Salin Artikel

Mahasiswa ITB dan Florida Bangun Bale Bambu di Kampung Paling Terdampak Gempa Cianjur

CIANJUR, KOMPAS.com - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung dan dari Universitas Florida, Amerika Serikat merampungkan pembangunan bale bambu di daerah paling terdampak gempa Cianjur.

Kendati memakai material sederhana, namun performa bangunan ini tampak begitu ciamik nan artistik.

Terlebih, keberadaan dek di tepian kolam dan bohlam-bohlam bersinar redup di sekitarnya menambah suasana terasa bernuansa alami.

Saung bambu ukuran 5×6 meter persegi yang diberi nama reciprocal gazebo oleh perancangnya ini berada di Kampung Cikadu 2, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Perkampungan berpenduduk 200 jiwa ini sedang menata diri setelah porak poranda diguncang gempa magnitudo 5,6 pada November tahun lalu.

Pembangunan bale bambu ini diinisiasi Rumah Amal Salman dengan melibatkan tim arsitek dari ITB dan Universitas Florida, Amerika Serikat.

"Proses pengerjaannya selama tiga hari, dan juga melibatkan masyarakat setempat," kata Ketua Umum Rumah Amal Salman, Mipi Ananta Kusuma kepada Kompas.com, Kamis (22/6/2023).

Mipi mengatakan, bambu dipilih guna memanfaatkan material lokal yang tersedia dan melimpah di lingkungan sekitar.

Selain itu, menurut Mipi, bambu juga dianggap paling ramah lingkungan, dan konstruksi dari bahan ini sangat relevan diaplikasikan di wilayah ini karena ramah gempa.

"Guna memperoleh konsep yang ideal dan selaras dengan kearifan lokal, tim arsitek menggelar workshop dan merancang sejumlah model atau bentuk yang relevan dan paling reasonable diaplikasikan di sini," terang Mipi.

"Dari beberapa model yang ada, terpilihnya bentuk atau desain ini. Semoga (masyarakat) berkenan, dan ini akan difungsikan sebagai bale pertemuan warga," sambung dia.

Mipi menerangkan, gazebo ini dibangun di atas area seluas 1.500 meter persegi yang tengah ditata untuk dijadikan taman atau Ruang Terbuka Hijau (RTH).

"Kampung ini menjadi salah satu yang paling terdampak, Kerusakannya hampir 90 persen, rumah-rumah warga termasuk infrastruktur dan fasilitas publik rusak," kata dia.

Karena itu, seiring pembangunan kembali rumah-rumah penduduk yang tengah dikerjakan secara mandiri, pihaknya terus berprogres dalam menata ulang kampung ini melalui program konsolidasi tanah.

Konsolidasi tanah dimaksudkan untuk menata ulang kembali pemukiman warga dan lingkungan agar lebih berkualitas dan tertata baik dengan mempertimbangkan aspek kegempaan, ketersediaan prasarana publik seperti jalan, tempat ibadah, taman, dan fasilitas umum lainnya.

"Penataannya melingkupi pelebaran jalan dan gang, pembangunan drainase, sarana air bersih, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau taman," terang dia.

Setelah program ini selesai, diharapkan Kampung Cikadu 2 menjadi wilayah yang lebih mudah diakses dan permukiman yang lebih tertata.

“Kalau semua itu terwujud, warga bertransformasi, punya aset, dan berkehidupan lebih baik, lebih maju dan bermartabat,” ujar Mipi.

Ma Neng (55) seorang warga setempat menuturkan, menyambut gembira rencana penataan kampungnya oleh pihak Rumah Amal Salman.

Terlebih, keberadaan gazebo yang baru selesai dibangun itu membuat lingkungan lebih tertata dan tampak indah.

"Senang tentunya, soalnya sama gempa kemarin jadi berantakan seperti ini, hampir semua rumah di sini rusak, rumah saya juga ambruk, sekarang sedang diperbaiki," tutur Ma Neng.

Ia berharap, infrastruktur di kampungnya segera rampung diperbaiki agar kehidupan bisa kembali membaik dan berjalan normal seperti sedia kala.

"Rencananya kampung ini mau dijadikan kampung wisata, semoga menjadi awal yang baik bagi kami selaku warga di sini," imbuhnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/06/22/170301878/mahasiswa-itb-dan-florida-bangun-bale-bambu-di-kampung-paling-terdampak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke