Salin Artikel

5 Fakta Cirebon, Kota Udang dengan Semboyan Gemah Ripah Loh Jinawi

KOMPAS.com - Kota Cirebon masuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat sebelah timur.
Lokasi kota ini cukup strategis karena berada di pantai utara Pulau Jawa.

Menurut data BPS, Kota Cirebon memiliki luas wilayah administrasi 37,36 kilometer persegi yang terbagi kedalam lima kecamatan.

Secara geografis, kota Cirebon memiliki batas wilayah yaitu di bagian utara Sungai Kedung Pane, sebelah Barat Sungai Banjir Kanal, sebelah Selatan Sungai Kalijaga, dan sebelah timur Laut Jawa.

Tak hanya sebagai tempat untuk berwisata, kota ini juga menyimpan beberapa fakta menarik yang bisa Anda simak.

Berasal dari Cai (air) dan Rebon (udang rebon) yang berkembang menjadi Cirebon yang kita kenal sekarang ini.

Cerita asalnya berawal dari sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang kemudian berkembang menjadi desa yang ramai bernama Caruban.

Carub dalam bahasa Cirebon berarti bersatu padu, dimana wilayah tersebut terdapat percampuran budaya antara pendatang dengan penduduk setempat.

Pelafalan kata caruban kemudian berubah menjadi carbon dan cerbon yang juga tak lepas dari mata pencaharian penduduk setempat yang mayoritas adalah nelayan penangkap ikan dan rebon (udang kecil) bahan baku terasi.

Cirebon juga dikenal dengan julukan Kota Udang yang tak lain berawal dari asal namanya.
Sejak masa kepemimpinan Pangeran Cakrabuana alias Raden Walangsungsang, Cirebon memang sudah dikenal sebagai penghasil udang rebon.

Oleh penduduk setempat, udang rebon hasil tangkapan kemudian diolah menjadi berbagai makanan termasuk terasi dan petis.

Tak disangka, olahan ini justru disukai banyak orang termasuk para pendatang dan menjadi salah satu ciri khas olahan udang asal Cirebon.

Karena rasanya, terasi dan petis Cirebon banyak disukai dan hingga kini masih menjadi oleh-oleh khas dari Kota Udang.

Cirebon juga dikenal sebagai wilayah yang memiliki empat keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Kaprabonan.

Melansir laman cirebonkota.go.id, kesultanan yang berdiri menjadi jembatan antara budaya Jawa dan Sunda sehingga memiliki kebudayaan sendiri yaitu kebudayaan Cirebon.

Kesultanan Cirebon yang didirikan Pangeran Cakrabuana, putra pertama dari Prabu Siliwangi dengan Subanglarang.

Seiring berjalannya waktu, Keraton ini berkembang menjadi Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan melalui pembagian kekuasaan.

Sementara melansir laman jabarprov.go.id, Keraton Kaprabonan merupakan wilayah yang dibuat seorang pangeran dari Keraton Kanoman yang menolak tahta dan memilih membuat padukuhan sendiri untuk memperdalam ilmu agama Islam.

Terkenal sebagai salah satu tempat singgah para pedagang, Cirebon sejak dulu sudah menjadi pintu gerbang kegiatan usaha melalui jalur laur.

Sebagai kota pelabuhan, Cirebon menjadi dangat menguntungkan dan menjadi suatu kawasan yang berkembang cukup pesat.

Melansir laman pelindo.co.id, Pelabuhan Cirebon di Kota Cirebon Jawa Barat kemudian dibangun pemerintahan kolonial Belanda pada 1865 untuk mengangkut berbagai hasil bumi dari Pulau Jawa.

Karena terletak di lintasan jalan raya dan rel kereta api, kini Pelabuhan Cirebon dikembangkan pemerintah dilengkapi dengan fasilitas penumpukan petikemas, terminal batubara, terminal aspal curah dan tangki penampungan minyak kelapa sawit.

Semboyan atau slogan Kota Cirebon tertulis pada lambang daerah yang berbunyi “Gemah Ripah Loh Jinawi”.

Melansir laman cirebonkota.go.id, istilah "Gemah Ripah" berarti negara yang luas (jembar) dengan rakyat yang banyak, sementara "Loh Jinawi" berarti subur makmur.

Secara lengkap, Gemah Ripah Loh Jinawi memiliki pesan bahwa perjuangan masyarakat Cirebon sebagai bagian bangsa Indonesia yang luas bercita-cita menciptakan ketentraman/perdamaian, kesuburan, keadilan, kemakmuran, tata raharja serta mulia abad bagi negaranya.

Sumber:
cirebonkota.bps.go.id
jabarprov.go.id 
cirebonkota.go.id
pelindo.co.id 
kompas.com

https://regional.kompas.com/read/2022/02/20/164811678/5-fakta-cirebon-kota-udang-dengan-semboyan-gemah-ripah-loh-jinawi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke