Salin Artikel

Melihat Ajaran Samin di Blora dari Kacamata Jakarta dan Perkembangannya bagi Anak Muda

Keberadaan ajaran Samin di beberapa tempat tersebut menjadikan kabupaten ini dijuluki sebagai Kota Samin.

Bahkan, Saminista yang terinspirasi dari kata "Samin" dijadikan sebagai nama kelompok suporter sepak bola yang ada di Kabupaten Blora ini.

Untuk memperkuat dan memastikan diri bahwa Blora Kota Samin, para aparatur sipil negara (ASN) mengenakan baju adat tersebut tiap tanggal 15 setiap bulannya.

Samin, sebagai tokoh pahlawan, budaya, dan ajaran, mampu menarik masyarakat dari luar daerah untuk datang dan mengunjungi tempat-tempat yang masih ditempati komunitas Samin.

Seorang doktor psikologi sosial politik, Muhammad Faisal, rela meluangkan waktunya selama beberapa hari untuk mengetahui atau mencari tahu tentang Samin di tempat asalnya, yakni di Kabupaten Blora.

Sebagai orang yang tinggal di ibu kota Jakarta dan baru pertama kali berjumpa dengan masyarakat Samin, Faisal menganggap masyarakat tersebut sebagai kelompok masyarakat yang mandiri dan mempunyai akar sejarah yang kuat.

"Mereka terus punya komitmen tanpa paksaan untuk hidup dengan gaya hidup yang kalau istilah orang Jakarta sustainable, berkelanjutan," ucap Faisal saat ditemui Kompas.com beberapa waktu lalu.

"Kalau di Jakarta sekarang lagi ada fenomena healing lewat yoga, lewat meditasi dan berbagai terapi lainnya, aku lihat masyarakat Samin ya seperti orang yang healing, orang yang bahagia yang dengan kesederhanaan itu, " imbuh dia.

Faisal yang juga merupakan founder Youth Laboratory Indonesia menjelaskan, keberadaan masyarakat Samin masih sangat relevan untuk dikembangkan ataupun dipelajari oleh anak-anak muda masa kini.

Menurutnya, anak-anak muda yang saat ini cukup rentan dengan istilah insecure, dapat melepaskan kondisi tersebut salah satunya dengan berkunjung ke tempat masyarakat Samin berada.

Istilah insecure sendiri dapat diartikan sebagai kondisi mental yang membuat seseorang merasa tidak nyaman, cemas, dan takut secara berlebihan mengenai suatu hal.

"Ya, makanya kemarin ketika melihat (masyarakat Samin), aku sebagai orang yang tinggal di ibukota dan sering berkunjung ke kota-kota besar, yang sekarang banyak kecemasan anak muda, masyarakat Samin ini bisa menjadi tempat healing, lewat ajaran-ajaran sikapnya, dan perilaku yang sebetulnya sederhana dan sangat Indonesia sekali," terang dia.

"Jadi enggak perlu kita belajar yoga yang dari asing, setelah di dalam negeri kita punya kearifan yang bisa menyembuhkan juga," sambungnya.

Dirinya menambahkan, komunitas Samin dan semacamnya sangat banyak dijumpai di wilayah Indonesia. Seperti di Jawa dengan ajaran kejawen, di Sunda dengan ajaran Sunda Wiwitan, atapun di Banten dengan masyarakat Baduinya.

"Itu kan banyak variannya dan semua rasanya filosofinya ketuhanan dan sekaligus juga hidup harmonis sesama manusia, dan dengan alam," ujar dia.

Lebih lanjut, penulis buku Generasi Phi dan buku Generasi Kembali ke Akar tersebut menilai ajaran Samin akan mampu berkembang lebih luas lagi pada zaman modern ini.

"Ya masih relevan karena konteksnya tantangan terbesar Abad 21 kan lingkungan hidup, masalah iklim ya. Jadi masyarakat yang bisa bijak dan tahu mengolah alam dengan baik, berperilaku tidak ekspansif, tidak mengakali sesama manusia, itu yang rasanya malah dicari sebagai komunitas yang nanti akan bertahan dalam masa-masa sulit itu," jelas dia.

Selain berkunjung ke komunitas Samin, Faisal yang juga seorang Youth Researcher tersebut juga mengunjungi dan berbincang dengan Soesilo Toer, adik dari sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/30/160405378/melihat-ajaran-samin-di-blora-dari-kacamata-jakarta-dan-perkembangannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke