Salin Artikel

Mengintip "Sel Tikus" Bung Hatta di Boven Digoel...

TUGU Monumen Bung Hatta berdiri di sisi kiri Jalan Kapten Tendean, Kecamatan Mandobo, Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan.

Wajah Wakil Presiden Indonesia pertama itu terlihat menghadap ke depan. Jari tangan kanannya menunjuk ke arah tanah.

Patung ini berdiri di halaman Penjara Boven Digoel yang kini bernama Cagar Budaya Bekas Penjara Boven Digoel. Ini adalah tempat Bung Hatta diasingkan pada masa penjajahan kolonial.

Berdasarkan catatan Kompas.com, Mohamad Hatta diasingkan ke Tanah Merah, Boven Digoel, bersama beberapa tokoh lain, yakni Sutan Sjahrir, Mohamad Bondan, Maskun, Burhanuddin, Suka Sumitro, dan Moerwoto.

Saya, Tria Sutrisna, jurnalis Kompas.com, berkesempatan melihat langsung tempat pengasingan Bung Hatta, Rabu (16/8/2023), sebelum melanjutkan berjalan ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Yetetkun.

Lokasi Cagar Budaya Bekas Penjara Boven Digoel tak sampai 500 meter dari gerbang Bandara Tanah Merah. Dari sisi jalan raya akan terlihat patung Bung Hatta dengan latar kompleks bangunan tua yang berbahan kayu.

Sebagian bangunan itu merupakan bekas penjara dan kamp pengungsian. Kondisinya masih terawat hingga sekarang, walapun beberapa bagian bangunan telah berubah fungsi.

Ruangan berpengaman listrik dan "sel tikus"

Berjalan sedikit ke arah belakang patung terdapat tembok yang membentengi beberapa bangunan. Tinggi tembok itu sekitar tiga meter dengan bagian atas terpasang kawat berduri.

Biru dan putih mendominasi warna benteng ini. Sebuah papan bertuliskan "Bangunan Cagar Budaya Bekas Penjara Boven Digoel" berdiri rapat di depan bangunan.

Bangunan terluar dari kompleks penjara itu merupakan Ruang Tahanan Wanita berukuran 4x6 meter persegi. Tak terlihat ada ranjang untuk tidur atau toilet di dalamnya.

Bau pesing dan tidak sedap menguar, menyengat tercium hidung saat kami melihat ruangan tersebut.

Berjalan lagi ke area dalam kompleks benteng terdapat dua bangunan utama yang dijadikan Blok Tahanan Pria A dan B. Masing-masing blok memiliki dua hingga tiga ruang penampungan besar dan beberapa sel berukuran kecil.

Bersama dengan Robertus (32), penjaga Cagar Budaya Bekas Penjara Boven Digoel, kami melihat setiap ruangan di Blok Tahanan A dan B

"Kalau Ruang Tahanan A ini penampungan. Kalau mereka kepala batu (memberontak), akan dipindahkan ke B. Kalau masih keras kepala dipindah lagi ke tempat lain, bukan di penjara ini," ujar Robertus kepada Kompas.com, Rabu (16/8/2023).

Di area Blok A terdapat satu ruang penampungan dengan kapasitas 40-50 orang. Selain itu ada empat sel berukuran kecil dengan kapasitas tiga orang.

Adapun Blok B memiliki dua penampungan yang masing-masing berkapasitas 16 orang. Langit-langitnya dipasang jaring besi yang setiap malam dialiri listrik ketika masih dijadikan penjara.

"Jadi besi di langit-langit ini berlistrik setiap malam. Berani kabur, hangus tersetrum langsung," kata Robertus sambil memandu kami berkeliling.

Masih di Blok B terdapat juga dipan-dipan kayu yang dipakai sebagai alas tidur, serta tempat kecil di sudut ruangan untuk buang air besar.

Kembali ke Blok A, ada enam "sel tikus". Ini adalah sel yang hanya dapat diisi satu orang. Ukurannya tak lebih dari 2x2 meter persegi dengan dua lembar papan kayu sebagai tempat tidur.

"Dulu Bung Hatta sempat ditempatkan di sel isolasi ini, sel nomor 1, sebelum dipindah lagi," tutur Robertus

Perjalanan yang sempat tertunda

Setelah selesai berkeliling bekas penjara Bung Hatta, kami langsung bertolak ke sebuah rumah makan di Tanah Merah sebelum berangkat ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Yetetkun.

Perjalanan ini merupakan bagian dari peliputan khusus Kompas.com bertajuk Merah Putih di Perbatasan, kolaborasi bersama Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

Dari Tanah Merah, waktu tempuh ke PLBN Yetetkun sekitar empat jam. Jalanan naik turun dan berliku jadi rute yang harus dilintasi. 

Perjalanan ini sempat tertunda karena ada aksi demonstrasi warga yang memblokir jalan menuju pos perbatasan. Semula, perjalanan ke PLBN Yetetkun dijadwalkan dimulai pada Rabu pagi.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua, Kombes (Pol) Ignatius Benny Prabowo, mengatakan, pemblokiran jalan itu merupakan unjuk rasa warga yang menuntut penyelesaian masalah kecelakaan lalu lintas di Distrik Mindiptana.

"Masyarakat menuntut penyelesaian kasus tabrak lari. Jadi sementara (jalan ke perbatasan ini) tidak bisa dilintasi, menunggu proses mediasi oleh Bupati Boven Digoel," lanjut Benny.

Selewat pukul enam petang, kepastian perjalanan akan berlanjut ke kompleks PLBN Yetetkun baru bisa didapat. Kami pun bersiap untuk menembus gelap malam menuju ke perbatasan Indonesia-Papua Nugini di titik tengah Pulau Cendrawasih. 

Catatan perjalanan dan kisah dari perbatasan akan tersaji di Kompas.com dalam liputan khusus "Merah Putih di Perbatasan", yang mulai tayang pada Selasa (15/8/2023). Jangan ketinggalan....

https://regional.kompas.com/read/2023/08/16/173633478/mengintip-sel-tikus-bung-hatta-di-boven-digoel

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke