Salin Artikel

Berlebaran Diselimuti Asap Karhutla, Warga Dumai: Parah Ini, Baunya Sangat Menyengat

Kabut asap menyelimuti permukiman warga di Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, Dumai.

"Kalau di Dumai satu kelurahan, yaitu Kelurahan Pelintung yang berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis," kata Wali Kota Dumai Paisal, kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Minggu (23/4/2023).

Kata dia, saat ini semua unsur dikerahkan untuk mengatasi karhutla dibantu alat berat eskavator perusahaan untuk pembuatan embung air.

"Kita menggerakkan semua unsur, baik TNI, Polri, Manggala Agni, MPA (Masyarakat Peduli Api) kecamatan," kata Paisal.

Sementara, warga Dumai, Bagus mengatakan, asap membuat jarak pandang hanya 1 kilometer. Kabut asap ini muncul hari pertama Lebaran Idul Fitri.

"Parah ini, menyengat sekali bau asapnya. Di kawasan rumah kami mulai memutih," ujar Bagus, kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Sabtu (22/4/2023) sore.

Kompas.com kembali menghubungi Bagus pada Minggu (23/4/2023) untuk mengetahui kondisi terkini. 

Dia menyebut, asap pada Minggu siang sudah mulai menipis.

"Sudah berasap, tapi agak tipis. Aroma asap kebakaran gambut terasa di hidung, tapi tak begitu menyengat. Kalau sore kemarin baunya menyengat," ujar Bagus.

Daerah yang cukup parah asapnya yaitu di Selenseng, Kelurahan Pelintung. Selain permukiman warga, jalan lintas juga diselimuti kabut asap karhutla.

"Tadi banyak anggota polisi, TNI dan BPBD di pinggir jalan. Saya disetop petugas, diminta menghidupkan lampu mobil," kata Bagus.

Kondisi asap yang menyelimuti ruas jalan cukup mengganggu warga yang melintas.

"Jarak pandang di permukiman sekitar satu kilometer. Kalau di jalan tadi saya lewat jam 11.00 WIB, jarak pandang sekitar 500 meter. Karena lokasi kebakaran dekat dari jalan," kata Bagus.

Diberitakan sebelumnya, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi di Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Riau.

Kepala Manggala Agni Daops Sumatera V/Dumai, Ismail Hasibuan mengatakan, kawasan yang terbakar itu merupakan semak belukar tanah gambut.

Kedalaman gambut yang mencapai dua sampai tiga meter menyulitkan petugas melakukan pemadaman.

Selain itu, tiupan angin yang sering berubah arah membuat petugas harus "makan" asap.

"Yang jadi kendala saat ini faktor alam. Angin kencang di lokasi dan berputar-putar. Makan asap sudah biasa," ujar Ismail kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Sabtu (22/4/2023).

Pemadaman titik api menggunakan mesin pompa air. Petugas juga membuat embung di lokasi untuk mendapatkan sumber air.

https://regional.kompas.com/read/2023/04/23/144634878/berlebaran-diselimuti-asap-karhutla-warga-dumai-parah-ini-baunya-sangat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke