Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Memburu Pelaku Pembunuhan di Subang | Pakaian Baduy Laris di Pasaran

KOMPAS.com - Kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang diselidiki oleh polisi. Berdasar hasil penyelidikan sementara, polisi tidak menemukan barang korban yang hilang.

Polisi menduga bahwa pelaku dan korban saling mengenal. Pasalnya, dia sudah mengetahui situasi di dalam rumah korban.

Petugas juga memeriksa closed-circuit television (CCTV), sidik jari, dan meminta keterangan 17 saksi.

Berita populer lainnya adalah seputar pakaian Baduy yang laris manis di marketplace usai dipakai oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Saat Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), 16 Agustus 2021, Presiden Jokowi memakai pakaian khas Baduy.

Ternyata, ini berefek pada larisnya pakaian khas Baduy yang dijual di marketplace. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Berikut adalah berita-berita yang menjadi sorotan pembaca Kompas.com.

Tuti Suhartini (55) dan anaknya Amalia Mustika Ratu (23) ditemukan tewas di dalam mobil Alphard di garasi rumah mereka, Subang, Jawa Barat (18/8/2021).

Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Subang AKBP Sumarni menjelaskan, pembunuhan ini diduga dilakukan lebih dari satu orang.

Dugaan ini muncul setelah polisi menemukan dua jejak kaki yang berbeda di tempat kejadian perkara (TKP).

"Dari jejak tapak kaki yang berbeda (ada) dua, jadi diduga lebih dari satu orang," ujar Sumarni.

Sumarni juga menyebutkan bahwa pelaku dan korban diduga saling mengenal. Dia pun sudah mengetahui situasi di dalam rumah korban.

Baca selengkapnya: Memburu Pembunuh Ibu dan Anak di Subang dari Jejak yang Tertinggal

Usai Presiden Jokowi mengenakan pakaian khas Baduy saat Sidang Tahunan MPR, Menparekraf Sandiaga Uno menuturkan bahwa pakaian tersebut laris pasaran.

"Baju yang saya pakai ini sangat viral di seluruh platform e-commerce, karena bapak presiden memutuskan memakai pakaian khas Lebak, yaitu pakaian Baduy. Kemarin saya dapat laporan stok tasnya habis di seluruh platform e-commerce, habis semua," ucapnya, Jumat (20/8/2021).

Salah satu warga Baduy Luar, Mulyono, yang berjualan kerajinan khas Baduy di marketplace, mengaku bahwa pesanannya kembali ramai.

"Sejak pandemi, baju adat Baduy hanya terjual satu saja dalam tiga bulan. Tapi sejak dipakai Pak Presiden, hingga hari ini saya sudah mengirim empat pesanan ke luar kota," ungkapnya, Jumat.

Selain pakaian, ikat kepala atau lomar hingga tas koja juga ramai dipesan.

Baca selengkapnya: Jokowi Effect, Pakaian Suku Baduy Laris Manis di Pasaran, Pejabat sampai Tak Kebagian

Sebanyak 164 warga Timor Leste yang merupakan anggota perguruan silat dideportasi oleh pihak Imigrasi Atambua karena memasuki wilayah Indonesia secara ilegal.

Warga Timor Leste yang dideportasi terdiri dari 159 laki-laki dan lima orang perempuan.

Sebelum dideportasi, mereka ditampung dan didata di Kantor Kodim Belu, lalu dikawal menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain.

"Kali ini merupakan pemulangan gelombang ketiga. Mereka ini anggota perguruan silat yang masuk wilayah Indonesia secara ilegal," terang KA Halim selaku Kepala Kantor Imigrasi Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (21/8/2021).

Di PLBN Motaain, Imigrasi Indonesia menyerahterimakan para warga kepada pihak Imigrasi Timor Leste dan disaksikan TNI, Polisi, BNPP, Bea-cukai, serta perwakilan dari Pemerintah Daerah Belu dan perwakilan Timor Leste lainnya.

Para warga Timor Leste tersebut memasuki wilayah Indonesia untuk mengikuti acara perguruan silat di Atambua.

Baca selengkapnya: Masuk Wilayah Indonesia secara Ilegal, 164 Anggota Perguruan Silat Timor Leste Dideportasi

Salah satu pekerjaan yang turut merasakan dampak dari pandemi Covid-19 adalah porter di stasiun kereta api.

Hal tersebut dialami oleh Suratman (52). Pria asal Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ini bahkan rela tidur di stasiun demi menghemat pengeluaran.

Dengan berhemat ini, uang tersebut bisa digunakan untuk makan maupun dikirim ke keluarganya di rumah.

Sebelum pandemi, Suratman mengaku melaju dari Wonosari menuju Yogyakarta untuk bekerja.

"Dulu nglaju, kan ini satu hari satu malam, ini masuk besok 10 siang libur lagi. Untuk menghemat. Kedua perjalanan sana ke sini kan sayang, jadi untuk makan sehari-hari. Terkumpul saya kirim sana (rumah)," tuturnya, Jumat (20/8/2021).

Baca selengkapnya: Kisah Porter Stasiun Tugu Yogya, Rela Tidur di Stasiun agar Tetap Bisa Kirim Uang ke Istri

Mobil minibus berpelat nomor E 7959 V terlibat kecelakaan dengan salah satu sepeda motor petugas patroli dan pengawalan (Patwal) Kapolres Sumedang, Jumat (20/8/2021).

Setelah sempat melarikan diri, sopir minibus tersebut akhirnya ditangkap oleh polisi. Dari penangkapan itu terungkap bahwa sopir dan kernetnya merupakan buronan.

Mereka masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) kasus pembacokan terhadap tiga aparatur pemerintahan desa di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

"Kendaraan Elf tersebut menabrak motor Patwal kami di Jatinangor. Saat kejadian, kami curiga karena sopir berupaya melarikan diri. Setelah berhasil kami tangkap, kami melihat gelagat lebih mencurigakan pada diri sopir dan kernetnya ini," beber Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Sumedang AKBP Eko Prasetyo Robbyanto, Sabtu (21/8/2021).

Eko mengatakan, saat itu rombongannya hendak menyerahkan bantuan sosial untuk warga Jatinangor, sekaligus melakukan pengecekan pos PPKM.

Baca selengkapnya: Sopir yang Tabrak Patwal Rombongan Kapolres Sumedang Ternyata Buronan

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere; Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo; Kontributor Sumedang, Aam Aminullah | Editor: David Oliver Purba, Priska Sari Pratiwi, Khairina, Abba Gabrillin)

https://regional.kompas.com/read/2021/08/22/061500378/-populer-nusantara-memburu-pelaku-pembunuhan-di-subang-pakaian-baduy-laris

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke