Salin Artikel

Kisah Iptu Jeane, Kapolsek Wanita Pertama di Alor, Dedikasikan Diri Jadi Orangtua Asuh Anak Stunting

KUPANG, KOMPAS.com - Inspektur Satu (Iptu) Jeane Sakalla menjadi polisi wanita pertama yang menjabat sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) di wilayah hukum Kepolisian Resor (Polres) Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tidak hanya menjalankan tugas sebagai Kapolsek, Iptu Jeane bertekad untuk berkontribusi dalam menurunkan angka stunting di Alor. 

Iptu Jeane dipercayakan menjadi Kapolsek Alor Barat Daya oleh Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) NTT sejak Maret 2022.

Dengan tekad pengabdian yang kuat, lulusan Siswa Pendidikan Pertama Bintara (Dikmaba) Polwan tahun 2001 ini mulai memetakan persoalan masyarakat di wilayah hukum Polsek Alor Barat Daya, terutama terkait dengan kondisi kesehatan masyarakat.

Bagi Jeane, peran sebagai pembina keamanan dan ketertiban masyarakat tetap menjadi nomor satu. Namun, peran kemasyarakatan juga menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Jeane mengawali tugas kemasyarakatannya dengan menjadi orangtua asuh bagi anak-anak stunting di wilayah tugasnya.

Di Markas Polsek Alor Barat Daya, Jeane juga mendirikan Pojok Baca Masyarakat.

Jeane yang pernah mengikuti pelatihan perlindungan anak dan hak-hak anak dan pelatihan advokasi berbasis gender ini berinisiatif untuk mengambil peran dalam penanganan stunting.

"Saya menyadari persoalan stunting ini sudah menjadi isu global Indonesia, sehingga perlu percepatan penanganannya," ujar Iptu Jeane kepada sejumlah wartawan, Kamis (1/9/2022).

Jeane yang sempat mengikuti pendidikan pengembangan spesialis perwira pertama Polwan PPA dan pemegang sertifikasi kompetensi penyidik tindak pidana umum ini menyebutkan, pada tahun 2022 angka stunting Indonesia cukup tinggi, yaitu 24,4 persen.

"Bahkan, Presiden Joko Widodo telah berkomitmen bahwa pada tahun 2024 nanti angka stunting di Indonesia harus berada di angka 14 persen," tandas perwira lulusan Pendidikan Pengembangan Umum (Dikbangum) Sekolah Inspektur Polisi (SIP) angkatan XLVI tahun 2017 ini.


Berdasarkan data yang dirilis kelompok kerja (Pokja) penanganan stunting NTT pada 18 Februari 2022, angka stunting di NTT juga masih cukup tinggi.

Angka stunting di NTT mengalami kenaikan 1,1 persen dari tahun 2021, sehingga berada di angka 22,0 persen di tahun 2022.

Sedangkan, untuk Kabupaten Alor, angka stunting pada tahun 2022 berada di angka 15,6 persen atau sebanyak 2.555 anak stunting.

Untuk Kecamatan Alor Barat Daya, jumlah anak stunting pada tahun 2022 sebanyak 294 anak.

"Kami sungguh menyadari bahwa persoalan stunting di masyarakat bukan saja menjadi urusan pemerintah, tapi persoalan stunting adalah persoalan bangsa yang harus dituntaskan bersama dan membutuhkan kolaborasi di semua kalangan," ujar dia.

Setelah melihat cukup banyak anak stunting di Kecamatan Alor Barat Daya, Jeane pun berinisiatif ikut berperan dalam program penurunan angka stunting di Kecamatan Alor Barat Daya.

Gerakan yang dilakukannya melalui pemberian makanan tambahan bagi 20 anak stunting. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 10.00 Wita di Markas Polsek Alor Barat Daya.

Selanjutnya, setiap dua minggu sekali, anak-anak stunting binaan Polsek Alor Barat Daya ini dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh tim medis dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Moru.

"(Pemeriksaan kesehatan) ini untuk memantau perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anak-anak stunting tersebut," kata Jeane.

Untuk penanganan stunting di Polsek Alor Barat Daya, awalnya diambil data balita stunting dari Puskesmas Moru.

Selanjutnya, dipilih 20 anak stunting untuk menjadi anak asuh Polsek Alor Barat Daya.


Sisihkan gaji anggota

Untuk pembiayaan dan pengadaan bahan makanan dilakukan secara swadaya dari seluruh anggota Polsek Alor Barat Daya.

"Kami menyisihkan sebagian dari gaji anggota untuk pengadaan bahan makanan tambahan," ungkapnya.

Dalam pengelolaan makanan bagi anak asuh juga dilakukan secara gotong-royong oleh seluruh anggota Polsek Alor Barat Daya.

Pengolahannya dilakukan secara bergantian ketika anggota Polsek tersebut lagi tidak berdinas atau lepas piket.

Jenis makanan tambahan bagi anak stunting binaan Polsek Alor Barat Daya juga bervariasi, berupa bubur kacang hijau, bubur sayur-sayuran, telur ditambah dengan ikan goreng.

"Kami terinspirasi membangun pojok baca masyarakat di Mako Polsek Alor Barat Daya untuk mencerdaskan masyarakat terpencil di kawasan perbatasan RI–Timor Leste melalui peningkatan literasi masyarakat, peningkatan minat baca anak-anak dan masyarakat," ujarnya.

Pihaknya menyadari bahwa hanya dengan membaca buku masyarakat bisa mengetahui tentang banyak hal, baik itu ilmu pengetahuan maupun keterampilan praktis.

"Karena buku adalah jendela dunia," tandas Polwan pemegang tanda jasa Satya Lencana Kesetiaan ini.

Lokasi pojok baca dengan memanfaatkan bekas rumah dinas Kapolsek Alor Barat Daya. Pihaknya merenovasi secara swadaya melibatkan semua anggota Polsek Alor Barat Daya agar bisa digunakan sebagai ruang baca.

Kebutuhan buku bacaan juga diadakan secara swadaya. Iptu Jeane dan anggota mencari bantuan seadanya dari berbagai pihak yang bersedia memberikan bantuan.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/01/201008178/kisah-iptu-jeane-kapolsek-wanita-pertama-di-alor-dedikasikan-diri-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke