Salin Artikel

Awalnya Susah Cari Kerja, 3 Gadis di Banyuwangi Ini Buka Marketplace dan Jasa Kurir, Bantu Ekonomi Warga

Pemanfaatan teknologi internet dapat menjadi jalan penyelamat bagi mereka yang sulit mendapat kerja saat pandemi.

Seperti yang dialami oleh tiga gadis Santi Ayuning Tyas (24), Meilita Hekmahwati (24) dan Erlin Sanggettiyaning L. P (23), asal Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur.

Sulit mendapat pekerjaan

Tiga sekawan ini lulus kuliah pada Januari 2020 atau dua bulan sebelum pandemi Covid-19 di Indonesia. Berkawan sejak SMA, ketiganya saling cerita sulit mendapat kerja.

Saat menganggur, ketiganya memutar otak mencari penghasilan.

Hingga pada satu malam, pertengahan Juli 2020, tiga gadis ini mendapat ide membuka toko digital atau marketplace di daerahnya.

Ide muncul setelah melihat banyak warung dan toko UMKM mengeluh pendapatannya menurun selama pandemi.

Warung dan toko tersebut selama ini belum memanfaatkan internet untuk menjadi media promosi dan penjualan.

Tiga gadis ini ingin menjadi perantara penjual produk lokal daerahnya dengan pembeli.

Selain itu, dengan menjadi perantara, mereka berharap mendapatkan rupiah. Maka terciptalah waruung.com, toko online dengan tagline "titik temu kebutuhan anda".

"Jadi bantuin ibu-ibu yang punya dagangan skala daerah. Mereka kan jarang yang jualan online jadi kita bantuin," kata Santi kepada Kompas.com, Minggu (27/72021).

Setahun lebih berdiri, Waruung.com sudah memiliki kantor sendiri di Ruko barat Patung Penyu Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi.

Di kantor berukuran 4x5 meter tersebut, Santi bersama dua temannya mengendalikan usaha rintisan ini.

Ada 18 orang yang bekerja di perusahaan rintisan ini. Tiga perempuan sekaligus pendiri merupakan admin dan 15 laki-laki sebagai kurir.

Usianya masih muda-muda, dengan rentang usia 18 hingga 25 tahun.

Santi mengatakan, ide perusahaanya sederhana yakni membantu memasarkan jualan pedagang atau UMKM.

Untuk bisa seperti ini, tiga sekawan ini memeras keringat dan otak dari awal berdiri.

Ajak UMKM berkolaborasi

Awal memulai usaha ini, mereka mendatangi kelompok UMKM center Pesanggaran yang beranggotakan 30 orang.

Para UMKK ini diajak berkolaborasi dan menjadi mitra. Produknya akan dipasarkan secara online melalui media sosial, website, dan Whatsapp.

Mereka setuju dengan konsep yang ditawarkan. Dari harga jual produk para UMKM ini, perusahaan rintisan ini akan mendapat pembagian 10 persen.

Pekerjaan selanjutnya yakni mencari pelanggan. Mereka memanfaatkan media sosial untuk pemasaran. Caranya membuat konten-konten video menarik tentang aktivitas jual beli di Waruung.com.

Konten-konten itu diunggah di YouTube dan disebarkan di Facebook untuk menarik pelanggan usia 35 tahun ke atas. Kemudian Instagram, TikTok, dan Twitter untuk usia 35 tahun ke bawah.

Promosinya membuahkan hasil. Pengikut media sosialnya terus bertambah dan diikuti dengan datangnya pesanan.

Awalnya, ketiga gadis ini merangkap admin penerima pesanan sekaligus kurir.

"Boncengan motor berdua, satu yang nyetir dan satunya yang membalas pesan WhatsApp," kata Santi.

Saat awal merintis usaha ini, pesanan yang diterima hanya tiga hingga lima kali dalam sehari. Kadang tidak ada sama sekali.

Promosi dilanjutkan dengan lebih banyak konten kreatif. "Sempat pakai jasa selebgram buat endorse juga," katanya.

Tiga bulan berjalan, pesanan terus meningkat.

Bahkan mereka sampai kewalahan mengantar pesanan. Mereka lantas memanfaatkan jasa kurir lokal untuk mengantarkan pesanan-pesanan yang diterima.

Namun karena pesanan yang terus naik, mereka akhirnya membuka kerjasama mitra untuk merekrut kurir sendiri.

Saat ini, kata Santi, jumlah pesanan mereka berkisar 50 hingga 80 kali dalam sehari.

Sementara jumlah kurirnya mencapai 15 orang.

"Selain bantu jualan ibu-ibu juga membantu pemuda sini biar dapat kerjaan (jadi kurir)," kata dia.

Dalam jasa antar, untuk biaya pengiriman sejauh 3 km dibanderol dengan harga Rp 5 ribu. Kemudian setelahnya Rp1.000 setiap kilometer. Setiap transaksi kurir dipotong Rp1.000 untuk jasa administrasi.

Selain pesanan yang meningkat, jumlah mitra Waruung.com terus bertambah.

Dari awalnya 30 kini mencapai 180 UMKM di seluruh Pesanggaran dan Kecamatan Siliragung.

Rata-rata mereka menjual makanan dan minuman siap saji seperti lalapan, bakso, ayam geprek, cilok, hingga tahu walik.

Untuk jadi mitra juga cukup mudah. Penjual cukup menyebutkan produk, lokasi jualan, dan harga. Namun lokasinya masih terbatas di wilayah Pesanggaran dan Siliragung.

"Kita komunikasi lewat WhatsApp dan menjualnya melalui media sosial karena paling gampang dan cepat laku," katanya.

Perputaran uang capai Rp 100 juta sebulan

Santi menceritakan kini perputaran uang di waruung.com bisa mencapai Rp 100 juta dalam sebulan.

Meski tak menyebut penghasilan bersihnya, mereka bersyukur hasil usahanya bisa digunakan untuk biaya hidup dan membantu warga lainnya.

Sementara itu, pemilik warung Sego Pecel Genep, Sri Warsini (39) mengaku jual beli online bukan hal yang asing lagi baginya.

Sejak awal November 2020, ia mulai memanfaatkan jasa kurir dan bermitra dengan waruung.com.

Melalui itu, kini ia memiliki katalog jualan di media sosial dan WhatsApp yang bisa dilihat pelanggannya. Kini, banyak langganannya yang memilih membeli secara daring dan diantar melalui kurir.

"Lumayan, kadang ada sehari bisa 5-10 kali dari pesanan online," katanya di warungnya.

Sementara kurir Waruung.com, Khoirul Amin (24), mengaku terbantu bisa bekerja dan mendapat penghasilan saat pandemi.

Sebab, ia sudah menganggur sejak pertengahan 2020 karena dirumahkan dari tempatnya bekerja di Papua. Menurutnya ia sehari kadang menerima 8 hingga 10 pesanan.

"Sudah tiga bulan gabung, sehari rata-rata dapat Rp 50 ribu," kata dia.

Melita, pendiri Waruung.com lainnya mengaku beruntung usaha yang dibuatnya bisa berkembang pesat. Ia merasa beruntung karena memulai usaha ini ketika masyarakat daerahnya sudah banyak yang melek internet.

"Tanpa internet peluang seperti ini tak akan ada. Alhamdulillah kami hadir saat orang udah tahu internet dan teknologi di dalamnya," kata dia.

Menurutnya, usaha semacam ini memiliki peluang tinggi di daerah-daerah yang jauh dari kota besar. Sebab, perusahaan-perusahaan besar jasa ojek dan kurir biasanya baru ada di kota-kota besar.

"Anak muda di daerah harusnya bisa memanfaatkan peluang itu," katanya.

Ke depan, mereka ingin usahanya merambah kecamatan lain di Banyuwangi dan mengembangkan aplikasi.

Saat ini, sistem pemesanan masih secara manual dengan aplikasi pesan WhatsApp. Wilayah jangkauan juga masih berada di Kecamatan Siliragung dan Pesanggaran.

Kepala Dinas Kominfo dan Persandian Banyuwangi Budi Santoso menyebut pemuda memang harus menyadari pentingnya internet untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Maka itu, infrastruktur digital perlu dibangun dan dikembangkan.

Banyuwangi, kata dia, memiliki program smart kampung. Pelayanan masyarakat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informatika. Hal ini menurutnya menjadi daya ungkit tingkat melek internet di Banyuwangi tinggi.

Jaringan-jaringan WiFi gratis juga disebar hampir di 1.000 titik tempat umum di Banyuwangi. Selain itu 189 desa di Banyuwangi sudah terhubung internet berbasis serat optik atau fiber optik.

"Ada program Banyuwangi smart kampung, yakni membangun dari desa dengan IT. Ini menjadi daya ungkit yang kuat mengapa masyarakat melek internetnya tinggi," kata dia.

Selain itu, Pemkab Banyuwangi sejak lama mengajak anak muda untuk berani berinovasi di bidangnya masing-masing. Salah satu caranya menggunakan teknologi.

Apa yang dilakukan Santi dan dua kawannya, kata Budi, juga banyak dilakukan pemuda lain di seluruh Banyuwangi.

Menurutnya, dengan kekuatan teknologi informasi, peran anak muda bisa membantu mendorong perubahan positif di masyarakat. Salah satu upaya terbaru yang dilakukan yakni mengadakan program Jagoan Bisnis yang diinisiasi Dinas Pemuda Pemuda dan Olah Raga Banyuwangi.

Jagoan Bisnis

Jagoan Bisnis merupakan program untuk mencetak ratusan anak muda Banyuwangi menjadi pengusaha muda.

Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga Banyuwangi Zen Kostolani mengatakan pendaftar program ini sebanyak 555 orang. Setelah seleksi, ada 99 anak muda yang tergabung dalam 33 tim yang lolos dalam program ini.

Menariknya, mereka yang mendaftar sebagian besar terkait teknologi digital.

"Program ini untuk melatih pemuda agar terampil berbisnis saat pandemi dan era globalisasi termasuk kemajuan perkembangan teknologi digital," kata Zen.

Dalam program ini tim yang lolos akan mendapatkan mentor mengembangkan usahan dan beradaptasi di era pandemi dan kemajuan teknologi digital.

"Harapannya mereka bisa bersaing di tingkat nasional hingga dunia," kata dia.

Peserta dari Jagoan Bisnis ini misalnya Hoki Smartlamp yakni produksi lampu hias berbasis internet of things. Bahan dasarnya bambu dan kayu yang bermotif unik khas Banyuwangi seperti motif Gajah Oling.

Usaha ini didirikan 2020 yang idenya berasal dari potensi kreativitas masyarakat di Kalipuro, Banyuwangi dalam pembuatan kerajinan lampu. Lalu dipadukan dengan teknologi informasi terbaru yang menghasilkan produk unik.

"Cara kerjanya dengan mengoneksikan aplikasi lampu di smartphone dengan WiFi di rumah pribadi sehingga bisa saling terhubung guna mengontrol lampu hias tersebut," kata CEO Hoki Smartlamp, Muhammad Abdul Rohman.

Usaha ini digawangi enam pemuda dan penjualan dilakukan secara online dan offline dan bekerjasama dengan dua pusat oleh-oleh di Banyuwangi.

Peserta lainnya yakni Growbuck.id yang bergerak di bidang jasa layanan manajemen peningkatan kualitas kinerja dan produk pelaku UMKM.

Mereka membuat jasa pembuatan perangkat usaha secara fisik seperti gerobak, perlengkapan berjualan, dan jasa desain interior ataupun exterior. Selain itu, pelatihan untuk UMKM terkait branding dan bagaimana cara membuat insight yang menarik baik itu foto, video dan juga penulisan terkait produk usaha.

"Kami masih tahap pengembangan produk usaha dan kebetulan ikut Jagoan Bisnis. Goals terdekat kami fokus memberikan layanan kepada beberapa UMKM yang sudah menjadi mitra kami," kata salah satu pendiri, Growbuck.id, Kresna Bayu C Gumelar (26), asal Desa Sempu, Banyuwangi.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/16/140655278/awalnya-susah-cari-kerja-3-gadis-di-banyuwangi-ini-buka-marketplace-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke