Salin Artikel

Kisah Guru Honorer di Labuan Bajo, Racik Obat Herbal, Kini Raup Omzet Puluhan Juta Rupiah berkat Teknologi Digital

Di tengah kesibukan sebagai guru, Adrianus meracik tanaman obat keluarga (toga), seperti jahe merah, temulawak, kencur, kunyit, kayu manis, gula aren, gula pasir, daun pandan, dan daun sereh menjadi serbuk.

Serbuk itulah yang kemudian dijual karena diyakini bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Lebih-lebih ketika pandemi Covid-19 merebak.

Adrianus menceritakan, dirinya bersama sang istri Emerlinda Flaviana Haya mulai meracik ramuan herbal itu pada awal Februari 2021.

Saat itu angka Covid-19 di Indonesia naik tajam. Karena itu, mereka berpikir bagaimana caranya untuk bisa menolong orang lain dengan racikan bahan alami.

Awalnya, mereka meracik dengan memanfaatkan beberapa jenis tanaman obat keluarga yang tumbuh di halaman rumahnya di Kaper, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.

Semua bahan-bahan itu diparut, lalu peras. Kemudian, dimasak sampai jadi serbuk. Setelah itu dimasukkan ke plastik dengan berbagai ukuran.

"Karena ini sekalian mau promosi pariwisata Labuan Bajo, kami memutuskan beri nama produk ini dengan Sari Toga Komodo. Supaya orang tahu bahwa obat herbal ini dari Labuan Bajo Manggarai Barat," tuturnya kepada Kompas.com di kediaman mereka, Minggu (16/10/2022).


Awalnya, ia dan sang istri menjual hasil racikan dari pintu ke pintu atau secara door to door.

"Saya pikul pakai tas bawa racikan ini ke rumah-rumah. Kadang kalau ada kumpul keluarga, saya selalu tawarkan. Begitu juga saat bertemu teman-teman kerja," ungkap dia.

Hasil jualan dengan pemasaran cara manual seperti itu pun masih sangat sedikit. Apalagi, produk tersebut belum dikenal masyarakat luas.

"Dalam perjalanan waktu, ada yang konsumsi Sari Toga Komodo ini, mereka buat testimoni baik. Ada yang sembuh dari penyakitnya setelah minum Sari Toga Komodo. Mereka minta produksinya lebih banyak lagi. Kami pun melihat ini sebagai peluang. Akhirnya kami serius dan produksi lebih banyak," ujarnya.

Manfaatkan teknologi digital

Adrianus mengaku, awalnya mereka hanya mengunggah hasil racikan pertama melalui media sosial Facebook dan WhatsApp.

Jangkauan dari platform itu pun masih terbatas. Sehingga, pemesan produk itu masih sedikit.

Pada Januari 2022, ia menjadi salah satu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Labuan Bajo yang mendapat kesempatan untuk mengikuti bimbingan teknis dari Kementerian Kominfo Republik Indonesia tentang UMKM digital go online.

Dalam bimbingan teknis itu, pelaku UMKM dilatih untuk memasarkan produk melalui teknologi digital. Produk UMKM harus dipasarkan di berbagai platform media sosial.

"Setelah ikut itu, saya lanjut belajar autodidak. Saya masukan produk Sari Toga di marketplace Shoppe. Begitu juga media sosial mulai dari Facebook, WhatsApp, YouTube, Instagram, dan Tiktok," ungkap Adrianus.

Di berbagai platform media sosial itu, dirinya mengunggah semua produk yang sudah dikemas. Ia juga menuliskan semua manfaat dari produk itu bagi kesehatan.

Khusus di YouTube dan Tiktok, ia mengunggah smua video proses produksi produk Sari Toga dan testimoni dari orang yang sudah mengonsumsi.


Selain itu, promosi melalui pemberitaan media massa membuat produk Sari Toga semakin dikenal banyak orang khusus dunia luar.

"Sejak aktif promosi di berbagai platform media sosial, hasilnya berbeda dengan sebelumnya. Sekarang omzet saya tembus Rp 20an juta sebulan. Hasilnya, sekarang saya bisa bangun rumah produksi dan kafe Sari Toga. Jujur, saya bangga, awalnya dengan modal Rp 300.000, usaha ini bisa menjadi sebesar ini," ujarnya.

"Sampai sekarang saya punya 80 reseller yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia," katanya.

Tampil di G-20 di Labuan Bajo

Berkat keseriusannya dalam memproduksi dan memasarkan produk via platform digital, Adrianus pun menjadi salah satu pelaku UMKM yang selalu diundang untuk ikut dalam kegiatan kementerian dan Side Event G-20 di Labuan Bajo.

Begitu juga saat ada pameran besar di Labuan Bajo.

"Waktu itu kan Bapak Wapres tinjau semua produk UMKM di Puncak Waringin. Pas lewat depan produk Sari Toga, beliau tanya bahan dasar minuman herbal ini. Saya jelaskan semua. Beliau langsung beli 5 bungkus yang ukuran 500 gram. Saya bangga karena Bapak Wapres beli langsung produk Sari Toga," ungkap Adrianus.

Ia mengatakan, hingga kini, produk Sari Toga sudah mengantongi nomor induk berusaha dan izin pangan industri rumah tangga (PIRT).

Kemudian, hak kekayaan intelektual (HAKI) dari produk Sari Toga sudah diproses di Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham).

Sementara sertifikasi halal dan izin BPOM dalam proses verifikasi berkas dan lapangan.

Adrianus mengaku, berkat keseriusan mengembangkan produk UMKM, dirinya mendapat piagam penghargaan dari Asosiasi Kelompok Usaha Unitas (Akunitas) Manggarai Barat.

Piagam penghargaan itu diberikan atas prestasi dan dedikasi dalam membangun usaha di Labuan Bajo.

"Saya jadi terus bersemangat untuk mengembangkan usaha ini. Harapannya produk ini menjadi salah satu produk kebanggaan Manggarai Barat dan NTT," imbuhnya.

Ia menambahkan, belum lama ini, dia mendapatkan penghargaan sebagai tokoh muda yang sukses memperkenalkan dan mengembangkan usaha produk herbal berbahan lokal di tingkat daerah dan nasional.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/19/131625278/kisah-guru-honorer-di-labuan-bajo-racik-obat-herbal-kini-raup-omzet-puluhan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke