Salin Artikel

Cerita Mbah Tukiyem Korban Gempa yang Menolak Dievakuasi, Dirayu Gubernur Khofifah untuk Pindah

Padahal rumahnya sudah rusak akibat dua kali diguncang gempa bumi. Yang pertama adalah gempa berpusat di Malang pada April 2021 dan gempa berpusat di Blitar pada Sabtu (22/5/2021.

Hampir semua sisi dinding rumah nenek yang kesulitan jalan ini sudah ambrol dan retak akibat dua kali digoyang gempa bumi.

Bahkan Mbah Tukiyem sempat dirayu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang berkunjung ke rumahnya pada Sabtu (22/5/2021).

Namun Mbah Tukiyem tak bergeming dan tetap enggan untuk dievakusi.

Kepada Tukiyem, Khofifah menyampaikan kekhawatirannya jika Tukiyem tetap tinggal di rumah tersebut.

"Menurut saya sangat mengkhawatirkan, kalau-kalau ada gempa susulan. Tidak pun sebenarnya mengkhawatirkan kalau ada angin kencang," ujar Khofifah di sela peninjauan dampak gempa Blitar di beberapa titik di wilayah Kabupaten Blitar, Sabtu (22/5/2021).

Untuk itu Khofifah meminta agar Tukiyem segera dievakusi dari rumahnya yang sudah terlalu ringkih menghadapi gempa kecil sekalipun.

Karena Tukinem sendiri menolak rayuan Khofifah untuk dievakuasi, Khofifah pun meminta agar kepala desa, camat, bahkan Bupati Blitar Rini Syarifah ikut merayu Tukinem.

"Ada Pak Kades, Bu Camat, Bu Bupati, teman-teman dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Dengan cara masing-masing lah mengajak Beliau untuk berkenan dievakuasi sampai proses rehab rumah Beliau bisa dilakukan," pinta Khofifah.

Selain itu Khofifah meminta agar Tukiyem dimasukkan dalam kategori bantuan paket penuh termasuk penyediaan fasilitas sanitasi karena fasilitas MCK rumah Tukinem dinilai tak layak.

Walaupun beberapa pihak terutama BMKG telah secara kontinyu mitigasi dan peringatan ancaman bencana alam.

Ia mencontohkan sudah menyiapkan mitigasi gempa di Pacitan, namun ternyata gempa berpusat di Malang dan yang terdampak Lumajang.

"Seperti dulu disiapkan mitigasi gempa di Pacitan dan Banyuwangi tapi ternyata terjadi di Malang, (berdampak) di Lumajang dan sebagian Blitar," ujarnya.

Sulitnya memprediksi bencana alam membuat konsep kampung tangguh dan kampung siaga bencana (KSB) harus kembali direvitalisasi.

KSB, menurut Khofifah, bukan hanya menyiapkan masyarakat menghadapi kemungkinan bencana tapi juga membangun kemandirian menghadapi bencana.

Ia menjelaskan KSB di setiap wilayah berbeda format dan target bergantung pada jenis potensi bencana alam apa yang ada di setiap wilayah.

"Di daerah rawan banjir, misalnya, lumbung bisa berisi tali, perahu, pelampung, dan sebagainya," ujarnya.

Khofifah mengatakan, dirinya akan meminta dilakukan pemetaan ulang KSB yang ada di Jawa Timur berdasarkan potensi ancaman bencana di masing-masing daerah.

Dilansis dari Tribunnews.com, data sementara dari BPBD Kabupaten Blitar hingga Sabtu (22/5/2021) pukul 00.30 WIB menyebutkan ada 77 bangunan rusak akibat peristiwa gempa bumi.

Kerusakan bangunan terjadi di sejumlah kecamatan di wilayah Kabupaten Blitar.

Antara lain di Bakung, Binangun, Doko, Gandusari, Garum, Kanigoro, Panggungrejo, Wates, Selopuro, Talun, dan Wlingi. Mayoritas bangunan rusak merupakan rumah milik warga.

Selain itu, juga ada bangunan fasilitas umum seperti tempat ibadah, sekolah, puskesmas, dan kantor yang rusak akibat gempa bumi.

Kerusakan pada rumah warga paling banyak genteng rumah rontok dan dinding retak-retak.

Kerusakan rumah warga paling banyak terjadi di Kecamatan Panggungrejo ada sekitar 29 rumah.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief), Tribunnews.com

https://regional.kompas.com/read/2021/05/23/131300778/cerita-mbah-tukiyem-korban-gempa-yang-menolak-dievakuasi-dirayu-gubernur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke