Salin Artikel

Menjawab “Emergency Call” Citarum

LIMA tahun program Citarum Harum berjalan, masyarakat peduli Citarum masih merasakan “patah hati” melihat masih ada masyarakat dan industri tanpa dosa membuang sampah dan limbah ke Sungai Citarum dan melihat pemangku kepentingan yang jumlahnya banyak, namun baru sebagian kecil yang terlihat dan berkarya nyata bagi Citarum.

BBWS Citarum bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, pada 5 Juni 2023 di Bandung, menggelar FGD bertajuk: “ Menyoal Peran unsur Pentahelix bagi Keberlanjutan Citarum“.

Dari FGD tersebut dihasilkan komitmen dan rencana aksi inovasi kolaborasi untuk menjawab nestapa yang masih dialami Citarum. Semoga rekomendasi yang dihasilkan dapat menggugah peran semua unsur pentahelix berkarya lebih signifikan lagi.

FGD dihadiri perwakilan unsur pemerintah pusat (Direktur Bina OP Dirjen SDA KPUPR, Asdep Bidang pengelolaan DAS dan Konservasi Kemenko Marves dan Direktur Pengendalian & Pencemaran Air KLHK).

Kemudian Letjen (Purn) Doni Monardo, unsur pemerintah daerah (Gubernur Jabar, Plh Walikota Cimahi, Sekda Kab Bandung dan Sekda Kabupaten Bandung Barat, para Kadis LH Kabupaten - Kota) Ketua Harian Satgas Citarum Harum, yang mewakili Pangdam III Siliwang, para Dan Sektor Citarum Harum, perwakilan unsur Akademisi, Komunitas, Media dan Dunia Usaha.

Sinergi Pentahelix sebagai formula strategi suksesnya Citarum Harum telah mampu menghadirkan energi besar masyarakat Jawa Barat dari berbagai kalangan untuk terlibat aktif tidak hanya unsur pemerintah dan bisnis, juga unsur akademisi, komunitas dan media dalam menghijrahkan dan menjaga Citarum tetap harum.

Namun sinergi antarunsur Pentahelix saat ini dirasakan mulai memudar dan belum berjalan efektif, karena masih kuatnya ego sektoral dan belum ada soliditas di unsur pemerintah pusat, daerah, kementerian dan lembaga.

Spirit pentahelix perlu direvitalisasi kembali untuk hadirkan inovasi dan kolaborasi. Berharap Citarum tidak hanya sekadar proyek fisik semata, namun dapat dikembangkan menjadi filosofi nilai dan kearifan lokal dalam merawat alam.

Termasuk telah menjadi laboratium alam, objek pengabdian civitas akademika perguruan tinggi Jawa Barat.

Diperlukan komitmen dan aksi nyata signifikan, mengingat masih ada beragam masalah yang menyertai agar terwujud kesinambungan program pemeliharaan.

Komitmen dan keberperanan unsur pentahelix (akademisi, pemerintah, komunitas, media dan unsur bisnis) masih bersifat fluktuatif, baru sebagian kecil unsur yang berperan signifikan yang terlihat dan terasakan. Sementara unsur lainnya masih perlu diadvokasi peranannya.

Publik berharap Sekda di 13 kabupaten kota yang dilintasi Sungai Citarum berperan lebih signifikan sebagai nara damping yang mampu mengintegrasikan sumber daya dan komitmen pemerintah daerah bagi keberlanjutan Citarum Harum.

Gubernur Jabar, Ridwan Kamil berkomitmen akan mengundang pemerintah daerah kabupaten-kota yang dilintasi Sungai Citarum, untuk lebih berkontribusi signifikan pada program Citarum Harum, termasuk menggunakan kekuatan dan kewenangan yang dimiliki oleh Pemprov Jawa Barat bagi hadirnya komitmen kuat bagi Citarum tetap Harum.

Gubernur Jabar, selaku Dan Satgas Citarum Harum, berkomitmen menindaklanjuti rekomendasi hasil FGD ini yang menyoal keberlanjutan Citarum secara komprehensif, untuk dielaborasi sebagai kajian strategis-solutif.

Selanjutnya akan menjadi usulan program strategis bagi keberlanjutan Citarum harum kepada Menko Marves pada Juli 2023.

Penanganan Citarum harus terstruktur, sistematis dan masif serta diperlukan aksi total bersama sesuai dengan kearifan lokal.

Unsur pemerintah pusat dan daerah selaku pemangku tugas utama yang memiliki kebijakan, anggaran dan program harus berperan lebih signifikan, mau dan mampu mengajak unsur lainnya secara lebih subtantif tidak sekadar asesories atau sekadar objek dalam peran serta.

Salah satu permasalahan utama Citarum adalah sampah yang dibuang di Sungai Citarum. Harus ada solusi dari sumber akar masalahnya.

Diperlukan inovasi dan kolaborasi program dalam mengatasi sampah domestik, sampah industri, sampah perikanan dan peternakan secara bersama-sama dengan melibatkan masyarakat dan industri serta unsur lainnya secara kolaboratif.

Akademisi, media dan komunitas dapat mengambil peran strategis sebagai Advokator Publik Citarum untuk menjawab masih lemahnya kebijakan publik (political will) pusat dan daerah yang berpihak pada kelestarian alam termasuk kepada konservasi sungai.

Sebagai advokator publik Citarum, akademisi, media dan komunitas adalah kekuatan kritis, konstruktif dan harus berperan sebagai evaluator dan edukator publik untuk mendorong keberperanan semua unsur pentahelix bagi keberlanjutan Citarum tetap harum.

Rektor Universitas Pasundan Prof. Eddy Jusuf, narsum yang mewakili unsur akademisi, berkomitmen melalui Aptisi (Asosiasi Perguruan Tinggi Jawa Barat) mengajak 360-an PTS yang ada di Jawa Barat, untuk berkolaborasi dan berbagi fokus pengabdian bersama 23 Sektor melalui program KKN, riset dan pengabdian Dosen.

Termasuk adanya Program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, membuka peluang skema program yang dapat dilakukan, tidak hanya KKN, Riset, Proyek Kemanusiaan, Pemberdayaan masyarakat juga program lainnya yang signifikan untuk mendukung keberlanjutan Citarum Harum.

Akan dibentuk Forum Sinergi Pentahelix Citarum Harum per kabupaten – kota yang dilintasi Sungai Citarum seperti yang sudah diinisiasi Kota Cimahi. Kabupaten Bandung sudah berkomitmen membentuk sinergi pentahelix Citarum Harum.

Adalah unsur kelembagaan koordinatif yang diharapkan mampu menghimpun, menyelaraskan dan mengonsolidasikan sumber daya, komitmen, program dan strategi bagi keberlanjutan konservasi Citarum Harum.

Peserta FGD mengapresiasi adanya wujud nyata program inovasi-kolaborasi, seperti di Sektor 7 Citarum Harum bersama Kepala Desa Cangkuang Wetan Kabupaten Bandung dalam mengelola sampah habis di tempat melalui teknologi “Motah”.

Dapat menjadi best practice percontohan aksi inovasi kolaborasi inisiasi Kodam 3 Siliwangi, unsur Pemerintah Desa, UNPAS dan PT Sparta

Kedepan agar unsur media berperan signifikan perlu dibangun struktur kelembagaan kolaboratif media peduli Citarum, agar memiliki fokus pemberitaan yang tetap kritis, namun kontruktif dan mampu mempublikasikan gerakan kultural edukasi publik merawat alam dan sungai bagi keberlanjutan program Citarum.

Terdapat kritik kontruktif dari Doni Monardo dalam penyelenggaraan FGD ini, yang masih menggunakan air minum kemasan plastik yang dinilai tidak sesuai dengan filosofi spirit Citarum Harum.

Kedepan penyelenggaraan FGD tidak lagi menggunakan minuman kemasan plastik dan diharapkan masing-masing peserta membawa tumbler.

Menyoal keberlanjutan Citarum Harum, hakekatnya adalah menyoal tanggung jawab kita semua. Mencintai Citarum dan merawatnya tetap harum adalah aksi nyata bela negara, sebagai jihad lingkungan bagi masyarakat Jawa Barat dan Indonesia.

Semoga Citarum tetap harum selamanya!

https://regional.kompas.com/read/2023/06/12/08161851/menjawab-emergency-call-citarum

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke