Salin Artikel

Sultan Thaha Syaifudin, Raja Terakhir Kesultanan Jambi yang Ditetapkan Jadi Pahlawan Nasional

Tak heran banyak sekali tokoh kerajaan yang kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Salah satunya adalah Sultan Thaha Syaifudin. Dia tercatat sebagai raja terakhir di Kesultanan Jambi, dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional asal Jambi melalui SK Nomor 079/TK/1977 yang diteken pada 24 Oktober 1977.

Riwayat Hidup Sultan Thaha

Sultan Thaha lahir di Istana Tanah Pilih, Kampung Gedang, Kerajaan Jambi sekitar tahun 1816.

Nama kecil yang diberikan kepadanya adalah Raden Thaha Djayadiningrat. Ayahnya bernama Sultan Muhammad Fachrudin.

Sultan Thaha termasuk keturunan ke-17 dari Ahmad Salim atau Datuk Paduko Berhalo dan Putri Selaras Pinang Masak.

Masa muda Sultan Taha dihabiskan dengan menimba ilmu ke berbagai tempat, mulai dari Jambi hingga Aceh.

Di Aceh, Sultan Thaha menimba ilmu agama Islam selama dua tahun. Selain itu, dia juga mendapat pelajaran tentang kebangsaan.

Pelajaran agama dan kebangsaan yang diperoleh dari Aceh itu yang kemudian menginspirasi Sultan Thaha untuk melakukan perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Sultan Thaha dikenal sebagai sosok pemimpin yang cerdas, tangkas, pandai bergaul dan rendah hati. Dia juga seorang diplomat ulung sejak masa muda.

Tepatnya saat berusia 21 tahun, Sultan Thaha mendapat tugas untuk memperkuat hubungan dagang Kesultanan Jambi dengan Malaya (Malaysia), Singapura, dan Patani.

Perjalanan tugas ini rupanya membangkitkan kesadaran Sultan Thaha tentang kondisi rakyatnya di Jambi yang tertindas oleh Belanda.

Sultan Thaha bertekad akan memperbaiki taraf hidup rakyatnya, di samping juga menghilangkan masalah utama rakyat Jambi yaitu keberadaan Belanda.

Berjuang Mengusir Belanda

Pada tahun 1841, Sultan Thaha diangkat sebagai Pangeran Ratu atau perdana menteri menyusul meninggalnya sang ayah dan naik tahtanya sang paman.

Posisi baru itu dimanfaatkan Sultan Thaha untuk memulai misinya yaitu membantu rakyat agar mencapai taraf hidup yang lebih tinggi.

Sultan Thaha memulai misinya dengan memberantas buta huruf di kalangan rakyat. Sidang Dewan Menteri yang dipimpinnya mengamanatkan agar seluruh rakyat bisa baca tulis huruf Al-Qur’an.

Tak hanya soal pendidikan, Sultan Thaha juga memperhatikan masalah ekonomi. Hal ini dilakukan dengan memperluas pertanian dan perkebunan di Jambi.

Pada tahun 1855, Sultan Thaha akhirnya naik tahta sebagai raja Kesultanan Jambi. Jabatan tersebut memungkinkannya untuk melakukan perbaikan yang lebih banyak lagi.

Meski demikian, Sultan Thaha menyadari bahwa keberadaan Belanda menjadi masalah utama dari semua masalah yang ada.

Untuk itu, Sultan Thaha lantas memimpin perlawanan rakyat Jambi dalam sebuah pertempuran sengit di Muara Kupeh pada tahun 1858.

Sejak saat itu, perjuangan Sultan Thaha dalam mengusir Belanda terus berlanjut hingga tahun 1904.

Dalam menjalankan misinya ini, Sultan Thaha mendapat dukungan penuh dari rakyatnya. Sultan bahkan bersumpah di hadapan rakyat, yang kemudian dikenal dengan sumpah Setih Setia.

Perlawanan yang dilancarkan Sultan Thaha sangat merepotkan Belanda, yang kemudian melakukan penyelidikan untuk mencari titik lemah Sultan Thaha.

Penyelidikan untuk mencari titik lemah Sultan Thaha dipimpin oleh Snouck Hurgronje. Dia adalah penasihat pemerintah Hindia Belanda untuk urusan Bumiputera.

Penyelidikan yang dilakukan salah satunya adalah dengan mengungkap tempat persembunyian Sulthan Thaha.

Upaya itu membuahkan hasil. Belanda akhirnya mengetahui tempat Sultan Thaha bersembunyi yaitu di Sungai Aro.

Belanda pun melancarkan serangan mendadak ke tempat persembunyian tersebut. Pasukan yang terkejut berusaha menyelamatkan diri ke hilir Sungai Aro.

Namun, Sultan Thaha sudah tidak bersama pasukan saat menyelamatkan diri. Rupanya Sultan Thaha gugur dalam serangan mendadak tersebut.

Sultan Thaha dinyatakan gugur di Desa Betung Bedarah pad 26 April 1904. Lokasi gugurnya Sultan Thaha itu kini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo, Jambi.

Sumber:
Kompas.com
Gln.kemdikbud.go.id
Direktoratk2krs.kemsos.go.id

https://regional.kompas.com/read/2022/01/09/170000778/sultan-thaha-syaifudin-raja-terakhir-kesultanan-jambi-yang-ditetapkan-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke