Salin Artikel

5 Kisah Pernikahan Saat Pandemi, Akad di Dalam Bus yang Berjalan hingga Bagikan Hampers karena Batal Resepsi

Namun beberapa penikahan pun tetap digelar dengan protokol kesehatan dan beradaptasi dengan kondisi saat in.

Seperti di Boyolali. Pasangan pengantin melangsungkan ijab kabul di dalam bus yang sedang berjalan setelah acara di rumah batal digelar karena penerapan PPKM.

Sedangkan di Salatiga, pasangan pengantin baru membagikan hampers katering setelah batal menggelar resepsi. Mereka membagikan hampers kepada warga yang melintas di jalan usai menggelar pemberkatan sederhana di gereja.

Dan berikut lima kisah pernikahan yang tetap digelar selama pandemi:

Titin bercerita, awalnya mereka akan menggelar akad nikah di rumah. Ratusan undangan sudah dibagikan dan acara sudah dipersiapkan.

Namun karena kebijakan PPKM, acara tersebut dibatalkan. Mereka pun mencari solusi dengan menikah di atas bus yang berjalan dan dihadiri hanya 12 orang.

Selain ijab kabul, di atas bus mereka juga melakukan prosesi serah tampi serta sungkeman. Selama akad nikah, para penumpang menggunakan masker dan pelindung wajah.

Titin mengatakan, prosesi ijab kabul dimulai pukul 07.00 WIB. Mereka bersama rombongan, saksi, dan keluarga inti datang ke KUA Sambi untuk menjemput penghulu.

"Kita ijab kabul jam 7 pagi sampai acara akhir itu jam 1 siang," ungkapnya.

Pembagian makanan tersebut dilakukan warga asal Kota Salatiga itu usai menggelar pemberkatan sederhana di Gereja Kristus Tuhan pada Minggu (27/6/2021).

Pemberkatan hanya dihadiri 10 orang dari keluaga inti.

Tyo bercerita, awalnya mereka akan menggelar resepsi di hotel namun gagal karena pemberlakukan PPKM. Mereka baru mengetahui dua hari sebelum resepsi digelar.

"Aturan baru ini lebih ketat. Yakni larangan untuk mengadakan resepsi. Padahal saat itu undangan juga sudah tersebar. Kami juga sudah melunasi dan memberesi kewajiban kepada vendor," ungkapnya.

Hampers katering tersebut dibagikan kepada pengguna jalan di Jalan Diponegoro, Jalan Moh. Yamin, dan di area Lapangan Pancasila Salatiga.

"Katering sudah dipesan dan dibayar, tentu tidak mungkin dibatalkan. Kami berpikir ini harus bermanfaat, jadi kami memilih membagikan kepada orang lain," jelas Dinar.

AF terpaksa hari menjalani isolasi karena ia terkonfirmasi positif Covid-19 beberapa hari sebelum akad nikah digelar.

Prosesi akad nikah di rumah karantina Covid-19, Wisma Atlet Pacitan dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat tanpa dihadiri keluarga.

Sedangkan resepsi yang rencananya digelar rumah pengantin perempuan, MRA batal digelar.

Usai akad nikah, pasangan pengantin tersebut harus rela terpisah. AF melanjutkan isolasi dan MRA kembali ke rumah.

Meski belum bisa bertemu dengan suaminya yang masih dikarantina, MRA tetap bersyukur karena akad nikah telah berlangsung dengan lancar.

"Saya merasa senang karena kini sudah sah sebagai suami istri, meski kami belum bisa bersatu,” terang MRA di rumahnya, Selasa (28/7/2020).

Bebeda dengan pernikahan lainnya, Sugiyanto duduk di depan pintu di teras rumah. Sementara penghulu dan pengantin perempuan serta wali duduk di luar teras, berjarak 4 meter dari Sugiyanto.

Penghulu KUA Nanggulan, Marjuki mengatakan Sugiyanto dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani swab antigen sehari menjelang tanggal akad nikah.

Ia pun harus menjalani isolasi dengan status orang tanpa gejala (OTG). Prosesi pernikahan berjalan dengan lancar dan memakan waktu kurang dari 20 menit.

"Jadi kami atur duduknya berjarak kurang lebih 4 meter. Waktu itu, calon pengantin pria saya minta duduk di depan pintu rumah tapi masih di dalam teras. Sementara saya di luar teras. Karena pengantin prianya OTG, maka ia menerima kabulnya juga sendiri tidak diwakilkan," ucap pria yang juga menjabat sebagai Kepala KUA Nanggulan ini.

Seperti layaknya memesan makanan cepat saji, para undangan yang datang tidak harus turun dari kendaraan, baik roda empat maupun roda dua.

Undangan yang mengendarai roda empat hanya diperkenankan untuk membuka jendela, sedangkan pengendara roda dua juga tidak harus turun dari motor.

Mereka dipersilakan untuk memberi salam jarak jauh kepada mempelai dan keluarga yang ada di pelaminan.

Tamu undangan yang ingin selfie diperkenankan untuk foto dengan latar belakang kedua mempelai.

Setelah memberikan ucapan selamat, undangan diarahkan untuk mengambil makanan dan suvenir yang disediakan untuk dibawa pulang.

Untuk tamu undangan yang ingin memberikan "tanda mata", tuan rumah menyediakan gentong dan alat pembayaran nontunai (uang elektronik).

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Labib Zamani, Dian Ade Permana, Slamet Widodo | Editor : Dony Aprian, Teuku Muhammad Valdy Arief, Robertus Belarminus, Khairina, Rachmawati)

https://regional.kompas.com/read/2021/07/23/060600078/5-kisah-pernikahan-saat-pandemi-akad-di-dalam-bus-yang-berjalan-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke