Salin Artikel

[POPULER REGIONAL] Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Langkat | Tersesat gara-gara Google Maps

KOMPAS.com - Sederet peristiwa di hari kemarin menyita perhatian pembaca Kompas.com.

Salah satunya soal cerita satu keluarga di Samarinda, Kalimantan Timur, yang tersasar di tengah hutan setelah menggunakan Google Maps.

Selain itu, berita tentang ditemukannya kerangkeng manusia di rumah Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin-angin juga menjadi sorotan. 

Menurut sejumlah pihak, kerangkeng itu diduga digunakan untuk praktik perbudakan modern oleh Bupati nonaktif Langkat.

Berikut ini berita populer regional secara lengkap:

Mardani mengkritik pernyataan Edy soal lokasi ibu kota negara (IKN) yang disebut tempat jin buang anak.

"Jangan membawa-bawa hal berbau SARA, seperti mengatakan bahwasanya Kalimantan adalah tempat jin membuang anak, pasar ibu kota negara (IKN) adalah kuntilanak dan genderuwo," imbuhnya.

Selain Mardani, kecaman juga datang dari Habib Fathurrahman Bahasyim yang merupakan salah satu tokoh agama di Kalsel.

Habib menilai, pernyataan Edy Mulyadi kini menimbulkan kegaduhan dan dia harus segera mempertanggungjawabkannya.

Koordinator Unit Siaga SAR Samarinda Dwi Adi Wibowo menceritakan awal mula satu keluarga asal Samarinda yang tersasar ke jalur hauling pada Jumat (21/1/2022).

Penumpang mobil itu adalah Agus (30) yang menyopir, kemudian istrinya Melani (26), dua anaknya yaitu Febiyana (5) dan Ramaditya (9 bulan), serta seorang lansia.

Mobil tersebut tersasar gara-gara ikuti penunjuk arah dari aplikasi Google Maps.

"Masuk 600 meter ketemu tanjakan. Nah, di sini baru mereka sadar sudah kesasar," kata Dwi Adi Wibowo.

Di hadapan polisi, MHS mengakui ide membuat ayam tiren dari dirinya sendiri.

Salah satu alasannya, kata MHS, harga ayam segar cukup tinggi. Jika bakso dinaikkan harganya maka keuntungannya akan menipis.

"Idenya dari saya sendiri karena terimpit harga ayam yang tinggi, mau dinaikkan harga baksonya sulit jadi terpaksa kami cari akal gimana bisa tetap dapat untung," kata dia.

Kapolda Sumut Irjen RZ Panca Putra Simanjuntak menjelaskan, kerangkeng manusia di ruma Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin-angin adalah untuk fasilitas rehabilitasi pecandu narkoba.

Namun, sejumlah pihak menduga kerangkeng itu sebagai alat praktik perbudakan modern.

"Dari pendataan atau pendalaman itu bukan soal 3-4 orang itu, tapi kita dalami itu masalah apa. Kenapa ada kerangkeng. Ternyata dari hasil pendalaman kita, itu memang adalah tempat rehabilitasi yang dibuat yang bersangkutan secara pribadi yang sudah berlangsung selama 10 tahun untuk merehabilitasi korban pengguna narkoba," katanya.

Menurut salah satu pakar satwa liar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Wisnu Nurcahyo, usulan ekspor 1.500 monyet ekor panjang untuk keperluan biomedis tidak akan merusak ekosistem.

"Kalau se-DIY ya enggak, itu se-DIY kok. Yang di Bantul, Gunungkidul, yang di Sleman di Merapi masih banyak, jadi mungkin 1.500 itu hitunganya dari berbagai lokasi," ujarnya, Rabu (19/1/2022).

Diberitakan sebelumnya, menurut Wisnu, saat ini jumlah monyet ekor panjang yang ada di beberapa wilayah di DIY sudah melebihi populasi.

(Penulis : Kontributor Medan, Dewantoro, Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Khairina, Robertus Belarminus)

https://regional.kompas.com/read/2022/01/25/051500778/-populer-regional-kerangkeng-manusia-di-rumah-bupati-langkat-tersesat-gara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke