Salin Artikel

Membangun Kesadaran "Zero Waste" sejak Dini dengan Konsep Ecobrick

Sifatnya yang sulit terurai bisa mengancam kelestarian alam dan lingkungan di masa yang akan datang.

Apalagi, pemakaian plastik di tengah kehidupan masyarakat dewasa ini sangat tinggi.

Mulai dari furnitur, perkakas rumah tangga, hingga bungkus jajanan dan kemasan makanan atau minuman, semuanya nyaris berbahan dasar plastik.

Oleh karena itu, upaya mendaur ulang sampah jenis anorganik dalam skala apapun akan berdampak besar bagi penyelamatan lingkungan.

Hal ini yang kemudian mendorong seorang kepala sekolah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, bernama Nurhayati menggagas gerakan cinta lingkungan melalui konsep ecobrick.

Ecobrick sendiri merupakan proses daur ulang ramah lingkungan dengan memanfaatkan media botol plastik yang dipadatkan.

Nurhayati mengenalkan ecobrick yang merupakan bagian dari semangat zero waste life style atau gaya hidup bebas sampah ini kepada para murid.

Siswa juga dilibatkan langsung dalam pengolahan sampah, terutama sampah jenis plastik yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian mereka.

Bank sampah yang didirikan di lingkungan sekolah menjadi laboratorium siswa yang diintegrasikan pada mata pelajaran terkait.

Wajibkan siswa bawa sampah ke sekolah

Nurhayati selaku Kepala SDN Sukatani di Desa Mayak, Kecamatan Cibeber, melakukan langkah awal dengan mewajibkan siswa membawa sampah plastik ke sekolah.

Selain itu, bungkus plastik bekas jajanan juga wajib disetorkan siswa ke bank sampah yang dikelola sekolah.

Sampah yang sudah terkumpul selanjutnya diolah menjadi ecobrick.

Seluruh proses pengerjaannya melibatkan para siswa.

Mereka memilah dan memasukkan sampah bekas jajanan, seperti bungkus permen dan kudapan ke dalam botol-botol plastik.

“Sampah plastik yang biasanya dibuang ke tempat sampah itu dimasukkan ke dalam botol, dan dipadatkan hingga beratnya mencapai 200 gram,” kata Nurhayati saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/9/2021).

Menurut dia, selain bisa mengurangi volume sampah dan menciptakan lingkungan yang bersih, pemanfaatan ecobrick juga sangat berguna sebagai penghias lingkungan sekolah.

"Hasilnya dijadikan gapura sekolah, dan bahan membuat furnitur, seperti rak buku, meja, dan kursi sofa," ujar dia.

Selain itu, Nurhayati menyulap lahan belakang sekolah menjadi taman ecobrick yang ramah lingkungan dengan hamparan bunga yang berwarna-warni.

Di area yang sama juga dibangun saung baca, di mana material yang digunakannya juga berasal dari ecobrick buatan siswa.

Menurut Nurhayati, kegiatan mendaur ulang sampah ini diintegrasikan ke mata pelajaran IPA, PPKn, serta Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

Siswa yang berkontribusi akan mendapatkan poin berupa nilai tambahan pada tiga mata pelajaran tersebut.

"Kepedulian terhadap lingkungan ini tentunya harus ditanamkan sedari dini, dan jenjang sekolah dasar adalah pondasi untuk menanamkan sikap, moral, karakter dan spiritualitas tersebut," kata Nurhayati.

Menurut Nurhayati, mengurangi penggunaan plastik merupakan bentuk kecintaan terhadap lingkungan.

Pasalnya, sampah plastik merupakan jenis limbah yang membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat terurai.

Untuk sampah botol plastik misalnya, butuh 450 tahun untuk bisa terurai; limbah kaleng 200 tahun; bungkus mie instan perlu 100 tahun; dan kantong plastik 20 tahun.

“Apalagi yang styrofoam, itu sampah abadi yang tidak bisa terurai sama sekali,“ ujar dia.

Oleh karena itu, melalui program ini, Nurhayati berharap siswanya bisa menjadi duta kebersihan di lingkungannya masing-masing.

Dengan begitu, kepedulian terhadap lingkungan, menjaganya tetap bersih dan sehat akan menjadi bagian dari gaya hidup.

“Tentu saja manfaatnya juga tak hanya dirasakan oleh siswa sendiri, melainkan juga oleh generasi di masa yang akan datang,“ kata Nurhayati.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/27/105637378/membangun-kesadaran-zero-waste-sejak-dini-dengan-konsep-ecobrick

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke