Salin Artikel

Sejarah Odong-odong yang Lahir di Tengah Kaum Urban

Sebuah odong-odong yang membawa 25 penumpang tertabrak kereta api saat melintasi perlintasan tanpa palang pintu.

Akibat kecelakaan tersebut, 9 orang tewas. Mereka terdiri dari 3 perempuan dewasa dan enam orang anak-anak.

Seluruh korban adalah warga RT 10 Kampung Cibetik, Kecamatam Walantaka, Kota Serang.

Odong-odong itu beroperasi di wilayah tersebut sejak 3 bulan terakhir. Penumpang akan membayar Rp 2.000 hingga Rp 3.000 untuk keliling kampung mengendarai odong-odong.

Sejarah odong-odong

Odong-odong sendiri adalah nama populer yang digunakan orang Sunda untuk menyebut mobil bodong atau mobil yang tidak memiliki trayek.

Biasanya odong-odong akan melayani trayek yang tak disediakan oleh angkutan resmi. Ciri-ciri odong-odong adalah mobil butut dan sering mogok serta tak memiliki dokumen resmi yang disebut bodong.

Barangkali karena berawal dari sebutan bodong, lama-kelamaan si mobil bodong lebih populer dengan sebutan odong-odong.

Dikutip dari Kompas.id, odong-odong sudah ada setidaknya 30-an tahun silam. Pekan Raya Jakarta (Jakarta Fair) pada pertengahan tahun 1970-an bisa dibilang menjadi ajang hadirnya kendaraan itu.

Harian Kompas, 20 Juli 1974 dalam artikel bertajuk ”Serba-serbi Pekan Raya Jakarta” menggambarkan keberadaan odong-odong yang turut mewarnai ajang besar tersebut.

”Keliling Pekan Raya naik kereta Kelinci dan Mini Trem, termasuk hiburan yang ramai. Bukan saja untuk anak-anak, tapi juga buat orang dewasa, termasuk turis dan keluarga-keluarga pejabat”, demikian sepenggal isi artikel tersebut.

Kendaraan hiburan ini biasanya hadir di keramaian warga ala pasar malam, taman bermain, pasar, hingga taman rekreasi.

Odong-odong bisa jadi angkutan penumpang untuk ke pasar ataupun antar jemput anak sekolah.

Kendaraan ini juga kerap terlibat meramaikan kampanye pemilihan kepala daerah. Bahkan, odong-odong pernah juga menjadi angkutan resmi atlet dan ofisial selama Pekan Olahraga Nasional (PON) XIV 1996 di Gelora Bung Karno, Senayan.

Sementara itu jurnal bertajuk Bentuk dan Fungsi Odong-Odong di Jakarta yang ditulis oleh Awang Eka Ovia Rizali dari Universitas Trisakti menyebut odong-odong mulai marak di awal tahun 2000-an.

Kala itu odong-odong dijalankan dengan sistem kayuh seperti becak.

Pengemudi ada di belakang, kemudian mainan mobil-mobilan atau bentuk lain dipasang di depannya lalu digerakkan dengan cara dikayuh.

Dari segi tampilan, odong-odong adalah kreasi dari peniruan permainan yang banyak terdapat di mal dan arena permainan di kota besar.

Sehingga odong-odong menjadi wahana permainan anak dan memberi warna batu bagi masyarakat menengah ke bawah.

Untuk menikmati odong-odong, warga bisa membayar dengan harga cukup murah yakni Rp 2.000 per tiga lagu.

Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu pop anak-anak yang juga akrab di
telinga generasi orang tua, seperti Bintang Kecil, Lihat Kebunku, Ambilkan Bulan Bu, Balonku Ada Lima, Naik-naik ke Puncak Gunung, dan sebagainya.

Secara tidak langsung, odong-odong menjadi sarana pelestari lagu anak-anak yang jarang diperdengarkan.

Dengan berjalannya waktu, desain odong-odong berubah disesuakan dengan perkembangan.

Odong-odong tak lagi menggunakan sistem gerak becak, namun dimodifikasi dengan kendaraan bermotor atau mobil.

Perkembangan desain sarana odong-odong yang merupakan modifikasi mobil pada penggunaannya di jalan raya melanggar Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan karena tidak sesuai peruntukan dan kendaraan bermotor tidak dilengkapi surat kelengkapan kendaraan yaitu Surat Tanda Nomer Kendaraan (STNK) dan Surat Tanda Coba Kendaraan (STCK) sehingga membahayakan penggunanya.

Meskipun demikian sarana odong-odong dianggap memberi peluang pariwisata dan dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan untuk sarana hiburan rakyat.

Awang menulis operator odong-odong adalah pekerja sektor informal yang dipengaruhi urbanisasi dari daerah ke kota besar seperti Jakarta.

Sebagai pendatang yang memiliki keahlian terbatas, operator menjalankan usaha jasa hiburan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat urban golongan bawah.

Penjual jasa odong-odong mencari pelanggan di daerah lingkungan perumahan tempat tinggal.  Aktivitas operator berdasarkan waktu operasional odong-odong.

Ada yang beroperasi setiap hari dengan tenggang waktu pukul 08.00-10.00 dengan lokasi di daerah pasar atau berkeliling komplek dan gang-gang perumahan, dengan pangsanya adalah anak-anak yang belum sekolah.

Untuk aktivitas sore hari pukul 16.00-18.00, mereka lebih banyak beredar di daerah perumahan dengan pangsa anak-anak usia 3-5 tahun.

Sedangkan aktivitas odong-odong yang mangkal di akhir pekan dengan lokasi tempat-tempat keramaian yang memang dibuat sebagai wadah hiburan, mereka beroperasi melakukan aktivitas jam 06.00-11.00 dan sore jam 15.00-18.00.

Yang pertama adalah odong-odong berbentuk komedi putar. Berbentuk rangkaian mainan dudukan yang bergandengan lalu berputar mengeliling rel dibuat sedemikian rupa seperti kereta api.

Yang kedua adalah odong-odong berbentuk kereta api. Bentuk sarana permainan
odong-odong ini memang menyerupai kereta api dengan betuk di bagian depan
meyerupai lokomotif dan bergandengan gerbong sebanyak 4 modul.

Bagian lokomotifnya dikendarai oleh operator dan gerbong dapat diisi dengan 1-2 penumpang anak-anak dan 1 orang dewasa.

Ada juga yang bagian gerbong dimodifikasi menjadi lebih terbuka, dengan ruang yang lebih kecil untuk 4 orang pengguna pergerbongnya.

Jumlah gerbong juga hanya sedikit, untuk kemudahan operasional sarana odong-odong di jalan-jalan sekitar komplek perumahan saat ini.

Yang ketiga adalah odong-odong berbentuk becak. Mirip seperti kereta api, masing-masing dibuat bergandengan dan penggeraknya digunakan motor bebek yang dikendarai oleh operator.

Yang keempat adalah odong-odong berbentuk kincir dan yang terakhir adalah odong-odong berbentuk jungkat jungkit.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/27/060600478/sejarah-odong-odong-yang-lahir-di-tengah-kaum-urban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke