Salin Artikel

Terinspirasi dari Teman yang Menderita Gangguan Mental, 2 Pelajar Buat Aplikasi "Plong"

Aplikasi itu sukses mengantarkan keduanya meraih medali perak dalam Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) 2020 di bidang game dan aplikasi.

Ananda mengatakan, ide membuat aplikasi itu datang setelah melihat kondisi temannya yang mengalami gangguan mental hingga sulit berkomunikasi.

"Jadi pada awalnya itu, Plong terinspirasi pada temannya founder kami ada yang mengidap gangguan mental. Kami memunculkan solusi dengan adanya aplikasi Plong, aplikasi kesehatan mental berbasis android dan ios," ujar Ananda dalam keterangan tertulis yang diterima media, Jumat (11/12/2020).

Pandemi Covid-19 sempat membuat rencana pembuatan aplikasi itu terhambat. Tak adanya kegiatan belajar tatap muka membuat Ananda dan Farhan sulit bertemu untuk bertukar pikiran.

"Karena kami membuatnya di tegah tengah pandemi, sulit untuk komunikasi, sulit untuk menyatukan pemikiran. Tapi setelah ada kelonggaran, kita bertemu dan bertukar pikiran, tapi tentu kita juga terapkan protokol kesehatan," ungkapnya.

Butuh tiga bulan untuk menerjemahkan konsep menjadi sebuah aplikasi. Kini, aplikasi itu masuk dalam tahap penyempurnaan agar bisa digunakan lewat ponsel berbasis Android.

"Di sini lah aplikasi Plong diharapkan bisa menangani mereka yang gangguan mental dengan cara efektif karena menggunakan ponsel jadi bisa diakses di mana pun dan kapan pun," tuturnya.

Ananda menjelaskan, aplikasi Plong memiliki beberapa fitur. Mulai dari konseling, meditasi, relaksasi, jurnal bersyukur, serta artikel kesehatan mental.

Pada fitur konseling misalnya, masyarakat bisa mendapatkan pelayanan dari konseling profesional dengan harga yang jauh lebih murah.


Konseling melalui Plong diterapkan melalui sistem paket dengan durasi 45 menit setiap pertemuan.

Plong telah bekerja sama dengan para tenaga medis di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

"Ada paket perkenalan, paket lega, paket tenteram, dan paket bahagia. Mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 500.000," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi mengatakan, inovasi tersebut menjadi bukti kreativitas tetap berkembang meski terbatasnya kegiatan belajar tatap muka selama pandemi.

"Informasi dan telekomunikasi bukan lagi menjadi sebuah tawaran tapi itu sudah menjadi sebuah kebutuhan. Dengan pandemi ini kita berharap pola pembelajaran itu tidak harus berbicara dengan daring, tapi bagaimana menyampaikan pola kemampuan atau pengetahuan yang didapatkan dalam konteks yang faktual," tutur Dedi.

Dedi pun mengapresiasi pelajar yang bisa membuat aplikasi Plong di tengah pandemi Covid-19.

Disdik Jabar, kata dia, akan mendorong berbagai inovasi yang dilahirkan pelajar.

"Tentunya kondisi ini kita harus dorong, bagaimana pihak dinas pendidikan selalu menyampaikan hal hal bahwa kebijakan kebijakan dengan membuka kurikulum di pandemi ini dengan kurikulum penyederhanaan tapi lebih pada berupaya agar sekolah mendorong para siswanya berkait inovasi agar muncul sehingga inovasi-inovasi itu bisa bermanfaat," jelas Dedi.

https://regional.kompas.com/read/2020/12/12/13023171/terinspirasi-dari-teman-yang-menderita-gangguan-mental-2-pelajar-buat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke