Salin Artikel

Hadiri KTT COP26, Ridwan Kamil Sebut Citarum Bukan Lagi Sungai Terkotor di Dunia

Dalam kesempatan itu, dia memaparkan hasil revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

Emil, sapaan Ridwan Kamil, menyampaikan kepada dunia bahwa Sungai Citarum bukan lagi sungai terkotor di dunia.

Hal itu berkat upaya yang dilakukan dalam konsep penanganan Citarum Harum yang menggunakan pola pentaheliks.

Pemerintah melibatkan akademisi, pengusaha, media, dan komunitas untuk saling bersinergi dan berkolaborasi.

“Hasilnya penanganan lebih efektif. Setelah tiga tahun, Citarum bukan lagi sungai terkotor dan kami bisa menjelaskan dan membuktikan data-datanya. Berkat pentaheliks ini, semua merupakan tanggung jawab bersama,” ujar Emil, dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu (3/11/2021) malam.

Menurut Emil, penanganan Citarum lebih gencar dan masif sejak terbit Peraturan Presiden Nomor 15/2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.

Satgas Citarum Harum kemudian menerjemahkan ke dalam 12 program strategis, mulai dari penanganan limbah domestik, industri, dan penegakan hukum dilakukan guna membuktikan bahwa penanganan Citarum itu tidak main-main.

Dalam penanganan sampah plastik misalnya, Jabar menerapkan circular economy di mana dari sampah plastik masyarakat maupun pengusaha dapat keuntungan finansial.

Selain bank sampah, di Jabar pun telah memiliki pabrik pengolahan botol plastik yang dihasilkan botol air mineral kembali.

Pabrik tersebut tidak hanya menerima botol air mineral dari wilayah Jabar saja, tetapi juga dari Bali dan juga Sulawesi Selatan. Pasalnya pabrik pengolahan botol air mineral tersebut hanya satu-satunya di Indonesia.

Emil berharap, ke depan semua provinsi memiliki pabrik daur ulang botol plastik air minum.

“Kami juga memastikan mengedukasi masyarakat agar jangan takut untuk membeli botol minuman dari botol daur ulang,” ucapnya.

Partisipasi masyarakat

Salah satu komunitas lingkungan yang mendukung Satgas Citarum Harum adalah Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) yang juga mengapresiasi apa yang disampaikan Gubernur di forum internasional tersebut.


Menurut Kepala Divisi Infokom DPKLTS Taufan Suranto, konsep dasar pengelolaan sumber daya alam adalah mengendalikan pemanfaatan ruang di sekitar daerah aliran sungai.

Masyarakat didorong untuk aktif berpartisipasi memulihkan Citarum sebagai sumber kehidupannya.

“Partisipasi masyarakat tidak bisa langsung terorganisasi. Sehingga pola geraknya kita coba bangun Sub DAS dan Mikro DAS. Cakupannya kecil setiap 1.000 hektare bergerak,” kata Taufan.

Semua kegiatan pelestarian alam seperti penanaman pohon, pengelolaan limbah domestik, dan pengolahan sampah dilakukan di Sub DAS dan Mikro DAS tersebut.

“Semua aspek dan perilaku dilakukan di situ dengan skema pentaheliks,” kata Taufan.

Kegiatan lain yang dilakukan di antaranya program rehabilitasi lahan kritis. Seperti pembibitan di DAS Citarum di wilayah Ciporeat yang masuk Kawasan Bandung Utara.

“Kami juga kerja sama dengan beberapa pihak lain. Lahan kritis yang sedang kita garap kerja sama dengan BKSDA di Kamojang Garut seluas beberapa ratus hektare,” jelasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2021/11/04/083702778/hadiri-ktt-cop26-ridwan-kamil-sebut-citarum-bukan-lagi-sungai-terkotor-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke