Salin Artikel

Pensiunan Guru Tewas Tertimbun Longsor karena Lari Salah Arah

Korban tinggal di Kampung Anteghilir, Desa Malatisuka, Kecamatan Gunungtanjung, Kabupaten Tasikmalaya.

Pria yang juga salah satu tokoh masyarakat di kampungnya itu malah lari menghampiri longsoran tanah karena pendengarannya terganggu.

"Saya sempat memanggil ayah saya, tapi salah lari malah ke arah dapur dekat datangnya longsoran tanah. Saya dan ibu saya selamat lari keluar rumah. Sedangkan ayah saya malah menghampiri longsoran soalnya pendengarannya terganggu," jelas Asep (42), salah seorang anak korban di rumahnya, Senin siang.

Asep menuturkan, kejadian longsor tebing bukit dekat rumahnya terjadi pada dini hari tadi sekitar pukul 03.30 WIB.

Rumah orangtuanya yang rata dengan tanah dihuni oleh 3 orang, yakni ibu, ayahnya yang korban meninggal dan Asep sendiri.

Sebelum rumah orangtuanya terkubur longsoran tanah, Asep bersama ibunya sempat menarik dan memanggil korban untuk segera lari keluar.

Namun, ayahnya yang pendengarannya terganggu malah lari ke arah longsoran tanah.

"Sempat ditarik dulu sama saya, tapi lepas, malah pergi ke arah dapur dan tertimbun. Longsornya sempat terdengar dulu suara gerakan tanah dan tiba-tiba menimpa rumah sekaligus," kata dia.

Sementara itu, Usman (58), tetangga korban mengaku setelah mengetahui rumah korban tertimbun longsor langsung mencari dengan cara menggali manual.

Butuh waktu selama 2,5 jam sampai korban ditemukan tubuhnya dengan kondisi sudah tak bernyawa.

Korban langsung dikebumikan di makam keluarga yang tak jauh dari kampungnya.

"Korban ketemu di bawah longsoran tanah dan rumahnya rata dan tak bersisa itu sekitar pukul 06.00 WIB. Korban langsung dimakamkan," ujar dia.

Selama ini, lanjut Usman, di kampungnya yang berlokasi di lembah perbukitan sering mengalami longsor.

Namun, longsor yang menyebabkan korban jiwa baru kali pertama terjadi pada hari ini.

"Kalau longsor sedikit-sedikit selalu ada tiap turun hujan. Tapi kalau ada korban baru kali ini," tambahnya.

Daerah terpencil

Berdasarkan pantauan Kompas.com, lokasi bencana longsor yang menewaskan seorang pensiunan guru tersebut berada di wilayah terpencil di Kabupaten Tasikmalaya dengan waktu tempuh perjalanan pakai mobil sekitar 3 jam.

Mobil tidak bisa sampai ke lokasi karena jalannya berkelok yang sempit dengan turunan dan tanjakan yang curam.

Kampung yang longsor hanya bisa dilalui dengan cara jalan kaki karena berada di sekitar perbukitan.

Sebelumnya, bencana longsor dan banjir menerjang 11 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, akibat cuaca buruk hujan deras mengguyur daerah itu dari Minggu (11/10/2020) sampai Senin (12/10/2020) dini hari.

Diketahui satu orang warga berusia 80 tahun asal Kecamatan Gunung Tanjung, Kabupaten Tasikmalaya, tewas setelah rumahnya tertimbun longsoran tanah.

"Akibat cuaca buruk terjadi 11 titik di 11 kecamatan bencana longsor dan banjir. Diketahui data awal 1 orang laki-laki berusia 80 tahun tewas tertimbun longsor saat rumahnya ambruk di Gunung Tanjung," jelas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedin, kepada wartawan di lokasi kejadian, Senin pagi.

Nuraedin menambahkan, longsor besar menutup akses jalan Salopa-Cikatomas dan Salopa-Gunungtanjung-Cikalong sehingga tak bisa dilewati.

Sedangkan banjir bandang terjadi di beberapa titik dan paling parah terjadi di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya, yang membuat beberapa mobil dan motor terbawa arus.

"Banjir bandang di Kecamatan Pamijahan, beberapa rumah terendam dan mobil serta motor terbawa arus air," tambah Nuraedin.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/12/18485211/pensiunan-guru-tewas-tertimbun-longsor-karena-lari-salah-arah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke