Salin Artikel

Kisah Yoga, Seniman Mural Semarang yang Tampil di Video Clip Rich Brian

Pasalnya, alumnus Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) ini ternyata memiliki segudang kemampuan yang menawan.

Yoga, sapaannya, menggeluti seni mural yang sering ditorehkan pada tembok-tembok jalanan, kanvas, kertas, maupun digital.

Dia tidak ingat jumlah karya yang sudah dihasilkan. Namun jika dikalkulasikan, Yoga sudah menggambar hingga ratusan karya, baik di tembok, kanvas, atau digital.

Karya seni hasil coretan Yoga itu memiliki arti dan makna yang penting dalam kehidupannya.

Perpaduan gambar hewan yang diselaraskan dengan motif etnik menjadi ciri khas karya-karya Yoga.

Bukan tanpa alasan Yoga memilih elemen-elemen tersebut. Menurut dia, hewan merupakan salah satu makhluk hidup yang bisa tampil apa adanya dan bergerak sesuai insting.

Setiap makhluk yang ada di bumi dipandang sudah memiliki peran sesuai porsinya masing-masing.

“Kalau hewan sudah ada patternya. Di suatu ekosistem itu tidak ada yang tidak beguna. Pasti semuanya sudah berjalan sesuai perannya masing-masing,” tutur Yoga saat ditemui Kompas.com, Jumat (8/7/2022).

Yoga menuturkan, gaya karya yang dimainkan itu terinspirasi dari salah satu suku dari Amerika Tengah, Suku Maya.

Suku Maya dinilai Yoga memiliki karakteristik etnik yang unik, sehingga akan lebih menarik jika dipadukan dengan hewan-hewan identik dari Indonesia.

Sementara itu, hampir di seluruh gambarnya, Yoga selalu memberi warna hitam, putih, merah, dan kuning.

Warna hitam dan putih dipilih, lantaran warna dasar kesukaan dia. Sebaliknya, warna merah dan kuning dipilih karena warna yang mencolok dan tidak disukai Yoga.

Hal tersebut juga menjadi pengingat hidup baginya.

“Warna merah dan kuning itu mencolok dan tidak cocok buat saya. Tapi itulah hidup, kadang sesuatu yang tidak kita suka pun ternyata bagus buat kita. Kita hidup tidak selamanya harus sesuai dengan keinginan kita,” jelas Yoga seraya tertawa kecil.


Begitu pula dengan ukuran huruf hasil tangan ajaibnya. Yoga menciptakan font sendiri lantaran ingin mempermudah dirinya saat menulis kalimat.

Alasannya, jika menulis dengan huruf biasa, baris kalimat yang disusun akan berantakan dan terlihat miring ke atas.

Dari berkesenian, Yoga mengaku, membuat dirinya lebih sadar akan hal-hal kecil dan dianggap sepele menjadi lebih berarti.

“Yang terpenting, berkesenian itu jujur. Kita menggambar ya karena kita suka menggambar, bukan karena materi atau apapun,” ucap dia.

Bukan waktu yang sebentar bagi Yoga untuk menemukan karakteristik gaya gambar yang dimiliki.

Pemuda kelahiran Semarang ini mengaku, mulai suka dengan dunia menggambar saat masih berusia dini.

Hingga pada 2016, dirinya memperdalam kemampuan secara otodidak, mencari referensi dari internet, diimbangi pula dengan praktik melalui street art.

“Dulu zaman sebelum kenal digital, lebih sering manual di street art. Ngulik karakter sendiri yang tidak sesuai pasar, baru kerasanya sekarang. Ya, proses,” jelas Yoga.

Berkembang di sosial media

Adanya pandemi Covid-19 tahun 2020 membuat semua orang terkurung di rumah, begitu pula Yoga.

Sebagai freshgraduate, dia juga ingin bangkit dan bertindak dari zona nyaman. Yoga pun mencari kesibukan dari sosial media.

Awalnya, Yoga disarankan untuk mendownload aplikasi TikTok oleh kawannya.

Melihat tren yang ada, dia merasa ada peluang untuk terjun ke TikTok dengan menunjukkan kemampuan menggambarnya.

Namun, bukan anak muda namanya jika belum berlarut dengan keinginan tanpa beraksi. Yoga mengaku, saat itu sudah banyak menyiapkan konsep namun tidak lekas dikerjakan.

“Kalau begini terus mau sampai kapan? Kebetulan waktu itu ibu habis pensiun. Wah, banyak beban nih saya. Dari situ, mulai iseng-iseng posting video di TikTok,” jelas Yoga.


Usaha yang dilakukan Yoga itu tidak lantas berjalan mulus. Awalnya, tidak ada satupun orang yang melihat video-video yang diposting di akun TikToknya.

Namun dengan semangat kreatifitas yang tinggi, akhirnya video Yoga beberapa kali menjadi For Your Page (FYP) di TikTok.

Hingga saat ini, akun TikTok Yoga @yogahya memiliki 180,400 followers dengan sekitar 6,2 juta likes, dan Instagram sebanyak 30,900 followers. Yoga menuturkan, akan terus bertumbuh dengan memanfaatkan sosial media.

“Namanya berkesenian, ini cara kita survive. Dengan menunjukkan dan akhirnya terlihat,” ungkap dia.

Berkat sosial media, karya-karya Yoga dapat dikenal oleh berbagai kalangan, tidak hanya lingkup Kota Semarang.

Dengan karakteristik, style, dan keunikan karya Yoga, hebatnya, dirinya beberapa kali mendapat pesanan karya dari luar negeri.

“Justru pasarnya banyak di luar Semarang, ada beberapa kali dari luar negeri, salah satunya Kanada,” pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/09/073856778/kisah-yoga-seniman-mural-semarang-yang-tampil-di-video-clip-rich-brian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke