gas yang ditaksir mencapai 17,1 triliun kaki kubik, yang saat itu diestimasi sebagai cadangan gas alam terbesar di dunia.

Presiden Soeharto kemudian meresmikan PT Arun Natural Gas Liquefaction Co. pada tanggal 19 September 1978.

PT Arun Natural Gas Liquefaction atau yang lebih dikenal dengan PT Arun NGL, adalah perusahaan pengolahan gas alam yang berlokasi di Blang Lancang, Kota Lhokseumawe.

Kegiatan ekspor dari PT Arun NGL saat itu sangat tinggi, bahkan berhasil merajai ekspor gas alam terbesar di dunia pada periode 90-an.

Dilihat dari banyaknya cadangan gas yang dimiliki dan ditambah dengan aktivitas kinerja ekspor yang sangat tinggi, Lhokseumawe kemudian sempat mendapat julukan sebagai Kota Petro Dollar.

Sesuai julukan tersebut, memang pada masa jayanya kilang Arun menjadi salah satu perusahaan penghasil LNG terbesar di dunia.

Namun pada akhir tahun 2015, PT Arun NGL sudah berhenti beroperasi seiring dengan menipisnya cadangan gas alam yang menjadi bahan baku utama di perusahaan tersebut.

Saat ini lokasi produksi PT Arun NGL telah dilakukan decommissioning atau kondisi dimana kegiatan operasi produksi (eksploitasi) migas telah berakhir.

Sementara aset eks PT Arun NGL dikembalikan ke negara dan sebagian telah dimanfaatkan oleh PT Perta Arun Gas untuk kegiatan produksi pengolahan gas alam yang tersisa.

Pengembangan KEK Arun Lhokseumawe

Melihat potensi migas di wilayah ini, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2017 dibentuk Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe (KEK Arun Lhokseumawe).

Dilansir dari laman kek.go.id, KEK Arun Lhokseumawe diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo pada tanggal 14 Desember 2018.

Fokus KEK Arun Lhokseumawe ada pada sektor energi, petrokimia, agro industri pendukung ketahanan pangan, logistik serta industri penghasil kertas kraft.

Pada sektor energi (minyak dan gas) akan dikembangkan regasifikasi LNG, LNG Hub/ Trading, LPG Hub/ Trading, Mini LNG Plant PLTG dengan pengembangan pembangkit listrik yang ramah lingkungan atau clean energy solution provider.

Dengan potensi dan peluang yang dimiliki, KEK Arun Lhokseumawe diproyeksikan menarik investasi sebesar US$3,8 M.

Selain itu, KEK Arun Lhokseumawe diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 40.000 tenaga kerja hingga tahun 2027.

Sumber:
djkn.kemenkeu.go.id 
djkn.kemenkeu.go.id  
kek.go.id  

https://regional.kompas.com/read/2023/10/12/212524978/mengapa-lhokseumawe-dijuluki-kota-petro-dollar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke