Salin Artikel

Perjalanan Kades Muslim di Desa Mayoritas Katolik di NTT: Agama Bukan Halangan Jadi Pemimpin

KOMPAS.com - Warga Desa Compang Ndejing di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mayoritas beragama Katolik, memilih Ahmad Jabur (50) yang beragam Islam, sebagai kepala desa.

Saat ditemui Kompas.com, Ahmad mengaku sempat ragu saat diminta sejumlah tokoh dan warga untuk maju pilkades.

Dirinya merasa agama yang dia anut adalah minoritas, sedangkan warga Desa Compang Ndejing, sebagian besar adalah bergama Katolik. 

Namun, setelah berbincang dengan pastor dan tokoh agama di desanya, dirinya mendapat pencerahan, agama bukanlah halangan untuk menjadi pemimpin.

"Saya jadi termotivasi untuk maju. Saya pun meminta kepada panitia untuk meminta persyaratan. Setelah itu saya lengkapi berkas dan daftar," kata Ahmad.

Akhirnya, pada tahun 2017 Ahmad pun terpilih setelah mengalahkan tiga kandidatnya uang beragama Katolik.

"Jika dilihat jumlah penduduk, secara logika memang saya tidak terpilih sebagai kepala desa. Saya unggul 82 suara dari 3 orang calon," tutur Ahmad.


"Kami memilih pemimpin" 

Sementara itu, menurut salah satu warga, Edi Dahal, terpilihnya Ahmad karena kualitas pribadi yang bisa merangkul semua warga tanpa memandang agamanya apa.  

"Kami pilih pemimpin desa, bukan pemimpin agama, sehingga kami tidak pandang dia dari agama apa. Kami nilai dia layak jadi pemimpin desa," kata Edi.

Sikap toleransi Ahmad tersebut, menurut Edi, menjadi kekuatan Ahmad untuk memenangkan pemilihan kepala desa 2017 lalu.

Selain itu, benih toleransi di Desa Compang Ndejing selalu terawat dan terjaga. Benturan karena masalah agama pun tak pernah ada di desa tersebut.

"Kami pilih pemimpin desa, bukan pemimpin agama, sehingga kami tidak pandang dia dari agama apa. Kami nilai dia layak jadi pemimpin desa," kata Edi.

Selain itu, menurut Edi, benturan antarwarga di Desa Compang Ndejing jarang terhadi.

"Kami hidup berdampingan dengan baik. Kami di sini tidak pernah membedakan siapa mereka dan kita," kata Edi.

Edi sendiri mengakui tidak memilih Ahmad saat pilkades, namun saat pembentukan perangkat desa, dirinya diminta Ahmad untuk bergabung memajukan Desa Compang Ndejing.

"Saya sendiri tidak mendukung Beliau pada pemilihan. Tetapi, Beliau angkat saya jadi aparat desa. Tentu, ini merupakan pendidikan politik yang baik," ujar Edi.


 

Melawan SARA 

Dirinya pun mengakui, sebelum pemilihan, isu SARA dan agama sempat santer terdengar.

Bahkan, usai dirinya dinyatakan terpilih, ada kekecewaan-kekecewaan sejumlah warga.

Namun, dirinya menganggap hal itu biasa dalam demokrasi. Dirinya pun merangkul mereka.

"Usai pemilihan memang ada riak-riak kecil, tetapi tidak sampai benturan fisik. Saya pikir itu wajar, karena bagian dari ekspresi kecewa," kata Ahmad.

Ahmad menjelaskan, ia terpilih karena tingkat kesadaran masyarakat sangat luar biasa dalam hal toleransi hidup beragama.

Mereka yang beragama Katolik tidak pernah membedakan calon pemimpin dari agama lain.

Saat pelantikan, Ahmad pun mengajak warga untuk tak lelah menjaga toleransi.

"Saat saya dilantik, saya imbau kepada warga, kita ini urus negara, bukan agama. Kita harus kompak membangun Desa Compang Ndejing agar terus maju," kata Ahmad.

(Penulis: Kontributor Maumere, Nansianus Taris | Editor: Abba Gabrillin)

https://regional.kompas.com/read/2020/08/21/10300051/perjalanan-kades-muslim-di-desa-mayoritas-katolik-di-ntt--agama-bukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke