Salin Artikel

Ritual Pakan Talun, Cara Dayak Tunjung Hormati Hutan

Ritual ini dalam bahasa Dayak Tunjung ini disebut pakan talun.

Pakan talun diadakan untuk meminta izin kepada roh penjaga hutan dengan memberi sesajen sebelum membongkar hutan untuk keperluan pembangunan.

Ritual ini juga dianggap sebagai bentuk penghormatan masyarakat dayak terhadap hutannya.

Selasa (24/11/2020) siang ritual pakan talun itu baru saja diadakan oleh masyarakat kampung Ongko Asa, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat.

Sebab ada pembukaan jalan kampung yang melintasi kawasan hutan.

“Ritual ini sifatnya wajib. Setiap kali ada pembukaan hutan kita bikin ritualnya. Seperti buka jalan dan pembangunan lainnya,” ungkap Kepala Adat Kampung Ongko Asa, Yupentius, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (25/11/2020).

Prinsipnya, kata Yupentius, ritual ini diadakan sebelum hutan dibongkar, perlu meminta izin kepada makhluk penjaga hutan.

Tujuannya agar masyarakat terhindar dari musibah atau gangguan kerja selama pembukaan jalan tersebut.

“Kita minta permisi sama mereka (maklum penjaga hutan) makanya kami beri sajen,” tutur dia.

Sajen yang disiapkan dalam ritual ini bermacam-macam. Dari nasi pulut merah, telur ayam, ayam kampung dibakar utuh satu ekor, lemang dan lain-lain.

“Ada juga pakai babi. Kalau ada bongkaran hutan skala besar kita pakai babi atau enggak kambing,” katanya.

Selain makanan, sesajen lain seperti patung bentuk tubuh manusia yang dibuat dari tepung beras dan anak pohon pisang.

Patung dari tepung diyakini sebagai pengganti roh penjaga yang dipanggil.

Sedangkan anak pohon pisang dianggap sebagai tempat roh masyarakat kampung yang masih hidup dan sebagai tempat membuang segala kesialan yang akan menimpa warga.

“Nanti kita panggil mereka (roh penjaga hutan) datang setelah sajen kita siapkan. Mereka sekarang ada sekitar kita hanya kita tidak lihat,” terang dia.

Di Desa Ongko Asa hanya ada dua orang bisa melaksanakan ritual tersebut. Keduanya Yupentius dan Mulyadi.

Dua orang ini, saat melakukan ritual tersebut disebut sebagai pememang atau pendoa memanggil roh penjaga hutan.

“Upacara ini kita enggak bisa pakai bahasa Indonesia. Hanya bahasa Dayak Tunjung dan Dayak Benua. Karena budaya ini warisan leluhur Dayak Tunjung dan Benua, yang lain tidak bisa,” terang dia.

Ritual dimulai dengan memanggil roh penjaga hutan, memberi tepung tawar kepada orang yang hadir serta alat yang digunakan untuk membuka hutan.

Sesi terakhir memberi makan kepada roh yang telah dipanggil.

Pememang atau pendoa mengoles tepung tawar kepada siapa pun yang hadir dalam ritual itu agar terhindar dari musibah dan bencana.

Setelah ritual itu selesai digelar baru alat berat eksavator diizinkan melakukan pembukaan hutan untuk jalan kampung tersebut.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/25/16445771/ritual-pakan-talun-cara-dayak-tunjung-hormati-hutan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke