Salin Artikel

Cerita Teresia, Gedong Sang Adik Sejauh 3 Km Lewati Jalan Bebatuan demi Berobat

Tempat tinggal keluarga Teresia sangat sederhana. Berdinding pelupuh dan beratapkan seng.

Di sana, Teresia tinggal bersama orangtua dan enam adiknya. Salah satunya Yosef Kristo Tomus.

Yosef sudah 12 tahun. Sayangnya, akibat penyakit yang dideritanya, ia tidak tumbuh seperti anak-anak seusianya.

Postur tubuhnya pendek. Badannya kurus. Ada benjolan di belakang punggungnya.

“Sudah sejak lahir dia (Yosef) seperti itu. Dia kalau sakit pasti sesak napas,” ucap Teresia saat ditemui di rumahnya di Desa Mahekelan, Kecamatan Waigete, Sikka, Sabtu (17/7/2022).

Teresia ingat betul ketika menggendong Yosef menuju Puskesmas Waigete dengan menempuh perjalanan sejauh 3 kilometer (km) pada Selasa (5/7/2022).

Peristiwa itu bermula, ketika ia bersama Yosef dan dua adiknya pergi ke kebun milik mereka di Kampung Kepiketik, Dusun Pigang, Desa Mahekelan.

Lokasi tersebut berjarak sekitar tiga kilometer dari rumahnya.

Di sela-sela aktivitas, penyakit Yosef tiba-tiba kambuh. Teresia panik. Ia berusaha mencari pertolongan. Namun, tak satu pun kendaraan roda dua yang melintas saat itu.


Teresia akhirnya nekat menggendong sang adik menuju rumah. Jalanan bebatuan dan terjal tak dihiraukannya. Baginya, Yosef bisa selamat.

Setibanya di rumah, ayah Yosef, Yohanes Joni (41) langsung mengantar anaknya ke Puskesmas Waigete.

“Begitu ceritanya waktu itu. Memang jalan ke Kampung Kepiketik itu sangat parah. Warga di sana kadang memilih jalan kaki daripada naik motor,” ujarnya.

Ibunda Teresia, Maria Kortidis (39) menuturkan, Yosef sering mengalami sesak napas. Namun, saat peristiwa itu dirinya tak pernah menyangka penyakit yang diderita putranya kembali kambuh.

“Saat itu saya bersama suami ada di rumah. Kami juga kaget saat mereka datang dengan wajah panik,” ujarnya.

Maria dan keluarga pernah mengantar Yosef ke rumah sakit. Dokter menyarankan agar mereka tinggal di dekat rumah sakit agar mempermudah mengontrol kesehatan Yosef.

Namun, karena keterbatasan ekonomi, mereka tidak bisa memenuhi permintaan dokter dan memilih merawat dengan ala kadarnya di kampung halaman.

“Sekarang dia sudah agak sehat. Anaknya suka nonton televisi tetapi kami belum ada rezeki untuk beli, makanya dia selalu nonton di rumah tetangga,” ujarnya.

Suatu ketika kenang Maria, utusan dari sebuah lembaga non profit yang ada di Sikka mendatangi rumahnya.

Mereka berharap agar Yosef bisa tinggal dan bersekolah bersama anak-anak lain di lembaga tersebut. Sang ayah keberatan, dan memilih tetap merawat Yosef, apa pun kondisinya.

“Bapaknya tidak mau kalau 1 di antara 7 anaknya itu hilang salah satunya,” kata Maria sambil tersenyum.


Akses jalan tak memadai

Ketua RT 01 Dusun Pigang, Susana Sima (49) menyebutkan, Kampung Kepiketik dihuni 75 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 220 orang. Sebagian besar warga bekerja sebagai petani.

Kampung itu didominasi tanaman perkebunan seperti kemiri, dan asam. Namun, ketiadaan akses jalan memadai dan listrik menjadi kendala utama yang dialami warga bertahun-tahun.

Para petani, kata dia, kadang merugi lantaran harus membayar jasa angkut yang mahal menuju ke pasar. Padahal jaraknya hanya 3 kilometer.

“Kalau petani pergi timbang mente atau asam itu ongkos ojek Rp 25.000 per karung, bayangkan kalau 10 karung sudah berapa kerugiannya. Padahal dari sini sangat dekat,” ujarnya.

Sisi lain, kata Susana, tak adanya aliran listrik memperhambat aktivitas belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri Kepiketik.

“Masyarakat di sini sebetulnya hanya mengharapkan jalan dan listrik. Semoga pemerintah bisa membantu,” pintanya.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/17/155625878/cerita-teresia-gedong-sang-adik-sejauh-3-km-lewati-jalan-bebatuan-demi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke