Salin Artikel

Cerita Komunitas Serambi Tau Macca Sebar Minta Baca ke Pelosok, Pernah Dikira Hendak Culik Anak-anak

Perpustakaan belum menjangkau pelosok desa. Akibatnya, minat baca anak tak bisa tersalurkan dengan baik.

Hal itu terjadi di Desa Bonto (Bt) Lojong, Kecamatan Ulu Ere, Kabupaten Bantaeng.

Desa Bt Lojong merupakan daerah terpencil dan berada di pegunungan, akses jalan masih rusak.

Perjalanan menuju desa itu dari Kota Bantaeng butuh waktu dua jam perjalanan.

Saat ini tidak ada perpustakaan umum yang bisa diakses warga atau anak-anak.

Kalaupun ada, perpustakaan itu berupa perpustakaan sekolah yang dikelola oleh SD 35 Lannying, Kecamatan Uluere Bantaeng, koleksi bukunya sangat terbatas.

Buku yang ada juga banyak yang rusak dan tidak layak baca.

Para pemuda Bantaeng yang tergabung dalam komunitas Serambi Baca Tau Macca Bantaeng, tidak tinggal diam.

Mereka berinisiatif menyambangi daerah tersebut dengan mengajak anak-anak membaca buku secara gratis.

Berbekal sepeda motor honda yang disulap menjadi motor pustaka Komunitas Serambi Baca Tau Macca Bantaeng ini menawarkan 100 koleksi buku. Buku-buku itu berupa kisah nabi, dongeng, dan pertanian.


Salah satu Pembina Serambi Baca Tau Macca Bantaeng, Takdir (33), mengaku gerakan yang dilakukannya bersama temannya Jamal (33) untuk meningkatkan minat baca.

"Alhamdulillah kegiatan ini mulai dilaksanakan sejak tahun 2019. Semoga adanya kegiatan ini bisa memberikan banyak manfaat. Namun selama pandemi ini kegiatan ke sana dihentikan sementara waktu," kata Takdir, saat dikonfirmasi, Kompas.com, Senin (6/7/2020).

Ternyata aksi positif ini mendapat banyak tantangan seperti diusir warga karena diduga mencuri anak-anak dan motor mogok di jalan.

Diusir Warga

Pertama kali komunitas Serambi Baca Tau Macca Bantaeng menyambangi daerah terpencil ini, warga setempat menduga akan mencuri anak-anak mereka.

"Jadi waktu pertama kali datang di desa ini, kami singgah di jalan dan mengajak anak-anak membaca, ketika mereka masih asyik membaca, salah seorang warga datang mengambil anaknya dan anak-anak yang lain disuruh pulang. Dan menganggap akan mencuri anak-anak. Akhirnya kami langsung pulang ke rumah," kata Takdir.

Memang pada waktu itu, lanjut Takdir, anggota komunitas itu kebanyakan berambut panjang.
Dia menduga hal itu jadi salah satu penyebab sehingga warga ketakutan.

Namun, semangat Takdir dan temannya Jamal tak surut. Beberapa hari kemudian mereka datang lagi menawarkan buku kepada anak-anak untuk dibaca.

"Beberapa hari kemudian, datang lagi, sembari mencari kenalan warga di sana dengan menyampaikan niat baik untuk meningkatkan minat baca anak-anak, malah orangtuanya beranggapan akan diberikan buku secara gratis. Meski demikian mereka sudah mengerti maksud dan tujuan kami," tuturnya.

Sejumlah anak-anak mengetahui kedatangan motor pustaka ini. Mereka langsung datang beramai-ramai.


Selain itu, komunitas Serambi Baca Tau Macca Bantaeng juga menyambangi SD 35 Lannying, menemui guru.

"Kedatangan kami disambut hangat, ketika jam istirahat guru mempulkan anak-anak dari kelas satu sampai kelas enam. Mereka ditampung dalam ruangan tapi mengambil hati para anak-anak harus mulai dengan mendongeng, dan menyampaikan betapa pentingnya membaca," tuturnya.

Saat ini, kendala terbesar dihadapi adalah fasilitas untuk menunjang pergerakan, karena motor pustaka sudah menuai termakan zaman.

Sudah sering mogok di saat berangkat atau pulang ke rumah.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/06/14513591/cerita-komunitas-serambi-tau-macca-sebar-minta-baca-ke-pelosok-pernah-dikira

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke