Salin Artikel

Pengungsi Gempa di Majene Meninggal karena Kedinginan

Kepala Desa Totolisi Sendana Suardi mengatakan, sebelum meninggal, ibu 5 anak tersebut mengeluh kedinginan dan batuk.

"Saya sempat berkunjung ke tendanya bilang apa keluhannya bu, dia bilang batuk-batuk kayak demam begitu," ujar Suardi kepada Kompas.com melalui telepon, Rabu (20/1/2021) siang.

Suardi menuturkan, sebelum Nurbiah meninggal, bantuan medis yang datang ke posko pengungsian warga hanya berupa obat-obatan.

Baru kemarin, kata Suardi, ada petugas medis dari puskesmas yang mendatangi desanya setelah dia bersurat memberikan data pengungsi yang tidak sehat.

Selain bantuan medis yang minim, bantuan logistik untuk para pengungsi di Desa Totolisi juga sangat minim.

Suardi menyebut bantuan rutin hanya diberikan oleh keluarga para pengungsi.

Sementara bantuan dari pemerintah sangat minim. Padahal seluruh warganya mengungsi dengan total 530 KK.

"Saya terima kemarin hanya 1 kuintal beras dan mi. Tapi itu pun sudah habis. Jadi saya mohon semoga ada lagi bantuan," ucap Suardi.

Gempa berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, dan sekitarnya pada Jumat (15/1/2021) sekitar 01.28 WIB.

Sebelumnya, pada Kamis (14/1/2021) sekitar 13.35 WIB, Majene juga diguncang gempa dengan kekuatan magnitudo 5,9.

Hingga kini tercatat ada 90 orang tewas akibat tertimpa reruntuhan gempa dan ratusan rumah dan gedung perkantoran roboh.

https://regional.kompas.com/read/2021/01/20/16313101/pengungsi-gempa-di-majene-meninggal-karena-kedinginan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke