Salin Artikel

Mengunjungi Tempino, Kota Minyak Masa Belanda, Ada Bioskop Terkunci Sejak 30 Tahun Lalu

Tempino adalah kelurahan yang berada di Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Tempat ini dulunya memiliki daya pikat kemajuan yang tak kalah dengan Kota Jambi. Ada perumahan, fasilitas kesehatan, air bersih hingga bioskop.

Tapi itu dulu.

Bayangan orang-orang yang lahir di Jambi era 1950-an sampai setidaknya pertengahan 1980-an tentang Tempino adalah bioskop murah, pasar cukup modern yang dibangun sejak 1933 dan semuanya berada di dalam perumahan Pertamina yang sempat didatangi Belanda.

Serpihan-serpihan ingatan ini diceritakan Udin (62), anak dari pemilik kedai Sop Pak Kutar. Kedai yang dahulu berdiri di tengah-tengah pasar ramai. Pasar tersebut dulu berupa gedung dengan dinding besi hingga tahun 2000.

“Dibongkar pemuda dan warga sini, besi kan mahal juga waktu itu,” ungkapnya.

Dia ingat betul cerita orangtuanya tentang kedai yang didirikan 1957. Udin lahir setahun setelahnya. Dia lebih muda setahun dari kedai yang masih eksis sampai sekarang.

“Baru dua kali diperbaiki bangunannya, terakhir tahun 1974,” ungkapnya.

Sepanjang umurnya dihabiskan di RT 2 Kelurahan Tempino.

“Biasanya dulu ada pawai dari budaya berbagai daerah di Indnesia setiap 17-an,” kata Udin.

Udin kemudian berdiri sebentar dan menghidangkan kopi untuk pelanggan yang baru datang. Dia duduk kembali dan bersemangat cerita tentang masa lalu tempat tinggalnya.

Bioskop terkunci sejak 1990

Sekitar 600 meter dari kedainya terdapa gedung bekas bioskop lama.

“Film-filmnya sama dengan yang di Jambi. Cuma tiketnya lebih murah, cuma Rp 250,” katanya.

Gedung bioskop itu kini terkunci sejak tahun 1990 dan tidak diketahui siapa yang punya kunci untuk masuk ke dalamnya. Setahu Udin, bangku penonton dan alat pemutar film masih lengkap.

Ada tiga pintu kayu besar pada satu sisi bioskop. Semuanya dikunci dengan rantai dan pada dinding paling kanan terdapat tulisan besar bertuliskan Bento Club dengan cat merah. Satu meter di depannya ada lapangan voli yang dikelilingi jaring-jaring.

Bagus (30) yang orang tuanya lahir di Tempino dan masih sering berkunjung, mengatakan bioskop ini untuk karyawan Pertamina yang dulunya ingin menikmati film layar lebar.

Sedangkan untuk para pimpinan, mereka menonton di bioskop kecil yang berbeda. Letaknya sekitar 800 meter dari bioskop untuk karyawan. Kini bioskop itu terlihat seperti rumah tinggal dan juga didirikan dekat lapangan voli atau tenis.

Udin mengatakan, dulunya pasar dan bioskop ini masuk kompleks perumahan dan fasilitas untuk karyawan PT Pertamina. Namun, kini semuanya ditinggalkan dan sempat dibiarkan.

Kondisi itu membuat orang-orang kampung sekitar menduduki rumah-rumah karyawan pertamina. Bangunan yang dulunya fasilitas kesehatan seperti klinik pun kini menjadi rumah tinggal.

Peninggalan Belanda

Semua kemajuan Tempino waktu itu berkaitan dengan sejarah industri perminyakan Belanda di Jambi.

“Salah satu peristiwa terpenting adalah pembangunan jaringan pipa minyak dari Tempino ke Plaju (Palembang) yang panjangnya 270 kilometer,” kata Dedi Arman, peneliti sejarah dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau, pada Rabu (29/7/2020).

Pipa tersebut diresmikan pada 15 November 1935. Tahun itu merupakan periode NV Niam berkuasa antara 1922 hingga 1942.

“Acara peresmiannya cukup mewah, karena dihadiri menteri senior Belanda, yaitu Mr T.J Vercshuur yangkemudian menandatangani prasasti pembangunan,” katanya.

Pembangunan pipa ini membuat Belanda harus mengeluarkan anggaran 3,5 juta gulden waktu itu.

Pembangunan dan operasional fasilitas perminyakan ini sangat sulit karena medan dan cuaca yang tak menentu.

Sebab itulah Belanda membangun beberapa fasilitas penting di Tempino.

“Pembangunan fasilitas itu diharapkan membuat para pekerja betah bekerja. Baik dari Eropa maupun yang lokal. Sebab tantangan terbesarnya bagi pekerja karena menghabiskan hari-harinya di lokasi sumur-sumur minyak Jambi yang berlokasi di tengah hutan. Maka dari itu dibuat fasilitas perumahan, air bersih dan lainnya seadanya,” kata Dedi.

Pembangunan fasilitas itu dilakukan pada tahun 1938 oleh NIAM.

“Mereka melakukan instalasi pemurnian air minum di Bajubagm Tempino dan Kenali Asam. Nah, pembangunan-pembangunan ini dilakukan periode kedua NIAM yaitu 1949 sampai 1960,” katanya.

“Pembangunan awalnya 1935 sampai 1942 tapi sempat direbut Jepang sebentar,” ungkapnya.

Rumah-rumah tua berbentuk kajang di ketiga daerah itu juga kemudian digantikan rumah-rumah dari bahan batu untuk pekerja.

https://regional.kompas.com/read/2020/08/04/10340261/mengunjungi-tempino-kota-minyak-masa-belanda-ada-bioskop-terkunci-sejak-30

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke